Bab 48 - Ke pantai

834 24 0
                                    

Aku sudah selesai mandi dan keramas, gantian mas Nasril yang mandi. Dia sempat bersikeras mengajak ku mandi bersama. Tetapi aku menolak nya dan mengusirnya keluar dari kamar mandi.

Aku berjalan ke arah dapur setelah membereskan kekacauan di dalam kamar, perut ku sudah lapar. Bagaimana tidak lapar, sekarang sudah jam sepuluh pagi, kami melewatkan waktu sarapan. Ini semua karena ulah mas Nasril yang menggempur ku habis-habisan.

Aku tak tau setan apa yang merasuki diriku semalam, sehingga aku menyerah kan diriku seutuhnya pada suamiku. Ketika mendengar mas Nasril mengatakan soal Dewi yang menggoda nya, membuat ku sedikit khwatir jika mas Nasril meninggalkan ku dan kembali dengan Dewi. Aku tak menyesali apa yang terjadi tadi malam, emang sudah seharusnya kewajiban ku untuk melayani mas Nasril.

Aku cukup terkesan dengan cara mas Nasril menyentuh ku. Dia memperlakukan aku dengan sangat lembut. Aku merasa begitu di cintai oleh lelaki itu.

Aku sudah di dapur, aku membuka pintu kulkas untuk melihat apa yang bisa di masak. Aku mengambil sosis, daun sup, wortel, dan dua butir telur ayam. Aku akan membuat Nasi goreng biar cepat, aku sudah lapar. Tak lama aku sibuk dengan kegiatan ku

Hampir 20 menit aku habiskan untuk membuat nasi goreng. Tinggal menunggu sebentar lagi, nasi goreng matang.

Tiba-tiba aku merasakan pelukan seseorang dari belakang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan mas Nasril, karena cuma kami berdua yang ada dirumah ini.

Ilustrasi Hani lagi masak si peluk Pak Nasril

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi Hani lagi masak si peluk Pak Nasril

"Masak apa?" Tanya nya sambil meletakkan dagunya di bahuku.

"Masak nasi goreng"

Aku mengaduk nasi goreng yang ada di wajan dengan sedikit susah. Karena pergerakan ku menjadi terbatas.

"Kenapa tidak menunggu saya biar saya masakin" Ucap mas Nasril

"Nunggu bapak lama, cacing di perut saya udah pada demo" Sahut ku.

Tiba-tiba mas Nasril mengecup bibir ku.

"Apa sih"

"Itu hukuman kalau kamu manggil saya bapak lagi"

Aku mendelik menatap nya malas.

"Masih lama?" Tanya nya lagi

"Gimana mau cepat orang saya enggak bisa gerak gini" Aku menunjuk tangan nya yang masih memeluk pinggang ku.

Dengan berat hati mas Nasril melepas pelukan nya. Dia berjalan ke arah kulkas. Mengambil sebotol air putih lalu meneguk nya hampir setengah.

Tak lama nasi goreng yang ku masak sudah matang. Aku menuang nya kedalam dua piring, satu untuk ku dan satu untuk mas Nasril. Kami makan dengan tenang.

Setelah itu mas Nasril membantu ku membereskan rumah. Kami berbagai tugas, aku menyuci baju kotor, dan mengepel lantai. Sedangkan mas Nasril mencuci piring dan menyapu rumah.

My HaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang