Suara riuh para siswa terdengar saat bell pulang mulai berbunyi. Satu dua siswa memilih menunggu hingga koridor sekolah cukup lenggang karena malas untuk berdesak-desakan. Seperti saat ini, Jaezar dan ke tiga sahabatnya berdiam diri di dalam kelas menunggu koridor sedikit lenggang.
"Zar, gw ada brosur buat lo sapa tahu lo tertarik, " Ujar Erlangga memberikan sebuah brosur. Jaezar menerimanya, lalu membacanya dengan teliti. "Ini seriusan?, " Tanyanya tak percaya. "Yoi, itu gw dapat dari Reyhan, " Jelas Erlangga.
"Brosur apaan sih?, " David yang merasa penasaran segera mengambil brosur yang berada di tangan Jaezar. Ia mengangkat sebelah alisnya. "Lo lagi cari beasiswa? Bokap nyokap lo kan kaya, apalagi oma opa lo, " Kelakar David. "Gw pangin coba buat sekolah tanpa di biayain orang tua. Gw pangin mandiri, " Jelas Jaezar.
"Syaratnya semua terpenuhi, cuma lo kan belum punya sertifikat perlombaan tingkat nasional, " Seloroh Kaenan. "Kata Reyhan awal semester 2 nanti bakal ada lomba renang tingkat nasional se SMP. Lo terakhir tingkat provinsi kan? Kenapa lo ngga coba ikut aja? " Beritahu Erlangga. Jaezar mendongak, menatap Erlangga yang memang lebih tinggi beberapa senti darinya. "Menurut lo gw bisa?, " Jaezar bimbang. "Kenapa ngga? Coba aja dulu, " Bukan Erlangga yang menjawab melainkan Kaenan.
"Lo mau ambil beasiswa ini Zar?, " Tanya David. Jaezar terdiam sejenak, tak lama memandang para sahabatnya. "Huft, ngga tahu lah, nanti gw pikir-pikir lagi, " Ujar Jaezar lalu mengajak ketiganya untuk pulang karena koridor yang sudah sepi.
_______________
Perjalanannya dari sekolah ke rumah Jaezar tidaklah cukup jauh. Hanya perlu menempuh waktu sekitar 25 menitan menggunkan kendaraan umum. Sesampainya di rumah, Jaezar segera membersihkan dirinya. Rumah Jaezar sendiri berada di komplek elit, dengan cat berwarna putih dan halaman rumah yang tampak asri. Tak lupa dengan kolam renang yang cukup luas dengan gazebo kecil di sebelahnya.
Selesai dengan acara mandinya, Jaezar segera turun ke bawah untuk makan malam bersama keluarganya. Jaezar saat ini mengenakan kaos hitam oversize dan celana pendek. Malam ini ia tidak akan kemana-mana karena akan membicarakan tentang brosur yang tadi Erlangga bawakan.
Di ruang makan beberapa makanan sudah tersaji, seperti tempe goreng, sambal terasi, telur balado dan terong balado. Bunda Aneka membawa sepiring ayam goreng lengkuas kesukaan Jaezar. "Bunda, ayah sama abang belum pulanng?, " Tanya Jaezar saat atensinya tak menangkap kehadiran sang ayah dan abang kembarnya. Kakak pertamanya saat ini masih berada di Singapura untuk berkuliah di sana.
"Ayah lagi mandi, abang kembar paling bentar lagi turun, " Jawab bunda Aneka sembari menyusun gelas-gelas. Tak lama, ayah dan abang kembarnya turun secara bersamaan. Makan malam pun berjalan dengan lancar di selingi dengan beberapa candaan.
Selesai makan malam Jaezar dan keluarganya memutuskan untuk duduk di ruang keluarga. Ayahnya nampak sibuk dengan laptop dan berkas-berkas kantor. Kakak keduanya Devaka sibuk dengan ponsel dan kakak ketiganya sibuk dengan acara kesukaannya. Jaezar pun berdeham sebelum mengutarakan isi pikirannya. "Yah, bun, bang, " Keempatnya pun menoleh. "Aku pangin lanjut sekolah di sekolah abang kembar dengan beasiswa. Aku udah dapat brosurnya, menurut kalian gimana?, " Tanyanya dengan gugup.
Bunda Aneka tersenyum, lalu mengelus kepala putra bungsunya dengan lembut sebelum berujar "Bunda akan selalu dukung kamu asalkan hal yang kamu lakukan itu berdampak positif, ". Jaezar tersenyum lalu ayah Angga pun angkat bicara. " Berusaha lah, tapi kalau misalkan ngga bisa ngga papa ayah bisa sekolahkan kamu di sana, ".
" Abang juga dek, pasti selalu dukung kamu, " Devka pun mengiyakan ucapan abangnya itu. "Jaezar pasti akan berusaha, ".
Obrolan mereka pun terus berlanjut hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam. Jaezar yang sudah merasa mengantuk pun segera naik ke atas untuk segera tidur.
__________________
Cahaya matahari mulai menembus gorden-gorden kamar bernuansa putih cream itu. Seorang lelaki dengan bergulung selimut masih nampak nyenyak dalam tidurnya. Sampai sebuah gedoran pintu membangunkan dari mimpi indah.
Dor dor dor
"Jaezar!! Bangun kamu! Udah jam setengah tujuh!!, " Teriakan itu segera membuat kesadaran Jaezar terkumpul. Jaezar segera menyahuti lalu bergegas untuk mandi. Selepas mandi ia segera berangkat sekolah sesudah mencomot 2 lembar roti tanpa di panggang atau pun di olesi selai cokelat kesukaannya.
Jaezar melahap rotinya dengan rakus di dalam mobil dengan supirnya yang menyetir.
Sesampainya di sekolah gerbang masih terbuka meski waktu sudah menunjukan pukul 7 lebih 10 menit. Jaezar segera masuk ke dalam dan harus menerima hukuman karena datang terlambat.
"Lain kali kalau berangkat itu lebih pagi, jangan datang terlambat seperti ini. Apalagi kamu Alan, kebiasaan! Sekarang kalian keliling lapangan 3 kali lalu hormat di tiang bendera sampai jam pertama selesai, " Ujar pak Rahmat, guru bk mereka lalu melangkah pergi untuk mencari anak-anak yang suka membolos di jam pembelajaran.
________________
31/12/2023
Terimakasih sudah membaca dan jangan lupa untuk vote yaa
Ini cerita pertama akuu, jadi jika ada kesalahan kata atau ketidaknyamanan dalam membacanya harap di maklumii
😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Unattainable Dreams
Short StoryHidup sebagai anak bungsu dengan orangtua yang serba tercukupi tak mampu membuat Jaezar berpuas hati. Ia ingin segala yang di dapatkannya hasil dari usaha dan kerja kerasnya. Walaupun ia yakin jika ia menginginkan sesuatu orangtuanya pasti akan lang...