Hari Kedua ( 02 )

5 0 0
                                    

🌟🌟🌟🌟

Hari Kedua Masa MPLS pun tiba Ros dan Saina memasuki kelas bersama kebetulan bertemu di gerbang. Untuk Kegiatan hari ini tak terlalu banyak hanya ada beberapa materi yang akan di sampaikan oleh guru - guru Mata teman sekelas Saina sangat berbinar mendengar kak Arga memberikan informasi tersebut.

Mereka berharap ada guru tampan dan muda yang datang dan memberikan materi. Tak lama guru itu pun datang kak Arga bergegas mempersilahkan guru itu untuk masuk ke gugus bulan.

Semuanya terdiam dengan suasana
Hening hanya terdengar suara langkah laki yang ingin memasuki kelas tersebut yang lain terlihat sangat tegang hanya Saina saja yang biasa biasa saja bahkan ia menyenderkan punggungnya di kursinya.

Tak ~

Tak ~

Tak ~

" Selamat pagi semuanya."

" Huh." Sorak semua siswa membuat guru itu sedikit terkejut

" Sakit banget dikira guru tampan yang datang." Gumam salah satu murid

" Pembohongan publik." Sahut lainnya

" Tidak sesuai ekspektasi ."

" Kit heart akuh mas."

Saina hanya terkekeh geli melihat ekspresi teman - temannya yang berangan angan bahwa guru tampan yang akan datang, guru yang datang sudah lumayan tua dengan tubuh jangkung. Ros menatap sinis guru tersebut.

" Sensi bgt tumben." Ledek Saina

" Diem loh." Kekehan Saina semakin
Menjadi jadi

Pak Somat mulai menjelaskan materi Ia juga menggunakan media tanya Jawab agar ia tahu apa siswa disini Paham atau tidak yang ia jelaskan. terlihat di wajah pak Somat melihat salah satu gadis rupawan yang duduk di bangku paling depan dengan sangat aktif ia menjawab dan bertanya pada pak Somat.

" Siapa namamu nak?." Tanyanya

" Saina Aliya Mutiara pak."

" Cantik yah Kanya orangnya."

" Bapak Kaya permen deh manis, semanis gombalan bapak." Cetus Ros

Seisi kelas tertawa renyah mendengar perkataan Ros, pak Somat terlihat Sabar mendengar ucapan Salah satu muridnya. Tidak sampai satu jam pak Somat sudah selesai menyampaikan materinya ia pun keluar dan berpamitan.

" Naa, menurut loh guru ganteng itu bakal kesini ga?." Ros menyender kepalanya di bahu Saina

" Maybe, liat aja nanti lagian loh kenapa sih ngarep terus." Sahut Saina

" Anjay gue cuma mau liat mukanya Katanya kalau dari ngejelasin materi itu  aura pria matangnya itu beh sedep."

Saina hanya mengangguk sambil terkekeh geli melihat perkataan Ros. semua siswa diberi waktu 30 menit untuk istirahat sejenak, seperti biasa Saina dan Ros memakan bekal makanannya Saina tidak pernah makan di kantin karena berbagai alasan yang pertama karena di kantin banyak orang kebetulan sekali Saina Introvet jadi tidak suka melihat manusia di kantin.  Dengan cepat semua murid yang ada di dalam kelas duduk dengan rapih ketika mendengar suara langkah kaki yang menuju kelas paling pojok itu. Semua mata tertuju kearah pintu yang terbuka lebar dengan bayangan semampai yang melangkah semakin dekat.

" Pagi semuanya".  itulah perkataan yang dilontarkannya saat berjalan ke meja guru, matanya menyapu bersih sekelilingnya dengan mata yang tajam dengan salah satu tangan yang di masukan ke dalam saku celananya kini berdiri dengan tubuh yang menjulang tinggi dan tubuh yang profesional kata "Sempurna" sangat pantas untuknya. Semua mata yang mengawasinya membeku seperti ada sebuah sihir yang membutakan semuanya ketika harum maskulin memenuhi seisi kelas tersebut. Ros menggenggam erat rok milik sahabatnya, Siana hanya memutarkan bola matanya malas ketika Ros dan teman sekelas yang lain terpaku oleh ketampanan guru tersebut. Gadis itu menyenderkan punggungnya dan fokus pada mata pelajaran  Seninya. Pria itu menatap Saina sekilas dan kembali fokus pada pertemuan pertamanya di kelas ini.

" Perkenalkan Nama Bapak Gavin Maganta, kalian bisa panggil saya Pak Gavin" senyumnya singkat menjelaskan bahwa ia akan mengajar pelajaran Seni di kelas sepuluh terutama kelas ini. pertemuan pertamanya ia memberikan pertanyaan - pertanyaan singkat pada murid - muridnya " Tolong jelaskan pada saya apa itu tersurat dan tersirat" ucapnya duduk di mejanya dengan mata elang yang menatap seluruh isi kelas.

" Makna tersirat itu makna yang disampaikan secara tidak langsung, sedangkan tersurat itu makna yang disampaikan secara langsung." ketus gadis yang duduk paling depan tepatnya di sebelah kanan dan di sebelah kiri Gavin, pria itu mengangkat satu alisnya dan menatapnya dengan smirk  di bibirnya " Tepat sekali." Ros merasa lega mendengar perkataan Gavin, ia beralih menatap Saina " Pertanyaan gampang" ucapnya pada Ros dan melanjutkan membaca bukunya " Si paling gampang" sahutnya.

" eh na luh tadi keren bet, ketika yang lain nggak bisa jawab pertanyaan Pak Gavin luh dengan mahirnya ngejawab semuanya tanpa salah." Saina hanya mentapa sahabatnya itu sambil berjalan di koridor kelas " luh juga keren" sahut Saina tersenyum tipis.  Semua siswa di perintahkan untuk kelapangan karena ada beberapa informasi untuk MPLS terakhir ini. semua siswa dengan tertib mengikuti aturan yang di tetapkan lalu menutup MPLS ini dengan berfoto.

" Akhirnya selesai juga, ngerasa jadi babu gua selama MPLS." keluh Ros duduk di kursi ketika semua siswa semuanya bergegas untuk pulang " ayo kita balik." ajak Saina menarik tangan Ros dan berjalan melewati koridor. dengan tubuh yang lelah punggung yang kukuh bersender di kursinya sambil memijat pelipisnya yang pening" hari yang melelahkan " gumamnya pelan dengan suara serak yang khas " Saina Aliya Mutiara." gumamnya pelan perlahan matanya terpejam.

" eh liat ada pak Gavin." salah satu murid melihat Pak Gavin yang baru sampai di sekolah dengan motor kesayangannya. matanya hanya menatap malas segerombolan kaun hawa yang seperti ingin menelannya. Dengan santainya ia melewati para gadis yang membuatnya badmood di pagi hari " Waduh Pak Gavin udah di rebutin aja nih." ucap pak Alex salah satu guru olahraga di sekolah ini. " Sudah biasa" ucapnya masuk ke dalam ruang guru. Bell masuk sudah berbunyi semua siswa memasuki kelas masing - masing dan disusul oleh Wali kelasnya, Agenda hari ini ialah penentuan, perkenalan wali kelas dan struktur kelas. 

" Pokoknya luh kudu jadi KM soalnya keliatan aura - aura kemimpinannya." ucap Ros penuh kenyakinan pada Saina.

Hari ini semua guru di kumpulkan sebelum menyusul para anak muridnya, Gavin duduk paling depan dan mengamati setiap perkataan kepala sekolah " Untuk Pak Gavin akan menjadi wali kelas dari gugus bulan alias kelas sepuluh sebelas." pria itu hanya mengangguk dan mengambil beberapa data dari muridnya. " gue harap wali kelasnya baik dan bukan guru muda itu." Ros mendengarnya shok berat dengan entengnya Saina berkata seperti " heh nanti kebalikannya loh." ucap Ros menatap Saina.

Gavin menampakan smirk di bibirnya saat membaca salah satu nama siswa di absen kelas tersebut ia memasukan tangannya ke dalam saku celananya dan melangkah menuju kelas yang di tujunya .

Gone ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang