2. Keputusan

167 16 1
                                    

Korea selatan, Seoul, School of Performing Arts Seoul, Kelas 2-A

Seluruh tongkrongan, taman bahkan kantin juga membahas hal yang sama, apa yang terjadi di negara China itu menjadi topik utama. Pagi-pagi kelas 2-A sudah di ributkan oleh Seokmin yang bercerita tentang berita yang kemarin bertebaran dimana-mana.

"Dunia ini akan di kuasai zombie!!!" Ujarnya sambil berlari masuk kedalam kelas, wajahnya berekspresi seakan tidak ada kehidupan esok hari.

Mendengar itu teman-temannya terkejut, semuanya tidak ada yang tenang, pikiran mereka selalu tertuju pada berita dan tidak bisa untuk di lupakan.

"Jinjja?!" Ucap Mingyu yang tampak terkejut.

"Woah, bukankah kita harus bersembunyi di dalam rumah?" Tanya Kwon Soonyoung yang baru saja selesai melihat berita itu. Mingyu mengangguk, ia membalas, "Maja! Kita harus mengumpulkan banyak makanan!!!"

Suasana kelas yang lain pun sama, pembahasan mereka masih sama dengan berita yang kemarin di publish oleh pemerintah. Tetapi, sampai sekarang tidak ada tindak lanjut dari pemerintah atau pun himbauan untuk karantina. Seharusnya, jika memang negara tidak ingin mendapatkan dampak yang sama, mereka harus lebih tegas untuk mengamankan para penduduk.

Di kelas 2-A, ada sosok yang tampak tidak peduli pada berita itu, ia hanya duduk sembari mendengarkan lagu lewat earphone nya dan menulis sesuatu pada bukunya. Sedangkan di tempat duduk yang lain, tempat dimana Seokmin dan teman-temannya, mereka masih saja membahas hal yang sama, tidak ada hentinya, bahkan kehebohan mereka bisa membuat siswa yang lewat di koridor menjadi terkejut.

"Di hp kalian ada aplikasi yang tiba-tiba muncul ga sih?" Tanya Seokmin. Mingyu mengangguk dan Soonyoung memeriksa kembali HP nya, ia menjawab, "Ada, seluruh menu apk nya bahasa China, aku tak paham."

"Tidak ada apa-apa di dalamnya."

Pada akhirnya percakapan mereka berhenti karena bell sudah berdering, menandakan seluruh siswa dan siswi untuk masuk kedalam kelas menunggu guru datang.

Korea selatan, Seoul, School of Performing Arts Seoul, Ruang rapat

Seluruh guru, staff, kepala sekolah dan kepala yayasan sedang berkumpul di ruang rapat, sang pemimpin sedang menjelaskan surat yang di berikan pemerintah secara resmi, seluruh sekolah SMA pasti mendepatkan surat itu.

Para guru yang sudah duduk rapi di meja masing-masing, awalnya mereka tidak peduli, bisa saja mereka menolak permintaan pemerintah yang diluar nalar saat ini, bahkan seluruh guru saja tidak setuju. Tetapi, sepertinya kali ini mereka tidak bisa menolak.

"Surat ini langsung dari pemerintah dan berita itu akan di sebar pada mata pelajaran kedua, itu serentak seluruh sekolah SMA yang ada di Seoul." Ucap kepala sekolah. Ia mengenggam erat kertas, ucapannya terhenti dan matanya tidak bisa berbohong bahwa dirinya sangat tidak menyetujui perintah dari pimpinan negara.

Kepala sekolah kembali berbicara, ia berkata, "Kita tidak bisa menolak, karena situasinya yang mendesak. Saat para wali kelas jelaskan kepada anak-anak, beritahu saja bahwa ini akan mendapatkan nilai tambahan dan menjamin mereka masuk keperguruan tinggi bagi anak kelas tiga".

Para guru dan staff di sana hanya bisa mengangguk dan menerima kabar tersebut. Dengan berat hati mereka mematuhi perintah atasan.

'Menjamin masuk perguruan tinggi? Tetapi mereka di suruh untuk menjadi prajurit perang.' Batin Jisoo Seonsaengnim. Ia adalah seorang guru wali kelas untuk kelas 3-A.

"Mengingat Beijing sudah di penuhi oleh virus itu dan akan cepat menyebar ke seluruh penjuru China dan negara ini."

"Ne!"

Trapped || SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang