lima

112 24 4
                                    

Setelah tak sengaja menjatuhkan cangkir itu, Bara kontan mengambil sapu untuk membersihkannya.

"Mr. Gussomardo...," sungut si Pemilik Kafe, berkerut bibirnya melihat kecerobohan pegawai super teledor itu.

Ini bukan kali pertama Bara menjatuhkan cangkir-cangkir yang ada di kafe tersebut, ke sekian kali.

Sampai-sampai si Pemilik Kafe selalu bilang kafe ini akan bangkrut kalau Bara terus memecahkan peralatan pecah belah di sana.

Tapi anehnya, sampai sekarang Bara tetap saja dipekerjakan.

Karena faktanya—mengesampingkan kecerobohannya, Bara dianggap sebagai pegawai yang paling rajin dan cekatan oleh pemilik kafe tersebut.

Setelah beberapa jam kerja berlalu, ini waktunya Bara pulang.

Sekarang pukul 6 malam. Bara merajut gerakan mendekati bus stop.

Bus datang.

Bukan,

bukan bus ke arah rumahnya.

T-tapi, ia melihat gadis itu di dalam bus!

Naik jangan, ya? Batin si Bara. Naik aja gak, sih, Bar? Bara sedang berswacakap.

Satu per satu penumpang naik ke bus yang menuju entah kemana itu, hingga akhirnya...

Krek. Pintu bus tertutup.

Seketika Bara mengekspresikan kesemringahan. Ia yang tadi menajamkan pandangan ke arah gadis itu menemukan petunjuk tentang identitas wanita tersebut.

Bara melihat bahwa sang Wanita memboyong kanvas yang berlukis sebuah tarian adat, dan ia langsung berasumsi kalau, Bidadari itu orang Indo! Pasti dia bakal ada di festival besok!

Singkat cerita, ia pun menaiki bus menuju rumahnya, lalu ia memutuskan untuk tidur.

Bara kebetulan bangun sebelum bus stop tujuannya terlewat. Timing yang pas. Ia menguap pelan dan melihat pemandangan jalan dari kaca bus.

Kemudian akhirnya, Bara turun dari bus tersebut.

Hari ini masih terang. Ketika orang-orang mungkin menyukai musim panas, sebaliknya Bara tidak. Ia justru lebih suka di mana hari-hari memiliki malam yang panjang.

Kreek. Ceklek!

Bara telah berada di apartemennya. Ia pun membersihkan diri dan berganti pakaian.

Ia memutuskan untuk menelpon Nathalie. "Nath, where are you?"

Nathalie menjawab, "Your heart."

"Besok festival jam berapa?"

Nathalie terdengar sangat excited. "Lo mau ke sana Bar? Jam 10, ya!"

Kekakuan Bara berubah jadi kegilaan, ia pun turut excited. Ia sedikit mencemooh, menirukan gaya bicara Nathalie. "Iya! Gue mau kesana, Nath! Mau banget, gue!"

"Oke, besok lo pake baju batik biru, ya!"

"Wajib, Nath?"

"Enggak, sih, biar samaan aja kayak dress gue."

"Oooh, ide bagus, tuh. Tapi gue gak punya batik biru, gue bakal pake batik ijo."

"Okaaay, see you, ya, besok!"

Call ended. Nathalie menutup panggilan.

Bara melamun sejenak, kemudian ia memutuskan untuk memutar lagu-lagu Kangen Band secara acak.

Bersambung.

meet me on the busTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang