2. Romusa

96 10 2
                                    

Gimana kabar kalian??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana kabar kalian??

Hari ini ngapain aja?

Yuk ramein lapak ini! Aku bakal berterimakasih banget jika kalian mau share dan mengembangkan cerita Goresan Tinta Altara.

༶•┈┈⛧┈♛ Happy reading ♛┈⛧┈┈•༶

Bersama dengan Jairo, Altara menapaki kakinya di lapangan voli dekat perumahan mereka, lapangan yang ukurannya cukup luas itu seringkali dijadikan tempat latihan oleh Jairo.

Altara tersenyum sekilas melihat keempat sahabatnya sudah terlebih dahulu sampai, cowok itu berlari kecil menghampiri mereka diikuti Jairo di belakangnya.

"Lama banget kalian!" Cowok dengan potongan rambut wolf cut itu menatap Altara dan Jairo jengkel. Rajash Jenggala, ia melempar bola ke atas untuk melakukan passing.

Bola dari Rajash di tangkap oleh Jairo dengan mudah. "Nungguin dia dandan." Jairo menunjuk Altara dengan dagunya.

Altara mendelik, kepalanya menggeleng cepat tanda tidak setuju dengan ucapan Jairo.

"Hahaha..." tawa Rayan menyembur. Cowok berwajah babyface itu merangkul Altara. "Nggak usah dandan Al, lo udah ganteng," kekehnya geli.

Altara melepaskan rangkulan Rayan, bibirnya memerengut sebal. Altara mengeluarkan buku notes kecil yang ia simpan di sakunya, tangannya mulai menulis di sana.

"Aku nggak dandan!"

Tulisan Altara membuat mereka terhenyak, terkadang mereka sering melupakan hal penting di sini.

Salah satu sahabat mereka tidak sempurna.

Perasaan aneh selalu menjalar di hati setiap kali melihat dan membaca tulisan Altara, seakan tulisan itu memiliki daya magis hingga mampu menyihir mereka.

"Ekhem," deheman dari Kansa menyadarkan mereka. Kansa mengambil buku notes Altara dan kembali menyimpanya di saku cowok itu. "Nggak usah di dengerin," tuturnya. Alkansa Darmajati, si cowok konglomerat yang dijuluki kutu buku itu terkenal dengan sifat yang bijak dan penuh perhatian.

Mahatma mengangguk setuju. "Gue juga baru sampe," timpalnya. Cowok yang menjabat sebagai ketua extra voli di sekolahnya itu menepuk bahu Altara pelan.

Rayan berdecih. "Lo mah kebiasaan ngaret! Cepetnya cuma kalo anter Hanin!" sindir Rayan. Berbeda dengan Raden yang dijuluki kutu buku, cowok itu sering disebut Bocah kematian. Seperti sekarang, seorang Rayanka Dikta tengah memasang tampang julidnya.

Mahatma langsung mendatarkan wajahnya saat nama tunangannya di sebut, kedua manik hitam milik Mahatma menatap Rayan tajam.

"Definisi bucin akut," sambung Kansa. Alisnya terangkat satu saat Mahatma juga melayangkan tatapan tajamnya kepadanya. "Kenyataan."

Goresan Tinta AltaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang