"indira bawa helm?"-pertanyaan Chika membuat Indira mengangguk sambil tersenyum, "oke deh kalau gitu"Indira melihat Amanda yang sedang memundurkan motornya, ia masih merasa gugup untuk membonceng Amanda, apa lagi secara tiba-tiba Amanda menurunkan kedua pijakan motornya, Indira merasakan kupu-kupu di dalam perutnya 'baru gini doang astaga' batin Indira, lalu Indira segera menaiki motor Amanda, rasanya ia ingin berpegangan karena takut jika jatuh, tapi berpegangan dengan apa? tidak ada bagian motor Amanda yang bisa untuk berpegangan, apa iya Indira harus berpegangan dengan Amanda, ah tidak, itu bukan ide yang baik, bagaimana jika Amanda tidak nyaman, Indira memutuskan untuk diam dan berharap Amanda mengendarai motornya dengan benar.
"hati-hati pas di jalan guys"-ucap Christy dan yang lain mengangguk paham
Amanda mengendarai motornya sesuai dengan keadaan di jalanan bukan berarti jika sepi ia kebut-kebutan, ia memikirkan penumpangnya jika harus merasakan Amanda ketika mengendarai motor dengan biasanya bagaimana, disaat Amanda fokus dengan jalan raya dan terlihat lampu merah tiba-tiba saja ada mobil yang menyalip ke depan, dan pas sekali didepan motor Amanda sehingga membuat Amanda mengerem mendadak. Hal itu tentu membuat Indira terkejut dan tubuhnya maju ke depan sehingga menempel ditubuh Amanda, apa lagi reflek Indira memeluk pinggang Amanda membuat Amanda ikut merasa terkejut.
Sadar dengan kelakuannya, Indira langsung menjauhkan tubuhnya dan melepaskan pelukan pada pinggang Amanda dan berkata, "maaf,aku reflek tadi", hanya anggukan kepala saja yang dilihatkan Amanda ke Indira, lalu Amanda melanjutkan perjalanannya karena melihat lampu sudah hijau.
Sesampainya di restoran yang cukup ramai pengunjung karena memang mungkin ini jam untuk makan malam, mereka sudah duduk disalah satu meja makan yang cukup untuk delapan orang. Mereka berbincang saling bertukar cerita dan bercanda bersama, kecuali Amanda yang sedari awal hanya diam dan makan makanan yang ia pesan.
"oy man,lu juga nganterin indira pulang ya,kan tadi ama lu"-kata Chika yang menyenggol lengan Amanda sekilas
"kak,gapapa kok aku bisa minta dijemput atau naik ojol"-balas Indira
"eh eh Indiraa,gak bisa gituu,kan kamu berangkat sama manda,pulangnya juga harus sama manda dong"-ucap marsha
"ah enggak sha,gapapa kok nanti aku minta jem-"
"sama gua gapapa"-Amanda memotong pembicaraan Indira yang belum selesai, tetapi Indira jadi diam dan merasa tak enak
"tuh ndir gapapa sama Amanda aja, orang Amanda aja mau,lagian kalau make ojol udah malem bahaya,kalau minta jemput udah biarin orang rumah mah jam segini jatahnya istirahat, ya kan manda"-kata jessi disertai anggukkan Amanda
Indira jadi merasa malu,mungkin pipinya bisa merah merona,tapi ia berusaha biasa saja.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.30,mereka memutuskan untuk menyelesaikan acara makan-makannya, lalu mereka pulang ke rumah masing-masing. Di sepanjang jalan Indira hanya melihat ke arah kanan dan kiri menikmati angin Jakarta, tanpa di sadari Amanda yang sesekali melihat ke arah kaca spion memperlihatkan wajah Indira yang tengah melihat sepanjang jalan kota Jakarta, entah apa yang dirasakan Amanda saat ini, bohong jika Amanda tidak merasa penasaran dengan gadis yang tak sengaja ia tabrak tadi pagi.
"indira,habis perempatan ini beloknya kemana"-tanya Amanda secara tiba-tiba, pasalnya Amanda sedari tadi hanya diam dan sangat fokus pada jalanan.
"belok ke kanan ya manda habis itu lurus terus sampai ujung itu kan buntu nah di kanan jalannya"
Amanda hanya mengangguk mendengar jawaban Indira, sampai sudah Indira di rumahnya, Indira pun turun dari motor Amanda dan berdiri disamping Amanda, 'gak kalah gede sama rumah gua' batin Amanda setelah salah fokus dengan rumah Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness [End]
General Fiction"lo gak pernah ngrasain jadi gua ra" -Amanda mulai tak bisa mengontrol emosinya "gua cuman penuh luka buat lo" "aku sanggup jadi obat dari luka-lukamu" -Indira berkata dengan suara lembutnya