Hatamura

6 2 0
                                    

Benua Mizuoka, lebih tepatnya dalam sebuah pulau Fujisawa. Terdapat sebuah kerajaan yang megah dan damai yang dihuni oleh keluarga Hatamura yang terkenal akan kebijaksanaannya. Hatamura Kenjurou, sang ayah sekaligus raja, merupakan pribadi yang berambisi namun rendah hati. Kedua sifat tersebut membuatnya menjadi pemimpin yang disukai oleh rakyatnya. Kenjurou memiliki kebiasaan tertentu, yakni dua kali seminggu ia akan mengunjungi daerah kumuh dalam wilayah kekuasaannya untuk mengecek keadaan mereka dan memberikan bantuan sosial.

Suatu hari, ketika salju turun dengan lembutnya, Kenjurou muda bertemu dengan sosok wanita yang begitu memesona di tengah kumuh tersebut. Ia adalah seorang gadis Iblis tidak bernama. Kala itu salju turun dengan lebat, dimana pengawalnya akan mengantarkan bantuan tersebut sebatas di pekarangan depan tempat tinggal mereka. Tetapi tidak dengan wanita itu, melawan cuaca yang tidak bersahabat, ia rela berjalan beberapa meter untuk mengunjungi Kenjurou.

Penerimaan terhadap iblis di Fujisawa menjadi fenomena yang menarik untuk diperhatikan, dan hal ini dapat dijelaskan oleh status wilayah sebagai entitas independen yang kurang terpengaruh oleh budaya luar. Keberadaan Fujisawa sebagai wilayah independen memberikan kebebasan bagi masyarakatnya untuk membentuk pandangan dan nilai-nilai mereka sendiri, terlepas dari pandangan umum atau tekanan budaya yang mungkin ada di wilayah lain.

Kenjurou tertarik dengan perilaku wanita tersebut. Dengan lembut, ia menghentikan kudanya dan mengelus palanya dari atas kuda, sementara wanita itu menunduk dengan rendah hati. Wajahnya yang cantik tampak dihiasi oleh butiran salju yang turun seperti permata putih. Meskipun salju yang lebat menutupi suara di sekitar mereka, nuansa romantis mulai muncul di antara mereka berdua.

Kenjurou mencoba untuk memulai percakapan, tetapi wanita itu sepertinya tidak bisa berbicara. Namun, dalam keheningan salju yang turun, bahasa tubuh mereka menjadi medium yang tak terucapkan namun penuh makna. Mata mereka saling berpandangan, dan dalam keheningan yang ajaib itu, rasa yang aneh telah tumbuh.

Kenjurou memutuskan untuk mengadopsinya sebagai pembantu kerajaan, memberinya nama "Kimiko." Dalam beberapa bulan awalnya, Kimiko menunjukkan bakatnya yang luar biasa. Ia tidak hanya gesit dan cepat dalam memahami tugas yang diberikan Kenjurou, tetapi juga semakin pandai dan terampil. Skill komunikasinya pun bertumbuh pesat, seolah-olah Kimiko adalah matahari yang menerangi kegelapan yang pernah menyelimutinya.

Setiap tugas yang diemban Kimiko dilaksanakan dengan penuh dedikasi, dan kehadirannya membawa nuansa yang berbeda di dalam istana. Ia bukan hanya sekadar pembantu kerajaan, melainkan mitra setia yang memahami setiap kebutuhan Kenjurou.

Di balik tembok istana yang megah, di tengah keindahan taman yang dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran, Kimiko merasakan ketenangan sekaligus ketidakpastian dalam hatinya. Seiring berjalannya waktu, kedekatannya dengan Kenjurou semakin tumbuh, dan hati Kimiko yang dulunya sepi kini terisi oleh cinta yang mendalam.

Pada suatu sore yang cerah, Kenjurou dan Kimiko duduk bersama di taman istana. Cahaya senja yang lembut menciptakan suasana romantis di sekeliling mereka. Kenjurou, dengan tatapan penuh kasih, memandang Kimiko. Sedangkan Kimiko, yang kini telah dewasa dan bijaksana, merasa saatnya untuk mengungkapkan perasaannya.

Dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan, Kimiko berdiri di hadapan Kenjurou. Ekspresi wajahnya mencerminkan kejujuran dan kesetiaan. Dalam cahaya senja yang memancar, Kenjurou meraih kedua tangan wanita itu. Dengan senyuman lembut, ia meminta Kimiko untuk menjadi ratu di hatinya.

Pengumuman Kenjurou tentang niatnya untuk menikahi Kimiko sebagai ratu menimbulkan gelombang kontroversi di seluruh kerajaan Hatamura. Sejumlah pihak yang tidak setuju, terutama dari kalangan yang memandang rendah ras iblis, mengecam keputusan raja. Mereka menginginkan penghilangan ras iblis dari pulau Fujisawa karena dianggap merendahkan martabat kerajaan.

Namun, tidak hanya dari kalangan rakyat biasa, beberapa anggota kerajaan sendiri juga menyuarakan ketidaksetujuan terhadap keputusan Kenjurou. Mereka menciptakan sebuah rapat untuk membahas dan berdialektika tentang keputusan raja. Pertentangan dan ketegangan melanda ruangan rapat, menciptakan atmosfer yang tegang di antara para pejabat kerajaan.

Kenjurou, meskipun dihadapkan pada tantangan besar, memilih untuk menghadapi situasi ini dengan hati yang rendah dan kesabaran yang tulus. Ia menyampaikan argumentasi yang bijaksana, mencoba meyakinkan pihak yang kontra bahwa cinta tidak mengenal batasan ras dan bahwa keputusannya membawa maksud untuk menciptakan persatuan di kerajaan.

Melalui dialektika yang penuh hikmat, Kenjurou berhasil memenangkan hati banyak pejabat dan anggota rapat. Mereka mulai melihat sisi manusiawi dari keputusan raja, mengakui rendah hati dan kebijaksanaannya. Pemahaman yang mendalam akan visi Kenjurou mengenai persatuan dan keadilan akhirnya meresap dalam hati mereka.

Meskipun terjadi perlawanan, akhirnya, Kenjurou memenangkan dukungan mayoritas, termasuk sebagian dari mereka yang awalnya kontra. Keputusan untuk membiarkan Kimiko menjadi ratu diterima sebagai langkah menuju persatuan dan toleransi di kerajaan Hatamura. 

Meskipun cinta pribadinya menjadi pembenar dan pendorong keputusannya, sulit untuk menyangkal bahwa ada sisi egois dalam tindakannya. Keinginannya untuk memenuhi kebahagiaan pribadinya mengungkapkan bahwa, dalam hal ini, ia mengedepankan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan umum.

Beberapa tahun berlalu, kini kekagetan dan keheranan melanda masyarakat. Sebuah peristiwa langka dan tak terduga telah terjadi di tengah mereka. Kelahiran seorang anak yang merupakan campuran antara manusia dan iblis menjadi sebuah kejadian yang benar-benar memukau dan mengejutkan, membuat seluruh pulau terhenyak dalam ketidakpercayaan.

Itu adalah kelahiran anak laki-laki dari paduka raja dan sang ratu, Hatamura Kenji telah lahir.

Di pasar, di pertemuan keluarga, dan di seluruh sudut desa, bisikan-bisikan dan cerita-cerita tentang kelahiran Kenji menjadi percakapan utama. Mata-mata yang terbuka lebar, bibir yang berbisik, dan tatapan yang penuh tanda tanya menciptakan suasana tegang dan penuh spekulasi. Warga pulau berbicara tentang kemungkinan dan konsekuensi dari kehadiran Kenji, menciptakan atmosfer yang dipenuhi oleh keheranan dan rasa ingin tahu.

Rasa kagum dan takjub menciptakan suasana yang sarat dengan keingintahuan. Beberapa orang mengekspresikan kegembiraan, melihat kelahiran Kenji sebagai anugerah langka yang membawa keberagaman baru ke pulau mereka. Namun, ada juga yang merasa cemas dan khawatir, melihatnya sebagai perubahan yang mungkin membawa dampak besar terhadap tradisi dan norma yang telah ada.

Fujiland ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang