⁶(Naas)

184 23 3
                                    

Biar ga tegang-tegang banget, kukasih foto kucing lucu ini (⁠๑⁠♡⁠⌓⁠♡⁠๑⁠)

Oke lanjut

🔥🔥🔥🔥🔥🔥🔥






"Tenang Kai! Jangan biarkan amarah membakarmu!!" Soviet mencoba menahan PK* yang masih terbakar amarah, tidak jauh dari tempatnya berada ada T.R yang juga menahan gejolak emosi dari PFI dan Petrus.

Sedangkan TNI dia terkunci dengan banyak rantai yang bahkan sampai ada yang melilit lehernya.

Mungkin karena ruang yang mendeteksi tingkat bahaya yang datang dari pemuda yang selalu tenang itu, membuat begitu banyak rantai yang mengunci pergerakannya yang sejujurnya cukup kasar.

"Tenang? Tenang kau bilang?! Bagiamana aku bisa tenang saat ini ketika kami melihat adik kecil kami terluka seperti itu!?!" PK* memberontak dengan keras menyebabkan timbulnya luka yang cukup banyak dan dalam.

"Aku tahu! Tapi-"

Suara Soviet terpotong oleh guncangan hebat yang melanda ruang hampa disusul dengan suara yang tidak tahu perempuan atau laki-laki, muda atau tua, terdengar dari segala arah.

[Dimohon untuk tetap tenang. Karena jika secara tidak sengaja kalian merusak ruangan ini, kemungkinannya akan berakibat fatal pada dunia luar.]

"Apa? Dunia luar, maksudmu dunia kami?" Taiwan bertanya tak percaya, dirinya berpegangan pada D.Q sembari mencoba berdiri kokoh di ruangan yang bergetar hebat itu.

[Bukan hanya dunia kalian. Tapi dunia turunan juga akan terpengaruh.]

Heboh lah mereka saat mendengar itu.

Dunia lain? Hello, apakah ini gurauan?

Jangan bercanda deh, mental mereka tergonjang-ganjing nih.

"Seperti cabang dari dunia kami?" Singapore berucap, dirinya membetulkan kacamatanya yang agak mencong karena guncangan barusan.

[Benar. Dunia kalian bisa dibilang batang utama daripada dunia turunan, oleh karena itu jika ruangan ini yang memiliki hubungan dengan semua dunia ini rusak maka akibatnya akan fatal. Jadi harap tidak melakukan sesuatu yang bisa membuat kalian menyesal seumur hidup.]

Ruangan itu berisik dengan diskusi yang masih skeptis dengan apa yang dibicarakan barusan. Namun, sebagian juga mempercayai apa yang dikatakan karena mereka melihat dibalik retakan di ruang hampa itu ada sulur panjang yang entah menyambung kemana.














"Mari kita lanjutkan." P.E berucap saat mereka sudah kembali tenang, mata hijaunya melirik sudut tempat Nusantara Family berada.

Layar kembali menyala perlahan, disana tampak mereka seperti ada di rumah sakit dengan berbagai provincihumans yang menunggu dengan cemas. Sampai seorang wanita keluar dari ruangan tempat Indonesia yang terbaring tak bergerak disertai dengan berbagai alat yang menempel padanya.

"Kita memiliki satu kabar baik dan satu kabar buruk serta dua kemungkinan yang sangat buruk. Kalian ingin dengar yang mana dulu?" Inaya berucap tepat setelah keluar dari ruangan medis khusus.

"...Kabar baik dulu." Palembang berucap serak, kedua tangannya terkepal erat menahan emosi yang memuncak.

Inaya menghela nafas panjang, membuat ketegangan semakin meningkat, "Kabar baiknya adalah pendarahan di punggung dan mata kanannya sudah berhenti dan Tuan Indonesia sudah keluar dari bahaya."

Hela nafas lega terdengar serta air mata yang berlinang membasahi pipi. Sampai Inaya melanjutkan, "Awalnya kupikir begitu. Sampai muncul retakan di seluruh tubuhnya yang mungkin kalian tahu apa artinya itu."

Pecahan Jiwa || Countryhumans IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang