3. Intuisi

553 88 15
                                    

Happy Reading

.
.
.
.

"Berapa banyak lagi obat-obatan yang di butuhkan untuk menyembuhkan mereka, Dokter?" Ini sudah semakin membuat Jeongwoo frustrasi karena wabahnya begitu cepat menyebar.

Obat-obatan yang telah dia bawa dari Istana tidak cukup mampu menyembuhkan penyakit tersebut dengan cepat, banyak anak kecil menjadi korban di sana daripada orang dewasa. Kebanyakan juga adalah seorang omega dan Beta.

"Jika terus memaksa menyembuhkan semuanya itu sangat mustahil, Yang Mulia. Saya sudah menyarankan agar berfokus pada gejala ringan saja daripada membantu yang sudah kritis, kita sudah terlalu banyak membuang obat-obatan demi mereka yang jelas-jelas sulit di selamatkan."

Sudah ia katakan dari awal bahwa yang perlu di fokuskan dalam hal ini hanyalah para penderita yang masuk dalam kategori ringan saja, tetapi sang Raja Cassarion terus bersikeras untuk menyelamatkan mereka yang telah kritis.

Persediaan stok obat-obatan yang di bawa semakin menipis, jika meminta pun akan lama sampainya. Belum lagi meraciknya di Istana, darah sang Luna juga perlu di pertimbangkan agar tidak terus menerus di ambil.

"Tetap saja aku ingin semuanya selamat tanpa terkecuali, Dokter. Mereka juga rakyatku, meski sebagiannya bukan. Kau tau itu," bahu yang selalu tegap itu kini merosot dengan tatapan memelas. Suara-suara kesakitan dari para Alpha, omega dan beta di sana membuat kening sang Raja berdenyut.

"Anda baik-baik saja, Yang Mulia?" Itu Doyoung yang bertanya. Asisten pribadi Jeongwoo, yang kerap ikut andil membantu Raja Negeri Cassarion jika mengalami kesulitan pada pekerjaannya.

Jeongwoo memegangi kepalanya yang semakin terasa pening, warna iris matanya silih berganti dalam satu waktu. Membuat Doyoung dan Dokter kerajaan khawatir akan kondisinya, jika sang Raja sakit di sini itu akan sangat berbahaya karena lebih mudah terserang oleh virus wabah yang sedang menyerang.

"Aku tidak tau, Doyoung. Sepertinya sedang terjadi sesuatu di Istana," terengah-engah Jeongwoo mengatakannya. Cucuran keringat di wajahnya begitu kentara, apalagi Jeongwoo seperti berusaha menenangkan dirinya sendiri ketika warna irisnya terus berganti.

"Beraninya kalian menghina Ibuku tanpa tau kejadian yang sebenarnya, kalian tidak berhak mengatakan hal tidak pantas tentang Luna Cassarion."

Suara itu sampai pada gendang telinga sang Raja yang berada jauh di bagian ufuk timur, begitu asing namun rasanya ikatan mereka sangat erat. Membuat Jeongwoo sampai terduduk di kursi karena tidak sanggup berdiri sebab pening yang menguasai kepalanya.

Jantungnya berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya, ketika Luna Cassarion di sebutkan di sana. Ada mana yang mirip dengannya sedang mengamuk hebat tanpa ada yang bisa mencegahnya.

"Park Jeran..." ucap Justin yang kini mengambil alih tubuh Jeongwoo, warna iris keemasan tersebut menyala terang di sertai feromon yang menyesakkan para Alpha dan omega di sana.

Begitu cepat pergerakan sang Raja melesat dari sana meninggalkan Doyoung dan Dokter Kerajaan, Justin melakukan shifting ke wujudnya berlari melintasi pepohonan rindang dengan kemarahan yang tertahan.

Sepertinya Haruto tidak sadar bahwa Jeran sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja, sebab anak itu belum belajar caranya mengendalikan werewolfnya sendiri.

Sejatinya selama ini Jeran hanya di ajarkan cara mengenali werewolfnya dan mencari cara berkomunikasi terlebih dahulu, sebelum melanjutkan ke langkah selanjutnya yaitu pengendalian diri dan shifting.

Tidak sama seperti si sulung, Park Jilory Cassarion. Anak itu memang sudah di latih oleh Kakek dan Neneknya secara langsung sedari kecil, sedangkan Jeran masih pada tahap pengenalan akan pada sang werewolf.

.
.
.

Sungguh sangat di luar kemampuan Junhyuk menahan Jeran yang mengamuk di pasar, ia memukul dan mencakar para rakyat tanpa kenal ampun. Tidak peduli siapa orangnya, Jeran tetap melukai mereka.

Bahkan dirinya sendiri pun juga terluka parah, prajurit yang datang sebagian tumbang dan tidak ada yang berani mendekat. Jeritan rakyat di sana karena kemarahan si bungsu sungguh membuat mereka ketakutan bukan main.

Gadis kecil perempuan yang kini terduduk di lantai dan berteriak meminta tolong tidak di hiraukan, ia bersusah payah melangkah mundur ketika serigala Jeran menghampirinya dengan sorot mata tajam.

Iris keemasan dan kebiruan itu sarat akan amarah yang tak bisa di bendung, geraman serigalanya menakuti si gadis kecil di depannya. Memohon ampun dan meminta maaf karena telah bersikap kasar atas sang Luna Cassarion.

"Ku mohon maafkan aku, Pangeran... aku bersalah. Tolong maafkan aku..." percuma saja dia meminta dan memohon ketika sang Pangeran sedang di kendalikan oleh werewolfnya.

Jeran menulikan pendengarannya ketika Jilory dan Junghwan tiba di sana, setelah mendengar bahwa Pangeran Cassarion mengamuk hebat. Padahal setahu keduanya Jeran adalah anak yang sangat penurut dan tidak pernah sekalipun membantah seperti Putri Mahkota.

"Hwannie, tolong beri aku ciuman sebelum menangkap bocah itu. Hm?" Pintanya dengan mata puppynya yang begitu persisi seperti Haruto.

"Yang benar saja, Jilo!"

"Haiis! Cepatlah, Hwannie~" Sudah di katakan bahwa Junghwan tidak pernah bisa menolak permintaan Putri Mahkota Cassarion itu, tetapi jika dalam situasi seperti ini Junghwan berpikir dua kali namun tetap saja dia turuti pada akhirnya.

Membuat Jilory berseru senang, sedetik kemudian iris matanya berubah warna seperti Jeran. Keemasan dan juga kebiruan, kuku-kuku jarinya memanjang serta taring kuat yang muncul.

Wajah cantik itu kini berubah menyeramkan ketika menggunakan feromonnya sendiri, Junghwan tidak bisa ikut campur dalam pertarungan antara saudara tersebut. Karena itu melanggar aturan antar Negara masing-masing.

Matanya mengedar melihat banyaknya rakyat yang terluka parah dan beberapa prajurit kerajaan juga ikut terkena imbasnya, Jilory hanya tidak menyangka Adiknya akan sekuat ini jika sedang marah.

Tetapi baru saja Jilory ingin menangkap sang Adik, serigala kecil itu lebih dulu terlempar keras mengenai pagar salah satu rumah warga di sana. Suara geraman Ayahnya semakin membuat suasana tidak terkontrol, apalagi ketika iris keemasan sang Alpha Enigma tersebut melihat rakyatnya terluka.

Semakin menyulut emosi Raja Cassarion, tubuh besar serigala Justin serta feromonnya yang mengintimidasi siapapun di sana. Bahkan Junghwan yang di juluki The Killer pun memilih mundur dan membantu Junhyuk-pengawal pribadi Haruto untuk menjauh.

Ini adalah pertarungan antara anak dan Ayah, sama sekali tidak boleh ada satu pun yang ikut campur kecuali dari pihak keluarga. Namun di sana keluarga satu-satunya hanya Jilory, Haruto tidak ada karena mungkin pesan belum tersampaikan kepadanya.

"Apa kau tidak bisa terkoneksi dengan Haruto?" Tanya Junghwan yang kini khawatir. Karena lawan Jeran tidak sebanding, jika dengan Jilory mungkin anak itu akan sedikit melunak. Tetapi berbeda dengan Jeongwoo yang selalu bersikap tegas pada si bungsu.

"Sang Luna sedang mengandung, tidak baik baginya berada di sini. Itu akan memperparah keadaan nantinya," ungkap Junhyuk. Tidak seharusnya dia membocorkan hal ini kepada siapa pun, termasuk Jeongwoo.

.

.

.

TBC

Jeng Jeng Jeng!
Diam2 aja, jangan ada yg kasih tau Jeongwoo🤫
Jan lupa votment yaw

Terimakasih sudah singgah membaca

Queen LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang