03 - Ibunda

39 7 0
                                    

13 Februari 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13 Februari 2024

Gunung dan bukit menjulang di sepanjang jalan Aceh - Sumatera, memperlihatkan keindahan alam yang memukau. Suara merdu burung walet menggema, seakan menyentuh hati dan membuat awan turun dalam bentuk hujan, menyirami bumi yang kering.

Di samping jalan yang dipenuhi beton kusam, seorang pemuda tampak tegang, menggenggam erat ponsel kecil di tangannya. Ekspresi wajahnya penuh kerut, menandakan bahwa ia sedang menghadapi situasi genting.

"Halo, assalamualaikum, Bun..."

Tapi tiba-tiba, ponselnya mati. Apa yang telah terjadi? Pikir Muraj.

"Lahh?! Mati?! Jaringan monyet!" desisnya frustrasi, mencoba menelepon kembali.

Namun, saat ponselnya bergetar karena panggilan masuk, ekspresi wajahnya berubah. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya saat melihat panggilan masuk dari ayahnya.

"Halo, assalamualaikum!" sambut muraj mengangkat telpon dari ayahnya itu, dengan sedikit gugup.

"Wa 'alaikum salam. Kenapa, Muraj?"  Tanya sang ayah, penasaran.

"Gak kenapa-kenapa, Ayah...
Yah, Bunda mana?" tanya Muraj.

"Di kamar. Kenapa? Mau ngomong?" jawab ayah, memanggil bunda

"Iya," jawab Muraj singkat.

***

Dari balik telepon, ayah memanggil Bunda dengan keras.

"BUN!!! SI ULEM NIH NELPON!!!" seru ayah kepada bunda.

Bunda Muraj segera keluar dari kamar dan mendekati ayah yang masih memegang telepon.

Ayah mendekatkan mulutnya ke telepon.

"Tunggu bentar... Bunda lagi jalan ke sini," kata ayah kepada Muraj.

Muraj menunggu dengan sabar, sambil sesekali menggaruk punggungnya yang gatal, memandangi sekitar pesantren tempatnya tinggal. Teman-temannya tertawa riang, membuatnya tersenyum sebentar.

Tiba-tiba...

"Assalamualaikum! Ulem?!" terdengar suara hangat dari Bunda.

Muraj merasakan sesuatu di dada, air matanya berlinang. Apakah itu haru? Rindu? Bahagia? Ya, semuanya. Ia merasa bersyukur masih bisa mendengar suara Bunda yang tercinta. Bukankah tidak semua orang memiliki kesempatan seperti ini.

"Wa alaikum salam, Bun!" jawab Muraj, menyeka air matanya.

"Apa kabar, Nak?" tanya Bunda dengan penuh kehangatan.

"Alhamdulillah sehat, Bunda. Kalo Bunda? Gimana?" tanya Muraj balik.

"Bunda sehat juga! Oh ya, Ulem! Tadi kok tiba-tiba teleponnya mati?! Ulem yang matiin ya?" cerita Bunda heran.

LIGHT BEHIND MISTAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang