⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Matahari sudah mulai menampakkan diri nya, namun putri cantik itu tak kunjung terbangun dari tidur nyenyak nya. Bahkan jam weker yang berbunyi nyaring di nakas nya tak mampu membangun kan putri tersebut.
Hanya ada satu cara untuk membangunkan putri cantik, yaitu dengan "Echa! Bangun atau Mama dobrak pintu kamar mu!" Ya itu dia, hanya suara Mama Kirana lah yang mampu membuat putri tersebut bangun.
Pintu di gedor berkali-kali, terdengar suara Mak Lampir yang tengah berteriak marah. Buru-buru Echa bangun dari alam mimpi nya dan berjalan membuka pintu kamar nya. Syukurlah, pintu tersebut tidak rusak karena gedoran dari Mak Lampir.
"Bisa gak sih pelan-pelan bangunin nya mah, Kalau pintu nya rusak gimana?" Ucap Echa sambil mengedarkan pandangannya.
"Ya kamu di panggil dari tadi gak bangun-bangun. Cepetan mandi semuanya udah pada nungguin kamu tuh di meja makan" Setelah itu Mama Kirana berlalu meninggalkan Echa.
⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Echa memasuki area parkir
SMA PRAPANCA dan memarkirkan sepeda motor nya di jajaran sepeda siswa siswi yang lainnya.Setelahnya ia pergi memasuki kelas nya yang berada di lantai dua itu. Dilihatnya murid X.2 sudah banyak yang sampai, dan duduk di bangkunya masing-masing.
Baru saja ia mendudukkan diri di bangku, ia mendengar suara gaduh dari arah pintu.
"Gawat gawat gawat! Gua belum ngerjain tugas matematikaaaa!!" Suara yang sangat memekikkan telinga itu adalah suara milik Shabila Parahita, sahabat dekat Echa.
Shabil berlali mendekati Echa. "Echa gua tau lo pasti udah ngerjain tugas matematika. Gue pinjem buku lo, gue belum ngerjain. Gue baru inget tadi subuh anjir!" Shabil berusaha mengatur nafas nya, yang sudah seperti habis lari maraton saja.
"Lo kenapa sih, kayak lagi di kejar pocong aja. Minum dulu nih, minum" Echa memberikan botol minum yang berada di hadapannya.
"Gue panik, gue belum ngerjain tugas nya Pak Saul. Lo tau sendiri kan dia kalau marah kayak gimana. Bahkan Kak Ros kalah garang dari pada dia"
"Ngawur, kualat lo nanti! Udah sana salin tugas nya, buku gue ada di tas. Gue mau ke toilet bentar" Setelah mengucapakan itu, Echa pergi meninggalkan Shabil
"Hehe makasih ya Peri Echa, lo bener-bener jadi penyelamat gue"
⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Bel istirahat berbunyi memekikkan telinga. Saat yang sangat dinantikan oleh seluruh murid di muka bumi ini.
"Kantin yuk! Gue lagi ngidam somay nih" Ajak Shabil. Sahabatnya yang satu itu gemar sekali memakan somay, dia sangat heran apa enak nya sih somay?
"Lo ke kantin duluan aja, gue mau ke ruang tari" Shabil heran, kenapa bisa ada orang yang tidak menyukai ke kantin pada saat jam istirahat dan memilih untuk pergi ke ruang tari.
Saking herannya, ia tidak menyadari bahwa sedari tadi ia lupa cara menutup mulutnya.
"Lo lebih milih ke ruang tari dari pada ke kantin?"
"Ya cuma itu caranya biar gue bisa latihan dengan leluasa" Ujar Echa sambil menatap Shabil. Tatapan itu, tatapan yang sangat Shabil tidak suka. Echa menatapnya dengan tatapan sendu.
Hanya di ruang tari sekolahnya lah tempat paling nyaman jika digunakan untuk berlatih menari ballet. Kenapa tidak rumah nya? Sebenernya bisa saja sih jika dia latihan di rumah, namun dia selalu was-was. Sebab Kakek Tama bisa berkunjung sewaktu-waktu.
Dulu pernah dia berlatih di kamar, namun Kakek Tama memergokinya sedang menari ballet. Tak hanya memarahi nya saja, Kakek Tama juga menyita Pointe shoes yang ia gunakan untuk latihan dan membuangnya entah kemana.
Karena pointe shoes nya di sita ia pun harus menabung dikit demi sedikit untuk membeli pointe shoes yang baru.
⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Echa mengendap-endap memasuki ruang tari. Ia takut jika ada yang mengetahui dia berlatih ballet di ruangan tersebut. Itu disebabkan karena ia bukan termasuk anggota tari. Ia khawatir jika ia ketahuan maka ia tidak akan bisa latihan di ruang tari lagi.
Setelah memastikan di dalam ruang tari tidak ada orang, ia pun masuk dan mulai melakukan pemanasan.
Ia menyalakan sebuah lagu milik tchaikovsky yang berjudul Dance of the sugar plum fairy.
Echa membesarkan volume handphone nya, ia pun bersiap untuk menari.Echa menari dengan sangat indah, tubuh nya sangat lentur. Ia menari bak seorang penari utama di sebuah panggung. Di tengah tarian nya, tanpa sepengetahuan Echa ternyata ada seorang pemuda yang tengah mengintip dari balik jendela.
~🩰~
HAI SEMUA, JANGAN LUPA BUAT VOTE DAN KOMEN YAA ...
SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!!!
-with love, cyza🎀
KAMU SEDANG MEMBACA
Let me be a ballerina
JugendliteraturJangan lupa Follow sebelum membaca yaa!! ⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆ Keluarga Wrahaspati, keluarga yang dikenal terpandang karena seluruh keluarga anggota keluarganya berprofesi sebagai pengacara. Berbeda dengan semua anggota keluarganya Ka...