Hitunglah dengan benar, Asmara!

5 1 2
                                    

▪︎☆▪︎

Dimulailah riset ini pada hari senin, tanpa disengaja kita kembali bertemu. aku ingin menghindarimu, namun aku tersadar aku harus melakukan observasi ini dengan tepat! Agar aku tau kenyataan yang sebenarnya.

"Eh, Asmara? Pramuka hari ini ekskul ga? Aku mau izin" ucapmu sambil mendekat dan menunduk sedikit untuk melihatku, sial itu sangat manis, ah tidak! Biasa saja.

"Katanya diliburin, kakak pembina nya lagi ada urusan diluar kota. Lu baca grup chat ga sih?" Singkatku, sedikit ketus. Astaga, aku bisa menghitungnya. Detak jantung normalku permenit hanyalah 76, dan sekarang rasanya bertambah sebanyak 83. Ah pasti ini karena aku baru berlari tadi.

"Oh ya? Aku belum masuk grup chat nya, kamu bisa add in aku ga? Nanti aku sebutkan nomorku" sahutmu, membuatku tanpa sadar menatap matamu yang mirip seperti ukiran eyeliner itu, sangat lancip dan sipit.

"Oh ya, boleh. Tapi batre gua lagi lowbatt, nih. Lu tulisin aja di kertas, nanti gua add in ke grup chat nya." Ucapku berusaha mempertahankan sifat sok cool alay itu.

Kau hanya mengangguk. sial, lagi lagi senyuman itu membuat desiran aliran darahku semakin kencang, anatomi paling penting yang memompa darah ini pun ikut bergejolak, rasanya ingin pecah!

▪︎——————————▪︎☆

Lagi lagi, kopi yang mengebul menemaniku dimalam hari, sambil mencoret coret halaman belakang buku catatan fisika ku, aku menghitungi detak jantungku yang semakin hari semakin bertambah jika aku berinteraksi denganmu, memikirkanmu, menatapmu dari kejauhan, sampai jika hanya mendengar seseorang menyebutkan namamu saja membuat jantungku berdetak kencang. rasanya semakin aneh. Am i that insane?

Dan pada hari ini tepat hari ke tujuh untuk melakukan riset ini, hari pembuktian, apakah benar Asmara jatuh kepada senandika?

Di hari kamis ini, seperti biasanya sekolah ku melakukan operasi semut disekitar sekolah setiap paginya, sekalian melihat pemandangan anak anak terlambat yang dihukum dengan pembukaan ceramah dari guru kimia yang terkenal killer.

Anehnya di pagi ini aku tak bisa menemukanmu, padahal hari ini adalah hari yang sangat penting untuk membuktikan riset yang kulakukan selama 6 hari berturut turut ini, sampailah ke hari ke 7 ini.

Lima menit, sepuluh menit berlalu, sampai sekarang aku tak bisa menemukan suraimu itu. Mataku mendelik ke segala arah untuk mencarimu, rasanya aku seperti orang aneh yang tiba tiba bergerak ke rombongan anak IPA hanya untuk mencari netramu, namun semuanya nihil.

Sampai tiba tiba aku melihat kau datang tergesa gesa dengan seragam pramuka yang belum terpasang dengan benar, sampai kacu atau dasi pramuka mu saja tak kau pakai, membuatku tak sengaja meluncurkan tawa saat melihat pemandangan itu.

80...85...86...88!

Benar saja, detak jantungku bertambah lebih cepat, sangat cepat. Aku terus menatapmu untuk memastikan, dan ternyata kau menangkap mataku sedang memperhatikanku, kau tersenyum kecil kepadaku. Sial! Degup jantungku bertambah, rasanya aku sampai malu jika seseorang disampingku bisa mendengarnya, apa pula ini?! Degup jantungku terus naik secara signifikan, apakah ini reaksi normal? Atau memang benar tentang...

'Asmara jatuh kepada senandika'

▪︎☆☆☆▪︎

Hola! Mr.NanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang