4. Surat salah alamat

36 10 2
                                    

Hera menyandarkan punggungnya pada kursi kayu tempatnya selama ini duduk untuk menimba ilmu di kelas. Posisinya nomor dua dari belakang paling pojok dekat jendela yang langsung mengarah pada lapangan. Dulu alasannya memilih tempat itu selain strategis dan aman dari jangkauan pandang guru adalah agar mudah untuk melihat keberadaan Janos ketika olahraga atau dalam kegiatan apapun di luar kelas. Karena sungguh tiap aktivitas lelaki tampan seperti Janos itu sayang untuk dilewatkan.

Hera menarik buku dari laci mejanya yang membuat sebuah amplop putih jatuh diatas pahanya. Hera meraih amplop itu, barangkali isinya uang. Namun sepertinya bukan setelah Hera melakukan tiga m pada surat itu melihat, meraba, menerawang. Tidak ada tanda-tanda jika isinya uang. Ditambah amplop yang lembab dan berbau harum. Semakin jelas itu bukan amplop pembawa rezeki.

"Janos?" Tanya Celine mengacu pada amplop putih yang dipegang Hera. Celine itu teman sebangku Hera, teman dekat satu-satunya yang gadis itu punya. Bukan tidak ingin memiliki banyak teman, hanya saja Hera sengaja memangkas sirkel pertemanannya agar tidak terlalu terikat.

Hera menggeleng, "bukan, gak tau siapa."

"Jangan macem-macem, atau gue aduin ke Janos! Biar dia sekalian tau keadaan lo!" Ancam Celine dengan sudut matanya yang sangat tajam. Tenang saja, Celine tidak sejahat kedengarannya dia hanya suka menggertak. Celine itu menjadi tameng sekaligus payung dari apapun yang menyerang Hera dari sudut manapun. Semua seluk-beluk Hera, hanya Celine yang tahu dari hal baik bahkan hal paling buruk yang dimiliki Hera. Tapi ya satu yang Celine benci dari Hera, keras kepalanya yang hampir selalu membuat Celine marah. "Abis itu di iket, di iket deh lo sama dia biar diem dikit."

"Gue gak ngapa-ngapain sumpah!" Tegas Hera dengan wajah seriusnya, yang walau kata Hera itu wajah serius tapi dimata Celine ekspresi Hera itu menipu.

"Terus itu apa?"

Hera sedikit merunduk dan lantas segera membuka amplop itu dengan sembunyi-sembunyi dibawah meja. Benar dugaan Hera, bukan uang isinya melainkan sebuah kertas berwarna pink.

Kertas pink itu adalah sebuah surat cinta yang di masukan dalam amplop berwarna putih bersih. Sekilas tidak terlihat istimewa malah lebih mirip surat izin tidak masuk sekolah, hanya yang membedakan surat ini berbau harum khas parfume anak laki-laki. Sepertinya si pengirim sengaja menyemprotkan sebotol parfume pada surat itu. Aneh pikir Hera. Coba apa alasan istimewa dibalik surat itu di semprot sebotol parfume?

"....You are my disney" akhir dari surat itu sebelum nama pengirim di bawah sebelah kanan.

"Disney..." lirih Hera mengulang kata terakhir disurat itu. Dia mengejanya beberapa kali untuk memastikan jika dirinya tidak salah baca. Tapi tetap saja Hera tidak menangkap maksud dari kata-kata itu.

Mungkin maksud surat itu adalah sebuah pernyataan cinta dari seseorang. Itulah kenapa surat itu haruslah wangi agar memberi kesan yang baik pada si penerima. Tapi sayangnya surat itu sepertinya salah alamat.

Hera mencari nama sang pengirim surat namun tidak ada, hanya tertera nama Renara di bawahnya dengan tanda love yang diwarnai merah muda. Tidak mungkin jika Renara mengirimkan itu untuk Hera jadi mungkin sebenarnya surat itu di tujukan untuk si populer bukan untuk Hera. Memang harusnya begitu, si populer dengan surat cinta dan hadiah setiap harinya. Hanya saja sepertinya kali ini si pengirim salah mengirim suratnya. Lagi pula kelas Renara itu di kelas ipa yang terletak tepat di samping kelasnya.

"Renara."

"Hum?"

"Suratnya buat Renara, bukan gue, kayaknya salah deh." Hera menyerahkan surat itu pada Celine untuk di periksa gadis itu agar Hera tidak di sangka bohong.

Celine buru-buru meraih surat itu kemudian membacanya dengan seksama. Matanya terhenti pada satu kalimat yang tersirat aneh. "Apaan nih 'you are my disney'?" Tanya Celine dengan suara melengking dan tawanya yang sudah meledak. Membuat Hera buru-buru membekap mulut Celine agar tidak menjadi pusat perhatian anak-anak kelas. "Ini maksudnya destiny kali, masa disney, disneyland gitu? hati lu ada biang lala nya?"

HAERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang