Jangan lupa follow sebelum baca ❤
*SERIES 1 Pangkalan Romusa*
Ini tentang Altara Ganeswara...
Cowok pemilik netra coklat terang seterang rembulan yang selalu menunjukkan senyumnya, senyum manis yang mampu menutupi pahitnya semestanya.
Altara adalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gimana kabar kalian hari ini??
Yuk ramein lapak ini! Aku bakal berterimakasih banget jika kalian mau share dan mengembangkan cerita Goresan Tinta Altara.
Spam love banyak-banyak❤
༶•┈┈⛧┈♛ Happy reading ♛┈⛧┈┈•༶
Kaki jenjang Altara membawa tubuh ringkih itu menyusuri tepi jalan raya yang terlihat sangat padat. Jalanan ibukota tempat Altara tinggal memang tidak pernah sepi, kendaraan roda dua maupun roda empat memenuhi jalan membentuk barisan yang cukup panjang.
Kantong plastik putih berisi obat itu Altara genggam dengan erat, cowok itu baru saja membeli obat pereda nyeri di apotek. Sakit kepala berkepanjangan yang dirinya alami membuat Altara memutuskan untuk membeli obat, ia juga bingung kenapa kepalanya terus terasa sakit.
Langkahnya terhenti melihat siluet seseorang yang tengah jongkok di depan sebuah toko dengan rokok yang terapit di kedua jarinya.
Altara sedikit berlari untuk sampai di dekat Arjuna, di tepuknya bahu Arjuna pelan.
Arjuna tersentak, ia mendongak menatap Altara yang berdiri menjulang di sampingnya. "Lo bikin gue kaget, Ta." Arjuna menghisap rokoknya, kepulan asap berwarna abu-abu itu keluar dari kedua lubang hidungnya.
Altara memperhatikan Arjuna dengan seksama, sahabatnya itu masih memakai seragam sekolah bahkan Arjuna masih menggendong tasnya. Altara mengeluarkan buku notes berukuran 10×10 cm miliknya dari balik saku bersama pena hitam.
Arjuna menjatuhkan rahangnya atas pertanyaan sarkas dari Altara. "Ya enggak lah! Gue masih pengin nikmatin hidup yang membosankan ini."
"Ngomong-ngomong soal Mahatma, gue juga udah jadi kaya dia." Arjuna menampilkan deretan gigi rapihnya. "Rokok makem adected."
Altara mendekatkan telinganya sebagai isyarat jika dirinya tidak terlalu mendengar ucapan Arjuna.
"Rokok makem adected," ulang Arjuna keras.
Otak Altara dipaksa berpikir dengan cepat, mencoba memahami bahasa asing yang keluar dari mulut Arjuna. Sadar akan sesuatu, Altara menepuk keningnya dan kembali menulis.
