ισχύς

PERANGKO, GEDUNG DAN BATU

Andi sadar bahwa dia tak akan bisa memecahkan misteri itu sendirian. Mungkin semua itu ada kaitannya dengan pembunuh Aster.

Bisa saja, gadis itu mendapat firasat sebelum kematiannya karena piringan itu dia berikan di malam Andi melamarnya, empat jam sebelum mayatnya ditemukan.

Menyadari hal itu, Andi kembali ke Makassar. Menengok isi kotak yang diberikan oleh Aster bersamaan dengan piringan hitam. Kotak yang isinya adalah sebuah perangko, foto gedung dan sebongkah batu.

***

Jakarta, Mei 2015.

Lima orang tampak duduk di dalam ruang rapat, dipimpimpin oleh Brigjen Pol Ade selaku ketua KPN.

"Setelah dianalisa, tidak ada yang istimewa dengan ketiga benda itu." terang kepala laboratorium KPN yang duduk di sebelah kanan Thalita.

Andi tertegun menatap benda-benda pemberian Aster yang diletakkan di atas meja, "Aku yakin, ketiga benda itu ada kaitannya dengan piringan hitam yang diberikan oleh Aster. Mungkin benda-benda ini dapat mengantar kita kepada pembunuhnya."

"Tunggu!" ujar Rian, tiba-tiba. Wajahnya sangat serius, "Saat mayat Aster ditemukan, ada kertas seukuran perangko di dalam mulutnya. Tidak salah lagi! Perangko ini menggambarkan narkoba jenis CC4!"

Brigjen Pol Ade manggut-manggut, lalu angkat bicara, "Pendapat Rian masuk akal. Lalu bagaimana dengan dua benda lainnya?"

Thalita mengemukakan pendapatnya bahwa alamat IP yang diberikan Aster bisa saja merujuk pada lokasi gembong narkoba yang selama ini mereka cari.

"Mungkin mereka ingin membungkam mulut Aster agar tidak membocorkan informasi tentang mereka." ujar Thalita menutup kalimatnya.

Karena mereka belum bisa menarik kesimpulan pasti mengenai foto gedung dan batu itu, Brigjen Pol Ade memerintahkan Rian, Andi dan Thalita untuk terjun ke lokasi di Malang. Beliau meminta Thalita terus melacak aktivitas pengguna alamat IP tersebut. Terutama pada malam hari, ketika mahasiswa dan dosen Universitas Malang dipastikan sudah tidak menggunakan wifi kampus.[]