"LEPASIIIIN! LO BISA GUE LAPORIN!"
"SODARA GUE POLWAN!"
"SUMPAH GUE GAK BOHONG!"
Mobil di hentikan, Hera di tarik keluar dengan paksa. Penutup matanya di buka hingga gadis itu refleks memejamkan matanya karena cahaya terang yang tiba-tiba datang menyilaukan pupil matanya. Di tempat itu sudah ada motor-motor yang terparkir entah sejak kapan. Hera menelaah sekitarnya. Tempatnya terasa asing walau keadaan rumah itu indah dan asri. Jelas sekali kalau tempat ini memang di rawat dengan baik. Hera bisa sedikit tenang sekarang, karena mereka membawa Hera pada sebuah bangunan tempat tinggal bukan bangunan angker yang sudah lama tidak berpenghuni.
"Ini dimana?" Tanya Hera untuk meyakinkan dirinya jika mereka tidak akan melakukan tindakan kejam pada Hera. Terkadang manusia bisa lebih jahat dari makhluk lain. Ya, walaupun mereka satu sekolah dengan Hera namun tidak menutup kemungkinan jika mereka akan melakukan tindakan kriminal, kan? Apalagi mereka terkenal dengan stigma negatif yang melekat kuat sampai tidak ada sekolah yang berani menerima mereka.
"Nanya mulu kayak wartawan." Deryan menjawab tidak peduli. Tangannya tetap setia memegang pundak Hera agar gadis itu tidak memberontak apalagi sampai melarikan diri. Sebenarnya walaupun melarikan diri Deryan tidak akan peduli, pasalnya gadis itu juga pasti akan kembali karena tidak tahu arah jalan pulang. Lagi pula mereka itu satu sekolah akan sangat mudah bagi mereka untuk menemuka Hera kembali dan membuat perhitungan.
"TAPI INI DI MANA? GUE BERHAK TAHU."
"Jangan teriak-teriak dirumah orang, lo gak malu tuh diliatin."
Mata Hera mencari keberadaan manusia lain yang Deryan maksud. "Siapa?" Tanya Hera dengn suara yang dipelankan.
"Hantu hiiii." Jista meledek dengan matanya mengarah pada satu pohon besar yang berada dihalaman rumah itu, membuat Hera ikut merasakan ngeri melihat pohon besar yang dibiarkan tumbuh kokoh disana.
"Gak usah teriak-teriak, tenang aja, nanti lo juga dianterin pulang kok." Kalimat Deryan yang mencoba untuk menenangkan Hera walaupun kesannya tetap mengancam keselamatannya setelah keluar dari tempat itu. Apakah Hera masih utuh atau...
"Walaupun tinggal nama..."
Nah... Ya gimana mau tenang, mereka itu tidak tahu rasanya takut bercampur cemas ketika ingin pulang dengan damai namun tiba-tiba di intimidasi untuk ikut mereka karena sebuah surat yang salah alamat. Apalagi mereka membawa Hera dengan mata ditutup. Bukankah itu juga akan menimbulkan efek traumatik tersendiri.
Tidak butuh waktu lama Xaxena memarkirkan mobil yang Hera yakin itu milik salah satu dari mereka, di depan pintu besar yang terbuat dari kayu, mungkin dibalik pintu itu adalah sebuah garasi dari si pemilik rumah.
Butuh waktu sekitar 3 menit mereka sudah sampai di ruang tamu rumah berlantai dua itu dengan sebelumnya melewati pintu besar terlebih dahulu. Rumah yang di dominasi dengan kaca bening langsung mengarah ke halaman luas. Rumah modern yang Hera yakin di pantau langsung oleh sang arsitek saat pembangunannya.
"Kita mau kemanaa???" Hera akhirnya berani mengeluarkan suaranya setelah sejak tadi di paksa untuk terus bungkam.
"Diem! Ikutin aja!" Tubuh Hera di dorong cukup kencang untuk lebih masuk kedalam. Dorongan yang cukup pula untuk membuat gadis itu hampir kehilangan keseimbangannya, untung Hera refleks memegang tembok agar badan kecilnya tidak jatuh terjerembab pada lantai.
Mereka membawa Hera menelusuri tangga raksasa yang meliuk untuk sampai pada lantai dua. Sungguh tiap jengkal dari rumah itu tidak henti-hentinya Hera mengagumi ditailnya. Ini bukan sesederhana rumah berlantai dua biasa. Rumah ini lebih dari itu. Rumah mewah yang Hera yakin bernilai puluhan milyar. Bahkan tiap penyokong rumah itu tidak luput dari kata besar untuk menggambarkan kemewahannya. Hera tidak menyangka anak-anak kelas khusus itu benar-benar definisi tajir melintir. Ini baru gambaran rumah salah satu dari mereka. Tidak menutup kemungkinan yang lainnya memiliki lebih dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAERA
Fiksi Remaja*** Hera hampir memiliki kekasih yang menjadi impian semua gadis di sekolahnya, Janos Rahadian. Tapi bagaimana jika kesempatan itu akhirnya harus Hera kubur dalam-dalam demi masa depan Janos. Rencana Hera untuk menjauhi Janos membuatnya harus beruru...