Ikan dan Lalat

20 1 0
                                    

Lihat bagaimana cairan gelembung manis itu memenuhi dirinya. Perlahan mengerubungi, menyentuh, menjilati setiap inci tubuh pemilik. Selayaknya ikan yang dipaksa menggelepar hingga lalat hijau berdatangan menghisap sisik dan sirip.

"Terdengar menjijikan, bukan?" tanyanya. Anak itu terpaku.

Barangkali dia mengerti, tapi tak berani mengatakannya. Dirinya menanggapi ketakutan seraya bangkit dari duduk.

"Terdengar seperti mereka yang kehilangan guna dari makhluk hidup — menjijikan. Hanya mereka saja yang merasa pantas mengeluarkan hinaan kepada makhluk malang yang tak bernyawa."

Bocah itu menoleh.

"Apa kau juga merasa pantas menyaksikan santapan para lalat?"

Pergilah bapaknya mengambil semangkuk air dari wadah penyimpanan. Dia menyirami si ikan sehingga lalat terbang menjauh, melompati wajah mereka dengan kacau.

"Sekarang kau lihat, Nak? Bagaimana mereka tak pantas menikmati. Ya, seharusnya kau paham."

Dan untuk pertama kali, anak itu menyembunyikan kebisingan rapat-rapat. Seperti hinggapnya serangga hijau gemuk yang sembarangan menghisap sel otak. Meninggalkan bagian terusiknya lalat-lalat. Mungkin saja itu adalah bagian yang hilang yang perlu ia ciptakan. Sama seperti seorang bapak yang memaksa mengisi ruang dengan ikan dan lalat.

HuluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang