BAB 12

424 6 0
                                    

Bugh!

Satu pukulan mendarat tepat pada rahang Richard, membuat pria itu terpental jatuh jauh.

Pria yang baru saja memberinya satu tinju mentah itu kembali mendekat, memegang kerah kemeja Richard erat-erat.

Lengan kuat pun otot-otot yang keluar itu membawa tubuh Richard bangkit. Kembali memberi satu pukulan keras pada bawah dagu pria itu.

Dihempas kasar pada marmer hingga pucuk kepalanya terbentur kaki meja, membuat luka yang langsung mengalirkan darah segar.

Tidak puas sampai situ. Pria tersebut mencekik leher Richard kuat-kuat, hampir kehilangan nafas lalu kembali di lepaskan.

Ditinjunya lagi ujung bibir kiri Richard sampai pecah berdarah, ujung mata hingga memar membiru keunguan, lalu ia benturkan kepala Richard pada marmer kuat-kuat hingga bocor pecah mengalirkan lebih banyak darah.

“Seperti itu kau menyiksanya, huh?”

“Seperti ini.” Menggeram pun suaranya menguat. Dia hantamkan kembali kepala adik iparnya pada lantai marmer yang dingin hingga pria itu kewalahan.

“Lebih baik kau jaga tanganmu sebelum aku yang memotongnya.”

*****

Tessa berada di ruang kerjanya, menatap MacBook, membandingkan desain tas milik perusahaannya dan perusahaan lain yang ia yakini telah meniru.

Tidak habis pikir, ternyata kecurangan seperti ini bisa menimpa seorang Tessa Hoffman.

Kompeten dan pintar pun selalu bergerak hati-hati. Delapan tahun bisnis yang ia kembangkan tidak pernah melewati sisi kecurangan seperti ini.

Lagipula siapa yang berani membuat masalah dengan keluarganya. Hoffman tidak tertandingi. Orang-orang tidak akan berani mengusiknya.

Tadi siang Tessa tergesa pergi untuk menemui temannya yang seorang hacker handal. Guna mencari tahu menelisik apa yang telah terjadi kepada desain perusahaan yang bocor. Mencari lebih detail namun tidak ditemukan apapun.

"Seseorang yang berada di baliknya pasti bukan orang biasa," ucap Axen pada Tessa. Pria itu menyerah angkat tangan. Tidak bisa membantu Tessa lebih jauh lagi.

Seorang hacker tentu memiliki batas kemampuan, begitupula Axen. Pria yang sudah bekerja sama dengan Tessa bertahun-tahun hari ini menyerah. Tidak bisa memberikan apa yang klienya inginkan.

Kasus Tessa cukup rumit. Virus Trojan yang Axen masukan pada akses perusahaan peniru pun tidak kunjung membuahkan hasil. Juga bukti-bukti konkret yang seharusnya bisa dengan mudah ia dapatkan tidak bisa ditemukan.

Tessa mengerti. Tidak akan menuntut Axen lebih lanjut guna mencari tahu. Akan Tessa dalami kasus itu dengan cara lain.

Tessa mungkin terpaksa mengganti desain miliknya. Sebab menaikannya ke pengadilan tidak mungkin membantu apapun, dan jika dirinya gagal, nama baiknya akan terseret sebab kasus itu yang akan berbalik menyerangnya.

Plagiarisme adalah kasus terburuk dalam sejarahnya. Mengklaim hak milik orang lain, hal-hal seperti itu tentunya sangat sensitif juga merugikan.

Semua orang di perusahaan begitupun dirinya berusaha keras memutar dan memerah otak. Menciptakan karya lain terbaik. Menjaga jangan sampai terulang bocor kembali.

Dalam kurun waktu satu bulan, barang itu harus siap di perlihatkan pada semua tamu undangan di Makenna galeri nanti.

Semua pekerjaan cukup menyita waktu. Hal-hal yang seharusnya dilakukan berbulan-bulan kini harus siap dalam satu bulan saja. Cukup memakan banyak waktu dan tenaga.

Di luar semua pekerjaannya, Tessa terus memikirkan kenapa hal ini bisa terjadi. Dirinya bertanya-tanya, apalagi dengan ketidakmampuannya menemukan orang curang itu.

"Aku harus mendatanginya," papar Tessa. Membuat Marco yang sedang memutar gelas berisikan alkohol miliknya spontan melirik. Dua orang pria yang duduk bersama Marco pun saling memandang saat nona muda yang mereka hormati membuka suara.

