" Anjay gua lupa ngapalin lagu buat hari ini." Saina menatap malas Ros, hari ini semua siswa di minta untuk menyiapkan lagu untuk di tampilkan satu persatu di depan salah satu mata pelajaran Seni. Gavin dengan santai memasuki kelas dengan satu tangan yang di masukan ke dalam saku celananya.
" Langsung Bapak panggil saja." seluruh kelas terasa hening dengan aura Gavin yang menusuk jantung mereka, detak jantung terdengar dari masing - masing siswa siapakah yang pertama maju untuk menyanyikan lagu di depan teman - temannya terutama depan Gavin. Gavin membaca perlahan nama di absensinya" Dani?" Saina dan Ros terasa terselamatkan mendengarnya, dengan terpaksa Dani maju ke depan untuk menyanyikan lagu yang dia tampilkan pada hari ini.
susah payah Sinta menahan tawa saat mendengar suara Dani begitu pun Ros yang dari tadi kebelet untuk ketawa. " Saina." ketus Gavin menatap gadis itu, Saina menghembuskan nafasnya panjang mencoba tenang " Lagu apa? dan siapa penyanyinya." Saina mengambil Mic dengan tangan yang gemetar namun wajahnya terlihat sangat tenang " Cinta, Vina Panduwinata." Gavin tersenyum simpul mendengarnya." Semangat Umma." semuanya menyemangati Saina, Ros dan Sinta semakin penasaran. Gavin dari samping memantau Saina.
Bergetar hatiku, saat ku berkenalan dengannya..." Anjayyy kiw kiw lah." Suara Saina memenuhi Kelas dengan suara lembut yang khas membuat semua yang mendengarnya menikmatinya, Ros dan Sinta menyukai suara Saina yang centil dan lembut sesuai dengan nada pada lagu " CINTA." dimana makna dari Lagu itu ketika seseorang yang bergetar saat bertemu dengan pujaan hatinya.
" liat pak Gavin mesem." bisik Sinta, mata Ros beralih pada Gavin " kan kata gua juga apa, keknya suka nggak sih?." sahut Ros. selesai Saina ada beberapa orang yang dipanggil kebetulan Ros dan Sinta kebagian minggu depan karena jam pelajarannya sudah habis. " keknya ada makna tuh dari lagu." jahilnya pada Saina, gadis itu bersih keras membantah perkataan sahabatnya.
" Tapi suara loh tadi lembut banget." memang benar suara Saina terdengar sangat lembut hampir tidak ada suara yang crack. semua teman - teman Saina mempuji suaranya, Namun gadis itu hanya tersenyum saja ia sangat tidak suka di puji atau di sanjung oleh orang menurutnya itu membuatnya malu.
Pak Leo menghampiri Gavin di ruangan pribadinya dengan membawa dua gelas berisi Kopi pria itu meletakannya di meja Gavin yang sedang duduk di kursinya" Kenapa pak, dari tadi nge-lamun terus toh." perkataan Leo membuyarkan lamunannya " khem nggak apa- apa pak." ucapnya sambil meneguk kopinya. " Tenang pak kalau ada apa - apa cerita saja ." Leo menepuk pundak Gavin dan pergi dari ruangannya.
" kenapa Pak Gavin sekarang diem terus." ucap pak Somat pada Ibu Putri, ibu Putri melihat Gavin yang keluar dari ruangan pribadinya ia ingin sekali menyapanya namun itu terlalu sulit untuknya untuk suasana hati Gavin yang sulit di baca oleh semua orang.
Saina memasuki ruangan padus bersama teman - teman yang lainnya, matanya menangkap seseorang yang sedang asik memainkan piano dengan sinar matahari mengenai wajah pria itu. " Saina?" gumamnya sangat pelan, gadis itu memalingkan wajah dengan cepat ke sembarang arah. untuk hari ini berlatih memainkan Angklung gadis itu termaksud anggota intinya, Gavin selalu memperhatikan Saina membuat gadis itu sedikit risih karena tatapannya.
" di luar dari hujan, hati - hati." gadis itu hanya menggaguk tanpa menatapnya, Gavin mentap gadis itu dari kejauhan dengan senyuman di bibirnya. semua orang menginginkan gadis itu, semua ingin mendapatkannya namun apakah aku berhak seperti yang lainnya berharap bisa memilikinya. Terlalu banyak yang mengantri jalur langut juga pasti macet.
.
.
.
" make up aku udah bener belum?." Ucap Sinta pada Saina, hari ini adalah hari ulang tahun sekolah Saina dan teman sekelasnya mementaskan tarian seni, tampilan kebaya hitam dan abu milik gadis itu membuat kecantikannya bertambah dengan tatapan mata yang tajam menusuk siapapun yang melihatnya. " Semangat?!." Dani menuntun teman - temannya untuk bersiap di panggung, Saina dan Dani terlihat sangat sibuk menyiapkan tampilan sedangkan Ros sudah siap dengan kamera di tangannya. sebelum tampil Gavin menghampiri anak didiknya " Saina dimana?," gadis itu menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya " di sini pak." gadis itu melambaikan tangannya, " semangat yah." Gavin tidak bisa melepaskan tatapannya pada gadis itu tinggi yang semampai sorot mata yang tajam dengan dempulan bedak yang tipis dan bibir yang mungil berwarna pink membuat tampilan Saina sangat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone ( TAMAT )
Jugendliteratur" aku pikir mencintaimu adalah cara terbaikku namun kenyataannya itu adalah cara terburuk yang pernah aku lakukan." Saina Kenyataan kita tidak bisa bersama walaupun banyak sekali Do'a yang di langitkan namun aku tau pasti bahwa sekeras apapun aku t...