Jika di sekolah lain, keamanan itu biasanya menjadi side job dari pada orang-orang yang menjabat pada OSIS tapi berbeda dengan sekolah Neo yang malah menjadikan Marhes si preman sekolah menjadi sang ketua keamanan sekolah. Jadi mana berani anak-anak berbuat onar di sekolah selain si ketua keamanan itu sendiri.
Lihat saja gaya nya pagi-pagi begini, dengan wajah seram sudah pasang badan bersama Jemino dan teman-temannya yang lain berkeliling sekolah untuk menyidak anak-anak yang melanggar aturan di mata dia. Ya, dimata dia. Padahal pelanggar itu sendiri adalah mereka sendiri. Mereka itu lebih mirip murid-murid yang mau tawuran dibanding keamanan sekolah.
"Lo gak pakai gesper, besok harus pakai gesper!" Tegor Marhes pada tiap anak yang ditemuinya dan kedapatan tidak memakai gesper di pinggangnya.
Langkah selanjutnya,
"Rambut lebih dari sebahu itu harus di kuncir ya maniez." Ujar Marhes dengan senyum dan tangan jahil yang membelai rambut panjang secara sengaja, lalu tangannya dia hirup dalam-dalam, "HARUMNYAAA."
Kemudian wajahnya berubah jadi serius, saat melihat yang tidak sedap dipandang mata untuk berada dilingkungan sekolahan. "Baju lo gak terlalu ketat, besok ganti atau gue robek!"
Langkah selanjutnya, wajahnya berubah kaget dengan senyum mengembang kembali,
"Eh....umm kalau lo pelanggaran karena terlalu cantik tapi bukan punya gue hahaha." Ujar Marhes yang menggoda gadis populer di sekolah Neo, Renara.
Namun di langkah berikutnya, Marhes berdiri tegap dengan kedua tangan bertolak pinggang. Menunjukan jika lelaki itu tidak senang mendapati pemandangan di depannya, "dan.... elo yang ngumpet." Teriak Marhes yang sudah pasti ditujukan pada Hera yang sedang berjalan mengendap-endap, "jangan ngumpet lagi, tapi UPACARA."
DEG, Hera membuang napasnya kasar.
Sialan! Ada-ada aja. Hera sama sekali tidak menyangka jika Marhes akan mengingatnya. Padahal dia berharap itu hanya akan menjadi pertemuan dan berakhir begitu saja. Sama seperti momen yang lain.
Dilapangan anak-anak berkumpul dengan berbagai macam ekspresi. Ada yang kepanasan terik matahari, kesenangan karena memang hobi upacara, ada juga yang kasmaran karena bisa curi-curi pandang ke pujaan hatinya yang beda kelas. Kalau Hera sih lebih ke kepanasan karena matahari hampir menyentuh ubun-ubun kepala namun pak kepala sekolah belum juga mau berhenti berbicara.
Hera akui, upacara kali ini terasa syahdu karena bertepatan dengan hari pahlawan itulah sebab di depan sekolah terdapat dupa yang habis di bakar.
Hera menatap langit yang tanpak terik kemudian alisnya berkerut menyatu. Kan, benar apa kata Hera, pelanggar peraturan ya Marhes itu sendiri. Si ketua keamanan. Laki-laki itu tidak ikut upacara bendera dan malah duduk santai diatap sekolah. Semua murid mungkin tidak menyadari itu, tapi Hera melihat dengan jelas kaki Marhes yang mengayun diatap sana.
"Dia gak takut jatuh apa." Lirih Hera yang jengkel melihat ada saja kelakuan random Marhes tiap hari.
Selanjutnya Hera memilih acuh akan keberadaan Marhes diatas sana yang entah sedang apa. Padahal dibawah saja panasnya bukan main apalagi diatas sana. Ataukah dia sedang menjalankan tugas lainnya sebagai keamanan yang bertugas dari langit.
Hera menatap sekeliling barisan dimana seharusnya kelas Janos berada. Tapi Janos sama sekali tidak terlihat. Perasaan cemas mengisi hatinya, mungkinkah Janos sakit karena Hera terlalu kasar padanya akhir-akhir ini. Tapi rasanya mustahil mengingat Janos selalu hadir dan tidak pernah absen dalam keadaan apapun. Lagi pula itu hanya aksi kecil Hera dalam melancarkan misinya untuk menjauh dari Janos.
"Lo nyari gue ya Ra?" Sebuah bisikan dari belakangnya.
Hera mengatup bibirnya rapat-rapat. Tubuhnya meremang seolah di belakangnya ada makhluk halus. "J, Janos?" Lirih Hera tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAERA
Novela Juvenil*** Hera hampir memiliki kekasih yang menjadi impian semua gadis di sekolahnya, Janos Rahadian. Tapi bagaimana jika kesempatan itu akhirnya harus Hera kubur dalam-dalam demi masa depan Janos. Rencana Hera untuk menjauhi Janos membuatnya harus beruru...