"Wanita pemilik perusahaan peniru itu terus menganggu pikiranku. Bagaimana bisa dia tetap tenang dan bahagia setelah meniru desain perusahaanku," tambah Tessa sedikit kesal.

“Haruskah kita membantu, Miss?” tanya seorang pria yang duduk bersama Marco bernama Antonov.

“Tidak, tidak.” Tessa menggeleng cepat.

“Aku akan mencari tahu sendiri,” tambahnya lalu memandang Antonov juga Marco. “Kau jaga saja kakakku itu. Suruh juga dia mencari kekasih agar segera menikah. Umurnya sudah cukup tua untuk selalu menunda pernikahan,” papar Tessa dengan nada suara menurun pada akhir kalimat. Namun Marco masih jelas mendengarnya.

Antonov pun pria satu lagi yang bernama Dragan turut terkekeh bersama Tessa begitu mendengar ungkapan berani dari wanita itu. Sementara Marco duduk terdiam memandang adiknya yang sedang tertawa dengan intens.

Menyimpan gelas miliknya lalu bangkit menuju Tessa yang detik itu juga menghentikan tawanya, menelan Saliva wanita itu saat kakaknya mendekat.

Tessa harus mendongak untuk melihat ke arah Marco yang tinggi dan saat ini sudah berdiri tepat di hadapannya. Meringis wanita itu saat tiba-tiba Marco mencubit pipinya gemas.

“Aaah. Itu sakit, Kak.”

Marco masih terus mencubitnya gemas. Antonov dan Dragan terkekeh-kekeh saat melihat tingkah adik kakak itu.

Tessa dan Marco sama-sama memiliki sikap tegas di luar. Namun jika keduanya dipertemukan dalam satu waktu maka sikap keduanya akan berubah. Tessa akan tetap menjadi adik kecil Marco yang manja, dan Marco adalah kakak yang tidak segan menggoda adiknya bahkan sampai menangis saat mereka kecil dulu.

“Sakit, sakit.” Tessa meringis. Namun itu membuat Marco semakin gemas. Pria itu gemas kepada adiknya meskipun kini dia tengah mencubit Tessa tapi raut wajahnya tetap datar dan dingin.

Selang beberapa detik ia lepaskan cubitannya pada Tessa lalu melirik Antonov dan Dragan. “Biarkan mereka membantumu.”

“Tidak perlu,” balas Tessa. “Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri. Lebih baik mereka membantumu mencari wanita,” tambahnya lagi sengaja disertai kekehan.

Kekehan Tessa langsung terhenti saat dirinya mengingat sesuatu. Ia lirik dua asisten pribadi kakaknya itu menelisik. “Bagaimana bisa kalian mencarikan Marco wanita sedangkan kalian saja jomblo sejati,” ungkapnya yang membuat dua orang itu terdiam pun saling memandang satu sama lain.

Berdecak samar, tilikan matanya kembali pada Marco. “Kau ingin aku menjodohkanmu?”

“Tidak.” Marco menjawab cepat.

“Pergilah untuk kencan buta.”

“Aku tidak tertarik.”

“Cih. Kau tua dan tidak laku nanti.”

“Tenang saja Nona, meskipun nanti kakakmu tua dan beruban, tapi masih banyak wanita yang rela melemparkan dirinya ke atas ranjang secara suka rela,” sambar Dragan.

“Hoho. Benarkah itu?” Menyengir Tessa melirik Marco.

“Tentu saja benar.” Antonov menambahkan.

“Siapa yang tidak mau bersama pria seksi seperti dirinya,” sambar Dragan disertai tawa.

Tawa pecah dari empat orang itu. Menertawakan guyonan-guyonan konyol yang Dragan dan Antonov lontarkan.

Marco memandang wajah adiknya yang tampak ceria. Teduh nan hangat tatapannya pada Tessa. Mengerjap sesaat saat wanita itu memandangnya kembali dan mengedikkan alis.

Dicintai, sayangi, dan begitu ia jaga adiknya itu, bersumpah sampai akhir hayatnya jika Marco akan menjaga Tessa menggunakan jiwa dan raganya.

Dia begitu menyayangi Tessa. Karena Tessa satu-satunya keluarga yang tersisa untuk Marco.

*****

Terimakasih 🌹🌹

TRAPPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang