KASUS PEMBUNUHAN TANPA JEJAK - Part 2

38 3 0
                                    

Seorang pemuda berkulit sawo matang duduk di sudut kamar berukuran 4 x 6 meter. Plastik pembungkus makanan berserakan di mana-mana, bercampur dengan pakaian, piring dan gelas kotor. Lingkaran hitam di sekeliling mata sipitnya merupakan penanda alami yang dia dapatkan setelah dua hari tak memejamkan mata. Semua orang berkabung, tapi tak seperti dirinya.


Kematian Aster menohok batin pemuda itu. Luka atas kematian calon istrinya itu bertambah dalam setelah pihak kepolisian mengumumkan bahwa kematian Aster adalah bunuh diri karena depresi.


"Depresi karena apa?" batinnya, "Aku melamarnya malam itu, empat jam sebelum mayatnya ditemukan. Matanya memancarkan kebahagiaan yang belum pernah aku lihat selama empat tahun aku mengenalnya. Apa itu bisa disebut depresi?"


"Narkoba jenis terbaru? Semua orang tahu, Asterku bukan perempuan semacam itu!"


Bibir pemuda itu bergetar, dadanya sesak. Sebelah matanya mengeluarkan air mata duka akibat perpisahan yang tidak dia sangka akan secepat itu.

***

Bandung, April 2015.


"... tahun 2020, negara diperkirakan akan mengalami krisis pemuda. Narkoba jenis CC4 dinyatakan sebagai pembunuh nomor satu. Parahnya, CC4 merebak dengan mudah seperti permen karet. Hal ini menjadi momok menakutkan bagi orangtua. Keadaan tersebut membuat pemerintah memutuskan untuk mengaktifkan kembali agen-agen terlatihnya dalam sebuah organisasi yang disebut dengan KOMISI PEMBERANTASAN NARKOBA...."


Andi mematikan televisi. Sudah satu minggu kabar itu ramai dibicarakan di media massa. Perkembangan CC4 sejak kematian Aster membuat dukanya bertambah dalam.

Dering ponsel berbunyi di atas meja, Pemuda itu mengambilnya dengan sigap.


"Dinner. 21 April (22.00 Wita)."


Pemuda itu menarik napas. Baginya, jalan menuju pintu kematian Aster sudah mulai terbuka.[]

ισχύςTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang