Ketidak Sengajaan

262 9 0
                                    

Hari ini adalah tepat hari keduaku mengurung diri sendirian dikamarku setelah adegan teriak-teriakan dilantai bawah sehari yang lalu.

Dan sudah kumantapkan tekadku untuk kabur menuju apartemen Keindra. Huh, aku tak peduli pada perusahaan atau pun kedua orang tuaku. Toh, mereka juga tak peduli dengan kebahagiaanku 'kan?

Baju secukupnya . . . check.

Lotion plus parfum . . . check.

I-phone . . . check.

Yeah, ini namanya pelarian a la Miss Dirrana.

Perlahan, kudekati jendela kamarku yang cukup besar dan langsung membukanya. Celingak-celinguk seperti agen FBI difilm-film action pun kupraktekkan saat ini, demi mengetahui ada atau tidaknya orang yang akan menyaksikan pelarianku ini.

Kalian jangan risau. Walaupun dirumah keluarga Paffeerleno mempunyai kamera cctv yang terpasang hampir disetiap sisi, dengan lihainya aku merekatkan lensa cctv dirumahku ini, dengan kertas yang berisi kata-kata 'manis' untuk orang tuaku sebelum aku pergi. Aku juga sudah mematikan saklar yang menjadi inti semua listrik dirumahku ini.

Sepi. Itulah satu kata yang tetlintas dibenakku ketika melihat halaman sampingku tak menampung makhluk bernama manusia sedikitpun.

Dirrana Fay Paffeerleno : sugar, aku keapartemen kamu sekarang. Jangan kaget kalo tiba-tiba ada aku disamping kamu.

Sudah kukirimkan line untuk Keindra agar setidaknya, bila Ia mencerna kata-kataku, Ia juga membantuku dalam pelarian ini.

Moga aja Keindra belom tidur. Batinku.

Aku mengikat ujung tali yang belum kujatuhkan, pada lemari jati besar. Oh ya, aku harus berhati-hati sekali saat turun. Mengingat, kamar pribadi yanng menjadi saksi bisu pelarianku ini berada dilantai 2 dirumahku. Sehingga tali yang kugunakan untuk turun harus kusambung terlebih dahulu agar panjang dan bisa mengantarkanku sampai kakiku menginjak tanah dengan sempurna.

Kulemparkan ransel yang berisi barang-barang yang kubutuhkan dalam pelarian ini, kebawah secara perlahan agar tak menimbulkan suara berisik yang siapa tau bisa menghambat pelarianku ini.

Jangan anggap aku lebay dengan acara pelarian ini. Aku melarikan diri dari rumah juga punya 2 alasan yang meyakinkan mentalku. Pertama, keegoisan orang tuaku yang tidak membolehkanku untuk bertemu sang pujaan hatiku. Kedua, aku mendengar desas-desus kabar bahwa aku akan segera dijodohkan dengan seseorang yang bahkan aku tak mengetahui namanya. Aku mendengar desas-desus kabar tersebut saat aku mencoba menguping pembicaraan para pelayan yang seakan iba dengan situasi yang kualami saat ini.

Kuhembuskan nafas panjang. Anggap saja ini adalah persiapa mentalku untuk turun ke tanah dengan menggunakan seutas tali tanpa pengaman apapun.

Aku menduduki jendela kamarku yang kebetulan sengaja tak dibangun balkon dikamar pribadiku ini. Entah karena apa, karena percayalah, aku tak peduli dengan hal tersebut.

Detik selanjutnya aku mencoba meraih seutas tali berwarna biru yang akan mengantarkanku kebawah menyusul ransel hitamku yang sudah terkapar dalam keadaan cukup mengenaskan setelah baru saja kulemparkan.

Aku harus sangat berhati-hati dan tidak panik dengan apapun yang akan terjadi saat proses penurunanku menggunakan tali ini, mengingat tujuan utamaku adalah melarikan diri. Bukan bunuh diri.

Bughh...

Aku sukses terjatuh dengan pantatku yang pertama kali mencium daratan. Untung saja posisiku saat akan jatuh kedaratan tinggal 1 meter kurang. Sehingga tak meninggalkan suara gedebug yang cukup untuk membangunkan siapapun yang berada disekitarku.

[GF1] Only YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang