Sembilan

770 118 40
                                    

Di pagi buta itu, semua orang bersiap-siap setelah masing-masing dari mereka manyantap sepotong roti dan segelas teh. Kondisi langit masih gelap, api unggun sudah redup dan sialnya udara terasa sangat dingin. Beberapa dari mereka hanya membawa tas kecil berisikan air minum, kamera, dan juga ponsel. Mereka harus tiba di pucak gunung ame setidaknya pukul 05.30, sebelum terbit matahari.

Tidak ada yang membereskan tenda, karena mereka akan turun setelah itu dan mungkin beristirahat sejenak. Hinata yang mengalami masalah pada kakinya kemarin sudah merasa kembali sehat dan memutuskan untuk ikut. Sementara insiden Sasuke dan Sakura tadi malam juga disimpan untuk sementara waktu.

"Kau yakin akan membawanya?" Tanya Ino disaat Kiba memakaikan Akamaru jaket.

"Dia memang tipe anjing outdoor. Justru dia senang di alam bebas seperti ini. Bukan begitu, Akamaru?"

"Woof!"

"Baiklah semuanya, kita akan lakukan pemanasan sebentar." Ujar Lee yang sudah siap mengambil posisi.

Pemanasan dilakukan kurang lebih 10 menit dan anak-anak muda itu merasa lebih segar. Sasuke melihat jam yang melingkar di tangan, sepertinya sudah waktu mereka untuk berangkat.

"Ayo kita mulai. Terus bergerak agar tubuh kalian tetap hangat." Sasuke menaikkan risleting jaketnya. Gaara mengambil langkah lebih dulu lalu diikuti yang lain.

Pencahayaan minim seperti perjalanan malam sebelumnya. Untungnya pagi ini tidak turun hujan. Pepohonan mulai terlihat jarang sebab mereka kini akan menuju batas vegetasi gunung Ame.

"Kau tahu, Teme, tadi malam aku seperti mendengar orang keluar-masuk tenda kita. Apa kau ada keluar tadi malam?" Seperti biasa, Naruto membuka obrolan di perjalanan.

"Tidak." Jawab Sasuke singkat.

Meskipun Kiba berada pada posisi paling belakang, ia masih mendengarnya dan mengernyit heran.

"Jangan bicarakan hal aneh di atas gunung, Naruto." Tegur Gaara. Perihal ini ia memang hanya menyampaikannya pada Sakura. Sekedar informasi, sejak dari kaki gunung Gaara sudah menggunakan jaket bewarna kuning agar teman-temannya di belakang tahu posisinya dan kemana arah pendakian mereka, terutama di malam hari. Sangat kontras dengan surai pemuda itu.

"Kenapa? Kita justru bisa berjaga-jaga kalau memang ada hal aneh." Ino, Hinata dan Lee mengangguk setuju.

"Ck, itu kode etiknya."

"Kau pernah dengar soal bigfoot? Mirip seperti manusia. Tinggi, besar dan berbulu. Aku takut kalau saja ternyata itu dia."

"Astaga. Kau sudah 23 tahun, bodoh! Kenapa kau masih saja percaya hal-hal semacam itu." Ejek Karin. Sejak kecil Naruto selalu saja tertarik dengan hal-hal yang ia anggap konyol.

Pria jabrik itu mengangkat bahunya. "Siapa yang tahu? Mungkin saja dia berada di sini."

"Bigfoot itu mitos. Dan kalaupun benar ada, seharusnya dia berada di Amerika Utara, bukan Jepang. Atau kalau dia disini pun, kenapa harus masuk tenda kita? Ingin memperkosamu?" Sangkal Sai dan menghadirkan gelak tawa yang lain. Improvisasi yang baik dari Sai sampai-sampai Kiba mengejek dengan meniru gaya bicaranya.

"T-tapi aku mendengar seperti seseorang keluar masuk juga di tenda kami." Hinata angkat suara dan semua temannya mendadak bisu. Naruto mungkin saja membual, tapi gadis ini tidak akan. "Apa itu kau, Ino-chan?"

Ino menggeleng. "Bukan. Aku tidur pulas tadi malam."

Kiba kembali mengernyit. Bahkan perempuan satu ini pun bersikap seolah-olah ia tidak tahu.

"Apa itu kau, Sakura?" Karin bertanya dengan was-was. Sebenarnya ia tidak memikirkan hal horror selama pendakian karena ada Sasuke. Kecuali kejahatan, tapi lagi-lagi mereka mendaki dengan jumlah orang cukup banyak dan didominasi laki-laki pula. Jadi ia merasa aman sejauh ini.

SS [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang