⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Karlesha, gadis itu tengah terduduk di kursi balkon nya. Gadis tersebut tengah memandangi sebuah sapu tangan. Sudah satu jam ia hanya terduduk di balkon sambil memandangi sapu tangan tersebut.
Sapu tangan berwarna coklat itu tampak tidak asing baginya. Di ujung sapu tangan tersebut terdapat sebuah huruf K. Sepertinya ia pernah melihat sapu tangan itu beberapa tahun lalu.
Lamunan seketika buyar ketika ada seseorang memanggil nama nya.
"Kak Echa! ini ada paket buat Kakak" Echa pun menoleh kearah sumber suara, ia melihat adik nya tengah berdiri di ambang pintu, membawa sebuah bingkisan berwarna hitam.
"Paket dari siapa?" Tanya nya. Ia menyimpan sapu tangan itu di saku lalu menghampiri adik nya.
"Dari Kakek Tama" Tanpa membuka bingkisan itu, Echa sudah tau apa isi di dalam nya. Buku, buku, dan buku. Kakek nya itu selalu memberikan diri nya sebuah buku tentang Hukum dan pasal pasal.
Apakah Echa membaca buku-buku tersebut? Oh, tentu saja tidak. Buku-buku tersebut hanya dijadikan sebuah pajangan rak di sudut kamar nya. Berbeda dengan Dipta, kakak nya itu selalu rajin membaca buku tersebut.
Sejujurnya kakak nya itu tidak ingin menjadi seorang pengacara, ia ingin menjadi arkeolog. Namun, lagi-lagi Kakek Tama dengan ucapan nya itu mampu membuat seseorang patah semangat menggapai mimpinya.
Echa tidak ingin seperti sang kakak yang merelakan mimpi nya sendiri hanya untuk keinginan sang Kakek. Ia harus bisa menggapai mimpi nya, meski di tentang habis-habisan oleh sang Kakek.
Setelah menaruh bingkisan dari sang Kakek, Ken pun keluar dari kamar. Echa mendekati bingkisan tersebut dan membuka nya. Seperti dugaannya, bingkisan tersebut berisi buku tentang ilmu hukum.
Apa Kakek nya itu tidak bosan dengan membeli buku-buku serupa? Dari memberikan buku ilmu hukum kepada-nya mending Kakek nya itu memberikan sebuah pabrik permen coklat, kesukaan Echa.
Ketika bingkisan itu terbuka sempurna, Echa menaruh buku yang baru di berikan sang Kakek ke sebuah rak yang berisi buku-buku serupa.
⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Siang ini matahari bersinar terang benderang, pada saat ini pelajaran olahraga tengah berlangsung dan seluruh murid X.2 sekarang sedang berada di tengah lapangan.
Sama dengan teman-temannya Echa saat ini sedang bermain bola basket, ia tampak kelelahan. Keringat menbasahi pelipisnya, nafas nya pun sudah mulai tidak teratur.
Echa sibuk mendribble bola di tangan nya dan berusaha menghindari cegatan lawan. Meskipun tampak kelelahan senyum Echa tak pernah sedetikpun terlihat luntur. Ia tampak sangat menikmati permainan nya.
Senyuman Echa terlihat sangat manis, dipadukan dengan pahatan wajah yang indah dan mata yang berwarna biru itu terlihat sangat mempesona jika dilihat.
Gerakan Echa di saat permainan basket itupun tidak luput dari tatapan seseorang dari atas sana. Orang itu terlihat sangat terpesona dengan pemandangan di lapangan tersebut.
Tanpa orang itu sadari, ternyata sedari tadi sudut bibir nya terangkat dan membentuk sebuah senyuman yang tak kalah indah dengan senyuman Echa.
Peluit nyaring ditiup, pertanda bahwa pelajaran olahraga telah usai. Permainan bola basket itu pun berhenti. Tim Echa memenangkan permainan tersebut. Seluruh murid membersihkan peralatan olahraga dan berhambur masuk kedalam kelas.
⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Kantin dipenuhi oleh ratusan siswa yang sedang kelaparan. Di istirahat kali ini Echa memutuskan untuk tidak pergi ke ruang tari dikarenakan ia ingin mengembalikan sapu tangan milik kakak kelas yang ia temui di taman belakang lab bahasa.
Ia menengok kekanan dan kekiri mencari kakak kelas tersebut namun tak kunjung ketemu. Shabil yang berada di samping nya pun mengerutkan alis. "Lo cari siapa sih, cha? Dari tadi celingak-celinguk kayak orang ilang aja" Echa yang berada di samping nya itu memukul lengan shabil.
"Ck! Gue lagi nyari pemilik sapu tangan ini" Echa menunjukkan sapu tangan tersebut kepada shabil.
"Lah emang nama pemilik nya itu siapa?" Tanya Shabil.
"Gue gak tau, kemarin gue belum sempet nanya nama nya siapa. Kalo di liat dari bet kelas nya sih kayak nya itu cowok kakak kelas kita. Bet kelas nya warna merah"
"Bet merah ... berarti kelas sebelas ya. Itu cowok sebelas apa? siapa tau gue kenal salah satu temen nya"
"Kalau gue tau dia kelas nya ya udah gue samperin dari tadi bil. Udahlah lo pesen aja dulu, gue mau keliling kantin" Echa berlalu meninggalkan Shabil.
Saat ia menoleh kekanan dan kekiri mata nya tak sengaja menangkap seorang pemuda yang sedang mengantri untuk membeli bakso. Pemuda itu adalah pemilik sapu tangan coklat yang sedang di genggam nya.
Pada saat ingin melangkah mendekati pemuda tersebut, bahu nya ditepuk oleh seseorang.
"Hai cha! Gue di suruh Bu Desi buat manggil lo ke ruang guru. Kayak nya sih lo bakal di suruh ngambil kertas ujian harian kemarin dan di suruh ngebagiin juga" Ternyata yang menepuk bahu nya adalah Ghea, murid kelas sebelah.
Echa adalah seorang ketua kelas, jadi ia sering di panggil oleh guru-guru untuk di mintai bantuan.
"Oh oke, habis ini gue ke ruang guru. Makasih ya" Ghea pun berlalu meninggalkan nya.
Echa menoleh ke tempat semula pemuda pemilik sapu tangan itu berdiri, ia mendapati pemuda tersebut sudah tidak ada di tempat nya.
Padahal sebentar lagi ia bisa mengembalikan sapu tangan itu, namun pemuda tersebut malah menghilang dan membaur pada kerumunan murid yang lainnya.
~🩰~
HAPPY NEW YEAR GAISS!! JANGAN LUPA VOTE TERUS YAA ...
SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER!
-with love, cyza🎀
KAMU SEDANG MEMBACA
Let me be a ballerina
Roman pour AdolescentsJangan lupa Follow sebelum membaca yaa!! ⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆ Keluarga Wrahaspati, keluarga yang dikenal terpandang karena seluruh keluarga anggota keluarganya berprofesi sebagai pengacara. Berbeda dengan semua anggota keluarganya Ka...
