1

2.1K 89 12
                                    

Hari Ini Cafe

Rattan tidak yakin dengan keputusan yang sudah dibuatnya. Setelah sampai di kafe Hari Ini, ia baru berpikir untuk pulang saja sekarang. Padahal ia baru saja sampai. Tapi, tiba-tiba perutnya melilit. Bahkan sebelum kopi pesanannya datang. Rattan mungkin akan pinjam toilet mumpung masih ada waktu. Tapi mungkinkah perempuan yang ditunggunya akan akan tiba dan menolak menunggu? Perempuan itu bisa menghilang lagi jika tak melihat kehadiran Rattan di sini.

Pertanyaan yang belum juga jelas jawabannya adalah, apakah perempuan itu masih merasakan hal yang sama pada Rattan, meski sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu? Apa perempuan, yang namanya Benih juga akan merasa gugup, panik, ragu, atau malah biasa saja saat nanti ia muncul dengan sikap jumawa dan memaksa berjabat tangan? Apa yang akan terefleksi ketika di dalam hati masing-masing saat mata mereka saling memandang? Atau perempuan itu akan cuek-cuek saja? Karena mungkin, perasaan ini cuma Rattan yang masih memiliki.

Rattan menimbang-nimbang dengan resah. Pertemuan, lalu pertanyaan. Apakah semua akan berlalu dengan ringan seperti yang ia bayangkan? Jika benar seperti janjinya, maka sebentar lagi Benih akan muncul di sini. Dan jika benar demikian, maka tidak ada satu hal pun, setan pun yang boleh menginterupsi pertemuan ini.

Belasan pertanyaan meloncat-loncat seperti ikan dalam kepala perempuan dengan senyum manis itu. Rattan sibuk menyusun, pertanyaan apa yang akan ia katakan lebih dulu. Agar punya kesan terstruktur. Seperti teori pembabakan Aristoteles kalau perlu. Harus dimulai dari Permulaan, kemudian Bagian Tengah dan Akhir. Agar Benih tidak tersinggung atau merasa diobservasi. Rattan tidak mau Benih merasa kalau dirinya terlalu mendesak. Ia tak mau kelihatan terlalu kangen. Rattan tidak akan membiarkan perempuan itu merasa tidak nyaman lagi. Seperti yang dulu selalu ia lakukan. Benih adalah mahluk liar yang benci dipaksa.

Rattan sudah mulai bosan dengan komentar teman-temannya setiap kali ia curhat perihal dirinya dan Benih. Mereka sepakat pada satu kesimpulan, bahwa Rattan sebenarnya hanya terobsesi pada Benih. Rattan tidak benar-benar mencintai perempuan itu. Tidak seperti yang Rattan umbar kepada semua orang. Sebab jaman sekarang, cinta sudah tidak bodoh. Cinta mengenal untung rugi dan investasi.

Setelah tiga tahun yang panjang, dengan cara Benih memperlakukan hati Rattan, Rattan harusnya sudah bosan dan melangkah pergi. Rattan seharusnya punya sedikit harga diri.

Sebagai perempuan yang punya banyak penggemar (75% karena fisik Rattan, sisanya karena musik dan sedikit kebetulan), seharusnya Rattan sudah berpaling dari dulu. Tak perlu menunggu hari ganti bulan ganti tahun.

Rattan seharusnya mencari perempuan yang lebih cantik dari Benih. Yang tingginya di bawah 170cm agar tak usah mengunggulinya. Yang dadanya lebih berkah, yang lebih pandai mendesah atau bermanjah-manja. Rattan tahu, biasanya dia dapatkan yang jauh lebih segalanya dari Benih.

Tapi seperti kutukan, semenjak Rattan mengenal Benih, semua tembok, perisai yang ada padanya menguap bersama air liurnya. Semua hal ia tinggalkan dan korbankan asal bisa bertemu dan berhadapan langsung dengan Benih. Agak tidak masuk akal memang. Tapi demikian kenyataannya. Rattan tergila-gila. Pada Benih.

Sampai hari ini, Benih sudah menghilang selama tiga tahun. Ia menghindari Rattan dengan caranya. Ia bisa seolah memiliki kekuatan super dan menahan diri untuk tidak muncul di mana Rattan akan muncul. Benih pikir cara itu bisa membuat Rattan kapok. Faktanya, tidak tiga ratus enam puluh lima hari dikalikan tiga membuat Rattan lupa. Mungkin benar Rattan terobsesi, tapi bukan marah yang ia rasakan saat menerima undangan pernikahan itu.

Rattan tidak punya pikiran untuk mencekik Benih, atau calon suaminya. Rattan juga tidak punya pikiran untuk menculik Benih. Rattan sadar kalau dirinya hanya seorang perempuan. Yang tertarik pada perempuan. Ia percaya dirinya memuaskan, tapi bukan hanya itu yang bisa membuat sebuah hubungan tumbuh subur.

Hari Ini, Kita (ANDA ANUNTA) (GXG) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang