"Tidak akan ada yang peduli padamu, kecuali dirimu sendiri."
---🌹🌹🌹---
Sang mentari menampilkan dirinya secara malu-malu di balik sang awan. Sinarnya masih mencoba untuk menembus masuk ke dalam sebuah kamar melalui gorden jendela.
Cahaya itu mengenai wajah seorang remaja laki-laki yang sedang asik menyelami alam mimpi. Alisnya bertaut pertanda tidak nyaman. Remaja itu menggeliatkan tubuhnya, merasa terganggu dengan cahaya mentari.
Zello duduk secara perlahan, ia duduk di pinggir ranjang guna mengumpulkan kesadarannya yang masih melayang. Setelah beberapa menit, ia bangkit dan melangkah menuju kamar mandi. Dirinya ingat jika hari ini adalah hari di mana, dirinya pertama kali masuk sekolah.
Dua puluh menit Zello di kamar mandi, sekarang ia masih merapikan seragam sembari bercermin di hadapan cermin full body.
"Selesai, tinggal sarapan," monolog dirinya lalu mengambil tas. Ia sampirkan tas tersebut di pundak kirinya.
Tidak ada Samuel yang selalu berdiri di depan pintu kamarnya, Samuel sekarang sedang berada di beri tugas di luar negara. Zello merasa tak apa untuk hal itu, jadi tak akan ada lagi yang mengikuti dirinya terus.
Zello melangkah menuju ruang makan untuk sarapan. Di perjalanan, banyak pasang mata yang menatap ke arahnya. Terutama saat sudah sampai di ruang makan. Dirinya memilih untuk mengacuhkan, Zello duduk di samping Reynald.
"Morning," sapa Reynald. Zello menyapa balik, sampai Federick berucap untuk memulai sarapan. Zello memakan sandwich, ia makan sambil berpikir.
Reynald tiba-tiba mencubit pipi kiri Zello, sang empu yang pipinya di cubit tersentak. Ia langsung menatap tajam Reynald. Reynald cengengesan, ia menyodorkan susu kotak rasa pisang.
Zello mendengus, ia melanjutkan lagi memakan sandwich nya.
Sekarang adalah saatnya Zello untuk pergi ke sekolah, anak itu bahkan sudah berada di pintu utama. Federick saja masih melangkah ke arahnya.
"Bang Rey pergi dulu, nanti setelah nyampe abang nyamperin," ujar singkat Reynald lalu memakai helm. Ia langsung melajukan motor sport merahnya keluar dari kawasan mansion.
Reynald memang menggunakan motor sport. Dirinya merasa kalau motor lebih keren daripada mobil, makanya dirinya memiliki banyak koleksi motor sport.
Zello masuk ke dalam mobil, ia duduk di samping kursi pengemudi. Federick juga masuk ke dalam mobil, ia duduk di kursi pengemudi. Setelah memastikan kenyamanan, Federick melakukan mobil di kecepatan normal.
"Saat di sekolah, belajarlah dengan baik," suara bariton Federick memecah keheningan di dalam mobil.
"Baik." Zello berpikir, mungkin Federick berbicara seperti itu karena pengaruh da Vincent. Dirinya sangat tahu, bagaimana kekuasaan da Vincent di mata dunia. Terutama para keturunannya yang tidak pernah gagal.
Sebenarnya Federick berbicara seperti itu karena dirinya tidak tahu harus membicarakan topik apa. Dirinya akui, ia memang sangat payah jika berkomunikasi dengan seorang anak. Dirinya akui itu.
Mobil itu melaju di ramainya jalanan. Hari sudah pagi tentu banyak orang yang memulai untuk beraktivitas sehingga jalanan menjadi ramai, tapi tidak sampai menjadi macet berkepanjangan.
Zello lebih memilih untuk memandang pemandangan di balik jendela mobil, ia tatap gedung-gedung tinggi yang berjejer rapi di pinggir jalan. Mobil hanya diisi oleh keheningan, sampai mobil itu berhenti melaju dan berhenti tepat di depan gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Zello [Ongoing]
FanfictionIa Zello, yang menyimpan banyak luka dengan senyum palsunya. Kala ia mengharapkan kematian yang datang untuk merengkuh dirinya Zello malah mendapati dirinya bertransmigrasi serta menjadi seorang tokoh figuran yang akan berakhir menjadi mayat. Lalu a...