Sebelas

673 133 40
                                    

Terlewati sudah 40 menit Naruto, Sakura, Hinata dan Ino menunggu di tempat camp. Tanda-tanda kedatangan yang lain belum juga terlihat. Untungnya sejak setengah jam yang lalu Naruto sudah mendapati dimana letak sinyal berada. Kini, pemuda jabrik itu bertahan di atas pohon setinggi 15 meter sambil mengacungkan tangan kirinya yang menggenggam ponsel. Untuk berjaga-jaga, Naruto cukup pintar mengikat tubuhnya di atas sana dengan menggunakan webbing, 10 menit sudah Naruto berada pada posisi itu.

"Kau aman, Naruto!?" Sakura menunggu di bawah sambil mengamati sekitar. Menjaga dengan cemas takut saja bila Naruto jatuh dari atas.

"Ya! Aku memikirkan bagaimana caraku bisa turun nanti!"

"Berapa lama lagi?!" Sakura melihat jam di tangannya. Naruto harus menelepon pusat bantuan jika Gaara tidak juga kembali.

"17 menit!" Mereka saling bersautan dengan nada cukup tinggi. Cuaca tidak lagi hujan, tapi angin kencang membuat ujung batang pohon bergoyang ke kiri dan ke kanan bersama Naruto di atasnya.

"Jika cuaca memburuk sebaiknya kau turun saja!"

"15 menit lagi!" Naruto terus memperhatikan layar ponselnya. Meskipun berada pada posisi tinggi, jaringan di sana tetap saja tidak stabil. "Ck! Kenapa jadi 1 batang lagi." Naruto mengangkat tangannya setinggi mungkin, ia tidak mungkin bisa memanggil bantuan dengan sisa sinyal seperti itu.

"Apa sebaiknya aku cari tempat lain?!" Opsi datang dari Sakura.

"Tidak perlu! Aku sudah mengelilingi tempat ini tadi. Lebih baik kau awasi kedatangan yang lain."

Sakura melihat ke arah tenda dimana Ino dan Hinata tampak sedang memasak sesuatu. Sialan. Lehernya terasa sakit hanya dengan melihat Naruto bergelantungan di atas pohon.

"Apa kau sudah mencuci berasnya?"

Hinata menggeleng. "Sakura-chan bilang beras tidak perlu dicuci untuk menghemat air."

"Tapi kita dekat dengan telaga." Tunjuk Ino.

Hinata dan Ino saling pandang beberapa detik. Seakan-akan saling mengutarakan, "Aku tidak mau mencuci beras ini di sana."

"Baiklah, kita langsung masak saja." Ino mengalah.

Kedua perempuan cantik itu menyiapkan nasi dan beberapa lauk, berjaga-jaga jika saja Gaara dan yang lain sudah tiba. Masuk akal jika dalam kondisi seperti mereka akan merasakan lapar. Sementara kedua orang tersebut mengurusi dapur, dua orang lainnya tampak berada cukup jauh dimana salah satunya berdiri di ujung pohon.

"Bagaimana cara anak itu naik?" Ino memperhatikan keberadaan Naruto.

"Naruto-kun memang mahir memanjat. Apa kau lupa, Ino-chan?"

Jika diingat-ingat, sewaktu SMA dulu Naruto memang sering berulah dengan kabur melewati tembok sekolah atau pernah dipercaya memperbaiki tali yang tersangkut pada katrol tiang bendera. Tak disangka bakat itu berguna di tempat seperti ini.

"Tapi dia selalu kesulitan untuk turun."

Hinata tersenyum.

"Apa mereka akan selamat?" Hinata cukup terkejut mendengar itu. Ia melihat Ino menghadap pada api unggun sambil memperbaiki letak kayu bakar.

"Aku yakin mereka semua selamat."

"Apa kau pernah dengar soal beruang grizzly yang menguliti mangsanya hidup-hidup?"

"..."

"Aku dengan jelas melihat hewan itu tadi. Dia terlihat kelaparan."

"Jangan berpikiran aneh. Mereka semua laki-laki kuat dan pasti akan menyelamatkan Karin."

SS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang