...pada hari Minggu yang cerah ini, dengan mengucap nama Tuhan Yang Maha Esa, Festival Budaya Indonesia resmi dibuka!
Semua orang di ruangan itu melontarkan tepukan meriah.
"Bara! Nyebelin banget. Lo bilang pake batik ijo, kok tiba-tiba pake biru, sih?" gerutu Nathalie. "Gue denger lo kemaren bilang ijo, jadi gue pake ijo."
Bara berhasil mengelabui Nathalie. Berhasil membuat Nathalie mengenakan dress warna berbeda dengan batiknya. Padahal ia tidak punya tuh, batik yang warnanya hijau.
"Biar kita gak samaan." Kemudian Bara meninggalkan Nathalie.
Aish! Bara tampak sedang mencari-cari sesuatu— lebih tepatnya seseorang. Ia amat yakin bahwa si Bidadari hadir dalam acara tersebut.
"Gussomardo!" sapa salah satu teman cowoknya yang merupakan panitia kegiatan.
"Gue izin wawancara lo, ya. Jadi, lo sampain kesan-kesan selama lo hadir di festival ini," sambung si Panitia.
"Terus, bakal di-post?"
"Heem, bakal di-post di akun IG PPI."
"Oke deh."
"Siap, kameranya kita nyalain ya."
Three... two... one, action!
Pewawancara: Halo, pagi ini kita sedang berbicara dengan Kakak siapa?
Bara: Bara Gussomardo.
Pewawancara: Oh, kita sedang bersama Kak Bara di sini! By the way, dari universitas mana, Kak?
Bara: Queen Mary University of London.
Pewawacara: Juru—
Bara: Accounting and Finance.
Pewawancara: Wah mantap sekali ya teman-teman. Jadi gimana kesannya nih Kak, selama berada di sini?
Bara: Seru dan menarik. Karena ikutan program ini saya jadi semakin kangen rumah. Meski rendang yang ada di buffet tadi agak alot ya.
Pewawancara: Hahaha. Kak Bara di sini bareng siapa nih? Kalo kita boleh tau.
Bara: Kebetulan saya ke sini bareng istri saya.
Pewawancara menyentak tawanya. Mencemooh.
"Kenapa? ada yang salah?" tanya Bara ketus dengan kondisi kamera yang masih hidup. Ia mengarahkan tampangnya ke arah kamera. "Acaranya seru banget, guys! Terima kasih! Dadah!"
"Cut." Kameramen menutup kamera.
"Man, lo admin akun IG PPI?" tanya Bara ke temannya tadi.
"...Iya, kenapa?"
"Gue mau bikin story dong, gue mau laporan kalo acara ini meriah banget," sambung Bara.
"Ya udah, sebentar." Beberapa menit kemudian. "Nih, Bar."
Bara mengambil ponsel milik temannya itu, membuka aplikasi Instagram lalu merekam cerita. "Hello, everyone. It's Bara. Here I would like to tell you guys that this event is hella amazing! Additionally, for someone out there, please, meet me on the bus!"
"Meet me on the bus?"
Bara menekan tombol kirim. "Iya. Itu motto baru gue." Lalu ia berjalan meninggalkan si Panitia itu.
Bara tampak bosan. Pun gadis yang ia cari tak ada.
Kini, Bara memutuskan untuk angkat kaki dari acara tersebut. Ia pun pergi ke halte, lalu menaiki bus.
The next stop is Marble Arc...
Ya Tuhan! Akhirnya gue dipertemukan dengan si Bidadari lagi! Gumam hati seorang Bara.
Eh.
Eh.
Kok muka Bara tiba-tiba jadi asem, gila?
Kita palingkan pandangan kita ke....
Ah pantes! Cewek itu jalan berdua sama cowok lain!
Putus harap, deh, si Bara.
London hari ini cerah, tapi tidak bagi hati Bara. (Iya, ini kayak narasi di Bab Satu, tapi diparafrase.)
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
meet me on the bus
Romance"Semoga hari ini gue ketemu dia." Begitulah ungkapan hati seorang Bara Gussomardo setiap kali ia menaiki bus. Berbagai cara pun ia lakukan demi bisa berjumpa dengan gadis yang pernah ia jumpai di dalam transportasi umum itu. Lalu, apakah pada akhirn...