⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Di salah satu sudut kantin, terlihat tiga orang pemuda tengah memakan bakso dengan lahap. Oh, tidak tidak. Lebih tepat nya dua pemuda. Sebab salah satu pemuda tengah tersenyum-senyum sendiri seperti orang gangguan jiwa.
"Temen lo yang satu itu kayak nya beneran kena gangguan jiwa. Ngeri banget dari tadi senyam-senyum terus. Gigi nya apa gak kering?" Bisik salah seorang pemuda keheranan.
"Wajar, dia kan dulu di cari-cari sama perawat rsj. Mungkin penyakitnya itu kambuh lagi" Celetuk pemuda lain menanggapi.
"Gue bisa denger omongan lo kali Ndo" Seseorang yang sedari tadi di bicarakan itu pun akhirnya berbicara.
Nando, yang nama nya di sebut-sebut hanya bisa mengeluarkan cengiran menyebalkan.
"Ya lo kenapa sih, dari tadi senyum mulu. Lagi kasmaran lo?" Bukan, itu bukan suara Nando.
"Lo kira gue sama kayak lo zaf? Kasmaran setiap ada cewek cantik yang lewat di depan lo"
"Enak aja, sejak kapan gue kayak gitu!" Ucap pemuda yang bernama Ghezaf. Ia tidak terima dirinya di bilang kasmaran setiap saat, padahal emang benar sih.
"Apa perlu gue bawain kaca? Eh gak usah jauh-jauh dah, tuh handphone lo ada kamera nya kan. Nah ngaca situ" Tambah Nando.
"Nyaut aja lo Bando!" Kesal Ghezaf. Nando dan pemuda yang ada di hadapannya tertawa karena melihat kekesalan Ghezaf. Kenapa sih semua teman-teman nya suka sekali mengolok-olok Pangeran Ghezaf.
"Lo masih belum nemu cewek itu, Kai?" Pertanyaan Nando membuat topik selanjutnya menjadi lebih serius.
pemuda yang di panggil Kai itu memiliki nama panjang Kaizo Rodriguez. Ketika mendengar pertanyaan itu ia menatap Nando sejenak dan tertunduk lesu.
Kai menghela nafas panjang. Ketika ditanya tentang gadis itu, ia selalu berkata "Entahlah, gue gak yakin".
"Spesial banget itu cewek kayak nya, lo nyari-nyari dia dari jaman majapahit sampe jaman generasi stroberi" Celetuk Ghezaf.
Bel berbunyi, istirahat telah berakhir. Kai bersama dua orang temannya itu pun kembali ke kelas nya
⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆
Karlesha, gadis itu sedang menunggu mobil sang Ayah. Halaman depan SMA PRAPANCA terlihat lenggang. Siswa dan siswi sudah pulang sejak 20 menit yang lalu.
Saat ia menunggu mobil sang Ayah, Echa merasa dirinya tengah di awasi oleh seseorang. Namun, ketika ia membalikkan badan Echa tidak mendapati satu orang pun di belakang nya. Ntahlah, mungkin itu hanya perasaan nya saja.
Satu mobil tengah mendekat ke arah pagar sekolahnya, ia pikir itu adalah mobil sang Ayah. Namun ternyata dugaan nya itu salah. Itu bukan mobil Ayah nya, melainkan mobil ... Kakek Tama.
Perasaan Echa mulai tak karuan. Pikiran nya kalut, kenapa Kakek Tama menjemputnya? Bahkan Kakek nya tidak menghubungi Echa terlebih dahulu.
Mobil yang sangat ia kenali itu berhenti di hadapannya. Kaca mobil terbuka, menampilkan seorang lelaki dengan rahang yang tegas. Wajah lelaki tersebut masih terlihat tampan meskipun sudah di makan usia.
"Kenapa bengong di situ. Cepat masuk, Echa" Suara bas milik Kakek nya itu masuk ke dalam indra pendengaran Echa.
Dengan rasa ragu ia memasuki mobil tersebut. "Ayah kemana, kok Kakek Tama yang jemput Echa?" Echa memberanikan diri untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let me be a ballerina
Novela JuvenilJangan lupa Follow sebelum membaca yaa!! ⋆。‧˚ʚɞ˚‧。⋆ Keluarga Wrahaspati, keluarga yang dikenal terpandang karena seluruh keluarga anggota keluarganya berprofesi sebagai pengacara. Berbeda dengan semua anggota keluarganya Ka...