LENTERA 6

64 38 28
                                    

"ikhlas memang selalu menjadi ending terbaik dalam setiap cerita."

-Lentera Akran Agranira

happy reading 💐💐

-----

di sana. pada akhirnya aku merelakan mu dengan terpaksa.

Seorang gadis dengan seragam biru Dongker khas milik SMK jurusan agrikultur pengolahan hasil pertanian itu kini tengah berdiri di ujung jalan yang di lewati Lentera dan Nathan. Lentera tersenyum ke arah gadis itu sedangkan Nathan lelaki itu menghentikkan langkahnya. kaget. bagaimana bisa gadis itu berada disana, sedangkan itu bukan jalan pulang ke rumahnya.

pikiran Nathan berkecambuk, bibirnya seolah kehilangan kata kata untuk menjelaskan perasaan nya saat ini. rada bersalah? yaa. ada rasa bersalah yang teramat dalam hatinya.

Riska. gadis itu menghampiri Lentera dan Nathan. senyum yang semula mengembang kini sirna begitu saja. tatapan manis itu kini bercampur air mata.

"Riska pikir walaupun kita beda sekolah, Nathan gak akan kayak gini. tapi ternyata Riska salah, jujur Riska gak nyangka." ucapan nya mampu menghentikkan keheningan yang semula tercipta.

"Bisa jelasin semuanya?." Tanya Lentera. Nathan menatap satu persatu kedua gadis itu. entah ia harus memulai darimana.

semilir angin sore yang mencipta suasana dingin mengudara di sekeliling mereka. langit mulai meredup. rasa rasanya akan turun hujan. yapp, hujan selalu turun di waktu yabg tepat. selalu dapat menjelaskan bagaimana situasi menyakitkan ini terjadi, selalu menjadi saksi bahwa air mata tak boleh turun sendiri.

Nathan menghela nafas panjang. "Maaf untuk Lentera. Sejak Nathan pisah sekolah sama Riska, Nathan jadi ngerasa nggak punya pacar dan akhirnya Nathan jadiin Lentera pelampiasan."

"tera cuma jadi pelampiasan ya?." kata lentera seraya tersenyum kecut.

"Riska pengen kita udahan aja." Nathan langsung menatap tajam Riska, tak percaya bahwa Riska akan mengatakan itu. walau disisi lain Nathan tau itu mungkin akan terjadi.

"Ris?."

"iya, Riska pengen kita udahan."

"tapi, Ris..."

Lentera hanya diam di antara keduanya. bagaimana bisa ia berada di situasi seperti ini. melihat kedua remaja yang saling mencintai dan dia hanya sebatas orang baru yang hampir menghancurkan hubungan mereka. tapi jika berada di posisinya sekarang, itu justru sangat sakit. terlalu besar harapan Lentera pada Nathan sehingga saat jatuh sangat terasa sakitnya.

Lentera masih terus menahan sesak di dadanya. tak membiarkan air matanya jatuh begitu saja. Lentera tau jalan terbaik saat ini adalah mundur. kalah dari masa lalu itu selalu menjadi pilihan paling menyakitkan yang harus di rasakan. Lentera kalah ketika hati Nathan begitu lekat dengan Riska. tidak ada celah baginya untuk menang ketika Nathan tau bahwa dengan Riska ia tak akan sebahagia itu, tetapi hati tetap tidak akan bisa di bohongi.

"Nathan masih sayang sama Riska?." Tanya Lentera.

"ini bukan waktunya buat bohong lagi, jujur iya, Ra. tapi Nathan bingung." jawab Nathan.

ANAGAPESIS (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang