11. 𝘚𝘪𝘥𝘢 𝘳𝘩𝘰𝘮𝘣𝘪𝘧𝘰𝘭𝘪𝘢 dan 𝘝𝘢𝘭𝘦𝘳𝘪𝘢𝘯𝘢 𝘰𝘧𝘧𝘪𝘤𝘪𝘯𝘢𝘭𝘪𝘴

99 32 2
                                    

Amira berusaha sebisa mungkin untuk mencuci akar-akar sidaguri dan valeria sampai bersih. Tanah dan debu mengenai tangan Amira yang juga basah karena air mengalir dari keran. Amira sudah membersihkan akar-akar sidaguri dan valeria selama 20 menit. Amira mengembuskan napas. Ia tidak menyangka pekerjaan mencuci bisa menjadi sangat menjemukan.

"Susah, ya, bersihin akar-akarnya." Suatu suara terdengar oleh Amira. Amira menoleh ke sumber suara. Sosok lelaki jangkung dan berkacamata yang merupakan adik tingkat Amira mendekat ke wastafel cuci di laboratorium. Adik tingkat Amira ini bernama Firsa. Motor Firsa terkadang ditumpangi oleh Amira jika Amira ingin pulang ke tempat indekosnya. Terkadang pula Firsa yang menawari duluan untuk mengantar Amira.

"Lumayan," jawab Amira. Amira mendelik ke gunungan akar sidaguri dan akar valeria di meja belakangnya. Ya, kuantitas sidaguri dan valeria yang dibutuhkan untuk diuji memang banyak.

"Mau dibantu?" tawar Firsa.

"Boleh. Silakan." Amira mengangguk mengiakan.

Firsa mengambil beberapa akar sidaguri dari gunungan akar sidaguri. Firsa mencuci di keran satu lagi, di sebelah Amira. Terlihat titik-titik tanah perlahan terlepas dari jeratan akar tanaman. Akar-akar yang sudah bersih disimpan pada baki di sisi lain wastafel, tentu ada dua baki untuk memisahkan mana yang sidaguri dan mana yang valeria.

"Pasti Kak Amira ingin akar-akar ini sebersih mungkin agar tidak ada impurity di hasilnya."

"Ya. Tapi, memang agak susah membersihkannya, apalagi yang sidaguri."

"Kalau daun dan bunganya gimana, Kak? Ada masalah?"

"Enggak ada. Bagian daun, batang, dan bunga, kan, yang lebih cepat rusak. Aku sudah meneliti daun, batang, dan bunganya duluan."

"Jadi, ini akarnya kering udara? Bukan dikeringkan oven?"

"Itu pun masih belum terlalu kering. Masih agak kotor juga. Jadi, ini aku bersihkan, keringkan di oven suhu 100°C, cek kandungan air biar sampai ke kadar air tujuan. Kalau belum sampai, keringkan lagi."

Firsa hanya mengangguk dalam diam setelah menyimak kalimat Amira. Mereka lanjut membersihkan akar-akar. Hanya bunyi air keran dan bunyi menggosok dengan tangan yang beredar sementara ini.

Kini, giliran Amira yang bertanya ke Firsa, "Kamu ada kuliah?"

"Dosennya tidak bisa datang karena sakit, jadi kelas ditiadakan. Aku jadi pergi ke sini. Aku tahu Kak Amira sedang di lab."

Amira tertegun. Bagaimana Firsa tahu dia ada di laboratorium? Apakah Firsa menghitung jadwal waktu Amira setiap kali ke laboratorium? Atau Firsa cuma menebak-nebak? Ruang kelas dan laboratorium berada di lantai yang berbeda. Amira sudah di laboratorium sejak pukul 7 pagi sementara jadwal kuliah Firsa seharusnya pukul 8. Itu bergantung kapan informasi ditiadakannya kuliah didapatkan Firsa, yang Amira tidak tahu saat ini.

"Jangan sampai ada kandungan yang rusak karena panas oven, Kak. Apalagi zat volatil." Firsa memberi saran sambil meneruskan mencuci akar-akar.

Amira tersenyum mendengarnya. "Makasih atas masukannya."

Cinta Tanggung BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang