Happiness 13

988 80 4
                                    


Masih dengan malam dimana Amanda dan Indira bertemu setelah hampir seminggu tak ada kabar dari Amanda.

Amanda berjalan ke arah mobil bagian dimana Indah duduk, ia mengetuk kaca mobil dengan perlahan. Dengan cepat Indah pun membuka kaca mobil tersebut.

"halo kak, maaf sebelumnya lancang, boleh gak nanti biar saya yang nganter indira pulang, saya perlu ngomong sama indira, takutnya kak indah nunggu lama" -ucap Amanda dengan senyumnya

"gapapa man, gih selesaiin biar nanti aku yang ngomong ke mama papa kalau indira sama kamu, tolong jagain sampai rumah jangan lecet tu"

Masih dengan senyumnya, Amanda menganggukkan kepalanya, "iya kak indah, makasih"

Indah membalas senyuman Amanda, lalu ia melihat ke arah Indira. Memberi isyarat dengan menaikkan satu alisnya. Sedangkan Indira yang juga melihat ke arah Indah, ia seakan paham dan mengejamkan matanya sekilas, berniat memberi tanda ia akan baik-baik saja.

Indah pun melajukan mobilnya, meninggalkan Amanda dan Indira. Lalu Amanda langsung menghampiri Indira, ia memegang kedua lengan Indira sambil mendorongnya perlahan ke arah tempat duduk yang tersedia pada trotoar. Mereka berdua duduk secara bersampingan.

Amanda menghelai surai rambut Indira yang menutupi wajah Indira ke belakang telinga. Lalu Amanda menggenggam satu tangan Indira, ia menatap Indira. Indira pun ikut melihat ke arah wajah Amanda, "kamu kenapa?, keputusan apa yang kamu maksud?"

Suara lembut Indira membuat Amanda merasa tenang seketika, berbeda dengan tadi. Ia menjadi memberanikan diri untuk bercerita kepada Indira. "papaku, nyuruh aku buat jauhin kamu"

Indira sedikit terkejut dengan pernyataan Amanda, "dan sebelum papaku ngelarang, aku masih ragu untuk serius sama kamu, bukan karena aku belum suka sama kamu, tapi dengan diriku yang masih berantakan kayak gini, apa aku pantes untuk kamu ra?"

"aku bukan orang yang beruntung kayak kamu, hidupku dari kecil jarang ngrasain bahagia, gimana caraku mau bahagiain kamu nanti kalau aja kita lanjut ke hubungan serius?, aku takut nantinya kamu bakal banyak ngrasain sakit kalau aku maksa untuk sama kamu."

Setelah mengungkapkan inti dari hal yang disembunyikan oleh Amanda dari Indira, lalu Amanda menjelaskan semua tentang kehidupannya dari ia kecil bahkan hingga ia sudah beranjak dewasa. Hingga akhirnya Indira memahami satu-persatu semua cerita tersebut, tak menyangka Amanda banyak diamnya, karena menyimpan banyak rasa sakit.

Indira mengarahkan satu tangannya untuk menangkup pipi Amanda. Kedua mata mereka saling bertemu, dan Amanda memegang tangan Indira yang berada di pipinya.

"aku gak tau kamu sesakit itu, bahkan aku rasa sakitmu lebih dari yang lagi aku alamin sekarang. Maafin aku, aku berlebihan. Amanda, soal kita, aku gak akan bertanya-tanya lagi atau minta kepastian ke kamu, aku sekarang paham gimana cara kamu untuk ngebuktiin bahwa kamu serius sama aku. Aku minta tolong ke kamu, jangan lagi kamu sembunyiin apapun itu dari aku"

"kalau kamu masih sembunyiin sesuatu dari aku, itu termasuk titik kamu bikin aku berhenti untuk percaya kamu. Karena kalau kamu serius sama aku, kamu seharusnya tau kunci hubungan itu apa" -lanjut Indira

Amanda mengangguk paham, ia menyatukan dahinya dan dahi Indira. Mereka berdua tersenyum kembali, dan Amanda yang merasa lega telah mengungkapkan isi hatinya kepada Indira.

Setelah itu, Indira memindahkan kepalanya ke bahu Amanda. Seperti biasa, jika ia sedang bersama Amanda, bahu Amanda termasuk hal yang membuat ia nyaman.

"em aku boleh tau gak, kenapa papa kamu gak ngebolehin kamu sama aku?" -Indira memulai pembicaraan kembali

"hmm, katanya ada masalah sama perusahaan papamu" -singkat Amanda

"masalah? masalah apa?"

"aku gak tau pastinya, tapi aku yakin pasti dia salah paham" -jelas Amanda

"dia?" -Indira mengerutkan dahinya

"papaku"

"kok kamu bilangnya dia sih? itu kan papa kamu"

"udah biasa aku gitu, punya papa kayak gak punya papa soalnya" -Amanda yang mulai ikut menyendarkan kepalanya ke kepala Indira yang masih berada dibahunya, Amanda juga mengeratkan kedua tangan Indira yang memeluk lengannya

"gak boleh gitu, tetep papamu tau"

"hmm"

"ish, eh tapi aku juga sempet dengerin mama papaku ngobrol, bahas aku gitu. Pas aku tanyain katanya gak bahas aku tapi bahas kak indah, cuman aku gak percaya, aku sempet denger 'ngebahayain' apa itu berhubungan sama masalah perusahaan papamu sama papaku?" -ucap Indira yang terlihat penasaran

"mungkin, pasti orang tuamu takut kamu kenapa-kenapa"

"aku juga takut kamu pergi, yang bener aja kamu pindah ke luar negeri. Habis ini kita harus jaga jarak lagi ya?"

Amanda menggelengkan kepalanya, "udah ada counternya aku, kalau papaku macem-macem apa lagi ke kamu, gampang" -jawab Amanda dengan bangganya

"hah? counter? siapa?"

"mamaku"

Jawaban Amanda membuat Indira terkekeh, "kata kamu papamu keras kepala tadi"

"ya terus kenapa, kalau papa masih sayang mama mah, di ulti juga papa tetep tunduk. Mama juga bilang kalau aku emang serius sama kamu, mama bakal bantu apapun caranya biar papaku gak banyak ngatur soal aku"

"terus kamu mau serius sama aku?" -ucap Indira dengan sedikit medongakkan kepalanya ke arah Amanda dan melihatkan senyum menggoda

Mendengar pertanyaan Indira, Amanda tak berniat untuk menjawabnya. Ia berdiri dan mengangkat tangan Indira yang memeluk lengannya tadi, "nanti pasti juga tau jawabannya, pulang yuk, besok kuliah kan"

Indira yang masih duduk menggelengkan kepalanya sambil memajukan bibir bawahnya, ia tak ingin pulang sekarang. Mungkin Indira masih ingin bersama Amanda, karena sudah berhari-hari tak bertemu.

Sedangkan Amanda yang melihat Indira, merasa gemas dengan tingkahnya. "ayo, udah malem ra, besok kita jalan-jalan lagi habis kamu pulang kuliah"

"bener ya? jangan bohong"

Amanda mengangguk dengan tersenyum, Indira pun berdiri. Mereka pun mendekat ke arah motor dan mulai menaikinya.

Semua menjadi lega setelah saling mengungkapkan hal yang dipendam, bahkan antara Amanda dan Indira sudah mulai mengetahui tentang masing-masing.






Happiness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang