satu

170 27 4
                                    

I took this seat first, bloody hell!

No, you didn't! I did!

Daripada lanjut menyaksikan drama rebutan bangku di bus yang tengah ia tumpangi, Bara lebih memilih untuk memitar wajahnya ke arah lain, lalu memakai TWS-nya. Lagian, kenapa sih tuh orang-orang hari ini? Tagihan listriknya lagi naik kali, ya? Emosian banget. Hahaha.

Mari kita kenalan dulu sama cowok yang mengenakan kaus polo warna biru dongker ini.

Dia adalah Bara Gussomardo. Alig, kayak bule-bule Spanyol gitu nama belakangnya.

Mungkin aja, sih... itu dari bahasa Spanyol. Tapi sebenarnya bukan!

Pernah dengar fakta kalo nama orang-orang Minang tuh unik-unik? Nah, nama itu dikarang oleh Sang Ibunda yang adalah seorang wanita Minang. Gussomardo itu ada kepanjangannya, Gus karena dia lahir bulan Agustus, So karena lahir di Solok, serta Mardo adalah gabungan nama kedua orang tuanya Simar-Dodi.

"Sir, there is a pregnant lady. Be standing, please."

"Alright." Bara mengalah. Ia harus berdiri di bus itu. Padahal waktu yang ia tempuh untuk sampai di bus stop tujuannya adalah masih 30 menit lagi. Tapi tak apa, sudah biasa.

Ngomong-ngomong, ini musim panas. Musim di mana orang-orang berkesempatan membaui bau badan satu sama lain di tempat keramaian, ya salah satunya di bus ini.

Kebayang kan gimana rasanya dikelilingi orang-orang yang jarang mandi terus terpapar sinar matahari? Itulah alasan mengapa Bara tampak sesekali menahan napasnya.

Wusss.

Sekonyong-konyong embusan aroma wangi menyelamatkan ketersiksaan hidung Bara. Namun, mengapa matanya berbinar-binar sekarang? Mari kita cari tahu alasannya.

Kita arah pandangan kita ke...

Oh... ini toh! Rupanya di depannya hadir seorang bidadari cantik, sang sumber kewangian itu.

Gadis itu tampak meraih sesuatu dari lantai bus.

"Excuse me? You dropped your name badge," ucap gadis itu seraya menyodorkan benda yang jatuh dari tas Bara.

Bara mematung.

Masih mematung dengan lagu Bruno Major - The Most Beautiful Thing merinai di telinganya.

Nah, sekarang udah enggak. Keknya cewek ini ngomong sama gue, deh.

Bara menyadari gadis itu sedang berbicara padanya, lantas menanggalkan TWS dari salah satu telinganya. "S-sorry?"

"Here's yours!"

Mine? You mean you are mine? Gumam Bara dalam hati. Ia pun meraih benda itu. "T-thank you."

"My pleasure," jawab gadis itu seraya melempar senyuman tinggi gula— iya, manis maksudnya.

The next stop is Marble Arch...

Lagi, Bara bergumam dalam hatinya. Minta nomornya jangan ya? Minta jangan ya? Kayaknya dia orang Indo juga, deh. Minta jangan ya? Ia pun memberanikan diri untuk angkat bicara. "K-kamu..."

Terserempak gadis itu melangkahkan kakinya untuk keluar dari bus.

Argh! Timing-nya telat!

Meskipun demikian, cowok ini yakin bahwa cewek itu juga menyukai dirinya, sebab tadi ia menyadari bahwa si Cewek curi-curi pandang terhadapnya. Percaya dirinya berlebihan. Bara memang si Tuan Asumsi.

Setelah beberapa bus stop terlewati, akhirnya Bara sampai di tujuannya sembari memegang keyakinan kuat bahwa dirinya akan bertemu gadis itu lagi esok hari.

London begitu cerah hari ini, begitupun hati Bara.

Bersambung.

meet me on the busTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang