Izza memutuskan berusaha mengejar Fauzan yang semakin cepat melangkah, langkahnya yang cepat tak mampu mengejar ketenangan langkah panjang Fauzan. Dalam setelan tuxedo abu-abu yang begitu elegan, Fauzan tampak seperti pria misterius yang sulit dijangkau. Meski begitu, Izza tetap bersemangat mengejarnya.
"Mas Fauzan, tunggu sebentar!" teriak Izza, mencoba menarik perhatian pria itu. Namun, Fauzan terus berjalan tanpa menoleh. Izza semakin mempercepat langkahnya, mencoba mengejar pria yang tampaknya memiliki tujuan tersendiri itu.
"Hei, Mas Fauzan! Kenapa lari-lari sih? Nanti keringetan, gak cakep!" ujar Izza dengan senyum ceria, berusaha menghibur diri sendiri dan menyemangati Fauzan. Namun, Fauzan tetap tanpa ekspresi, fokus pada langkahnya.
Fauzan tak menghiraukan komentar Izza dan terus melangkah menuju restoran yang terletak di outdoor resort ini, tepatnya di tepi pantai. Izza, yang masih berusaha menjaga langkah di sampingnya, semakin penasaran dengan tujuan Fauzan.
"Mas Fauzan, Mau kemana sih kita?" tanya Izza dengan wajah penuh keingintahuan.
"Ke restoran. Lapar," jawab Fauzan singkat, tanpa melihat Izza. Izza mendengus kecil, "Idiihh tadi katanya buru-buru karena sibuk. Ternyata cuma mau sibuk makan," celetuknya sambil tersenyum.
Sampai di restoran, Fauzan dengan tenang mengambil tempat duduk. Izza, yang masih mencoba mengembalikan nafasnya, duduk di hadapan Fauzan tanpa ragu seperti sepasang kekasih yang sudah terbiasa.
Fauzan, yang sudah terbiasa dengan tingkah polos dan kekanakan Izza, tetap bertanya cuek, "Ngapain?"
"Duduk," jawab Izza tanpa rasa bersalah.
"Iya tau, tapi ngapain duduk di situ?" protes Fauzan, mencoba memahami logika di balik tindakan Izza.
"Ya terus duduk dimanaaa, Mas Fauzan! Di pangkuan kamu gituu hah?" ejek Izza sambil tertawa. Fauzan hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Kamu mau? Yaudah sini!" goda Fauzan cuek, membuat Izza kaget sejenak sebelum akhirnya memilih menetralkan fikirannya.
Izza memandangi indahnya view laut biru yang ada di hadapannya 'Mas Fauzan! Liat deh lautnya biru banget! Cakep yaaa...'" ucap Izza sambil mencoba menciptakan suasana santai.
Namun, Fauzan tetap cuek dan tidak memberikan respons. Izza tak menyerah, terus bercerita sendiri, meramalkan keasikan tinggal di tepi laut.
"'Andai aja saya bisa punya rumah dan tinggal di tepi laut kayak gini pasti asik banget deh,'" lanjut Izza dengan imajinasinya.
Izza terus mengoceh, kali ini bertanya-tanya tentang jenis ikan di laut, meskipun Fauzan tidak memberikan jawaban, lebih seperti mendengarkan Izza bercerita.
"'Mas Fauzan. Kalo kamu jadi ikan, mau mau milih jadi ikan apa?' tanya Izza dengan penuh semangat, tapi Fauzan tetap cuek. 'Woi! Mas Fauzan jawab dong! Diem mulu!'" ucap Izza sambil mencoba mendapatkan perhatian.
Fauzan akhirnya menjawab dengan cuek, "'Gak tau.'"
"'Ikan tuna aja! Soalnya, kamu bakal jadi tunanganku, HAHAHA!'" goda Izza sambil tertawa terbahak-bahak. Fauzan pun terkekeh kecil, terkesan dengan kepintaran Izza membuat gombalan lucu.
"Ihh ihh ketawa lucu banget ahaha. Gitu dong ketawa kan gantengnya nambah," ucap Izza sambil merayu dengan candaan.
Fauzan, yang ternyata ikut larut dalam keceriaan Izza, mendengarkan dengan senyum di wajahnya. Izza pun melanjutkan dengan gurauan lainnya.
"'Hei, Mas Fauzan, kenapa gajah gak pernah bersembunyi?'" tanya Izza dengan senyum penuh misteri.
Fauzan menoleh sebentar, wajahnya terlihat agak penasaran. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pajamas Fatty
RomanceGenre: Romance | Comedy | Life Dia, Fauzan adantara, seperti nama belakangnya dia adalah pewaris utama Adantara Group Indonesia. Mall, hotel, bahkan rumah sakit dengan nama Adantara Group bersebaran di seluruh Indonesia. Dan aku, aku adalah Izza; F...