Abang?

101 15 0
                                    

Hai

Kembali lagi dengan cerita ini

Sebelumnya maaf  jika ada kesalahan dan penulisan masih berantakan

Tandai typo

Happy reading

Jangan merasa gagal, karena ini semua bukan kemauan mu.

Hari Minggu ini, langit tampak cerah. Sinar matahari menyinari bumi suasana pagi cerah tidak seperti kemarin yang seharian mendung.

Pagi ini, di keluarga Bramantya sedang menjalankan aktivitasnya masing-masing. Seperti saat ini sang Bunda tengah menyiapkan sarapan, Nanda yang kembali tertidur di dapur, niatnya mengumpulkan nyawanya tapi dia malah kembali tertidur, Jiro yang sedang joging, sementara Ravi masih di kamarnya, entah apa yang anak itu lakukan, sedangkan sang Ayah sama seperti hari Minggu sebelumnya, dia akan membaca koran di teras rumah dengan secangkir kopi.

Sebenarnya sang Ayah masih memikirkan putranya Haedar yang kini masih berada di kamarnya. Semalam tepatnya tengah malam, Ayah membawa Haedar keluar dari kamar yang berada di lantai dasar menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.

Ingin rasanya dia melihat Haedar, tapi dia tak bisa. Dia takut putranya yang lain merasa curiga dengannya. Tapi ada yang lebih dia ingin tahu, alasan mengapa istrinya memukul Haedar kemarin, dia sudah berusaha untuk membujuk istrinya agar bicara tapi sayangnya wanita itu masih bungkam hingga pagi ini.

Sedangkan di sisi lain, di kamar yang terlihat gelap dan sedikit cahaya yang menyinari melalui gorden yang masih tertutup.

Di sana terlihat seorang pemuda yang tengah terduduk di atas tempat tidur dengan bersandar pada headboard. Pemuda itu sesekali meringis merasakan punggungnya yang terasa sakit. Pemuda itu adalah Haedar.

Haedar terdiam, ingatan kejadian semalam masih terputar jelas di pikiran, bak kaset yang rusak, ingatan itu terus muncul, semalam setelah sang Ayah mengantar dirinya ke kamar, dia tak bisa tidur.

Kejadian yang dia alami semalam membuatnya tak bisa tertidur dengan nyenyak, padahal kejadian semalam itu bukan pertama kalinya baginya, tapi kenapa rasanya sangat menyakitkan.

Haedar mengarahkan pandangannya ke arah meja belajarnya berada, dia bisa melihat meja itu berantakan. Semalam ketika dia tak bisa tidur, dia memutuskan untuk belajar setelahnya ketika rasa kantuknya datang dia meninggalkan meja belajarnya begitu saja.

Pandangannya beredar kembali, kini pandangan Haedar tertuju kepada jam yang berada di nakas. Bola matanya melebar melihat jam yang tertera di sana.

Segera dia berlari menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, dia bahkan tak memperdulikan punggungnya yang masih terasa sakit itu.

Setelah mandi, Haedar bergegas keluar. Tepat setelah menutup pintu, dia melihat Ravi yang baru saja keluar dari kamarnya. Kemudian tanpa bicara keduanya berjalan beriringan menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan.

Sesampainya di sana bisa di lihat, keluarganya sudah berkumpul, dengan Bunda yang menyiapkan sarapan, Ayah yang duduk di sana dan bermain hpnya, Jiro dan Nanda juga tampak segar, mungkin keduanya baru saja mandi.

Tak ingin membuat keluarganya menunggu, keduanya segera menduduki dirinya di kursi yang kosong.

Dan pagi itu, keluarga Bramantya sarapan dengan tenang tanpa ada ribut.

KEMBAR TAPI BERBEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang