Sorak-semarai memenuhi gedung pertemuan bernuansa elegan, tangis bahagia tak kuasa dibendung lagi. Di tengah ruangan besar tepatnya di atas panggung, berderet teratur para wisudawan yang tampak berwibawa nan anggun bak tuan dan puan bergelar ahli. Tak heran bila hari ini paling dinanti-nanti, sekumpulan siswa dan siswi hendak melanjutkan studi ke jenjang berikutnya.
Setelah yudisium dan prosesi wisuda terlaksana dengan baik, di sisi kanan terdapat kelompok paduan suara menyumbangkan nyanyian untuk menghibur para hadirin. Salah seorang lelaki tegap berhasil menghipnotis siapapun yang menyaksikannya. Dengan langkah lebar, lelaki itu menghampiri sang wali kelas kemudian menyalami sebagai rasa hormat. Sorot kamera fotografer andal tak terelakkan, menghasilkan gambar seorang murid teladan dan guru paling dicintainya tersenyum dan berpose.
Di sisi lain, dua gadis seumuran berbeda kepribadian sedang bersantai di teras saling berbagi cerita. Lebih tepatnya hanya sepihak yang asik berceloteh ria, sedangkan sisanya mendengarkan sampai telinga berdengung.
Walaupun begitu, gadis pemilik alis menukik seperti Angry Bird tidak akan pernah membiarkan satu orang pun termasuk dirinya menghilangkan senyum gadis berkacamata dengan rona merah muda menghiasi pipinya yang gembil. Si Periang. Mata rubah berbingkai alis Angry Bird Sendu mengamati wajah tersenyum bodoh sahabatnya. Jika sudah seperti itu maka mata mengantuknya akan mengincar lelaki yang diidamkan selama beberapa tahun terakhir.
"Sungguh gila, temanku! Setidaknya jika menyukai seseorang waraslah sedikit. Bukankah ini termasuk kejahatan yang sangat halus?" batin Sendu
Puan bernama "Si Periang" memandangi ponsel dengan senyum yang tak pernah luntur terpatri di wajah cerahnya.
"Ah, acara perpisahan dan wisuda dilaksanakan hari ini rupanya. Benar-benar deja vu," batinnya.
Padahal niat hati melihat cerita kegiatan yang dibagi teman mereka di media sosial, kini malah berakhir melihat cerita milik lelaki berjas hitam, rambut tertata sedemikian rupa berdiri tersenyum haru menghadap para tamu undangan. Benar, dia adalah lelaki yang sama. Tak heran bila auranya begitu mempesona.
"Sendu, lihat! Waktu berjalan begitu cepat, ya? Angkatan 2021/2022 baru saja melangsungkan prosesi wisuda." Ujar Si Periang bersemangat seraya memberikan ponsel miliknya kepada sahabat sekaligus puan rumah baik hati.
"Jangan bilang Si Tuan Sempurna itu lagi! Mau apalagi kau dengannya?" Ejek dia, jika dilihat dari mimik wajah Sendu sudah tidak bersahabat lagi, walau setengahnya hanya meledek.
"Apa salahnya, sih? Aku hanya ikut senang mendengar berita kelulusannya."
"Lupakan saja! Masa lalu, sudah lulus pula."
Sendu susah sekali menangkap maksud dariku, gerutu Si Riang dalam hati.
Memilih acuh tak acuh, Si Periang langsung menyambar ponsel yang digenggam Sendu. Tentu saja mengundang amarah sang pemilik, namun si pemilik ponsel memilih tak ambil pusing dengan itu. Tangan lentik Si gadis berkacamata bergerak lincah di atas layar persegi panjang dan menekan acak pada aplikasi penyedia layanan pemutar lagu. Sebuah kebetulan atau memang takdir, aplikasi tersebut memutar lagu favorit seseorang. Gadis itu menyadarinya.
"Jika dipikir-pikir, dia terlalu sempurna untuk seukuran manusia." celetuk Sendu sembarang.
"Tidak. Kesempurnaan hanyalah milik Sang Pencipta Semesta ini. Mudah saja, terlalu unggul untuk dimiliki."
"Berkacalah, kau bukan yang dia inginkan," detik berikutnya kedua manusia berbeda kepribadian itu terbahak dengan percakapan barusan.
"Dengarkan aku, Nona Periang! Dibalik pencapaian manisnya ada banyak hal yang harus dipertaruhkan. Jadi, tak heran bila melihat Tuan Sempurna berhasil sejauh ini sampai melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri yang ia inginkan," Sendu mengingatkan kembali temannya yang terlampau lugu dengan tegas.
Ditulis oleh Harsafiskalia
Sidoarjo, 18 Mei 2023
pukul 01.57 WIBCerita ini ditunjukkan untuk seseorang yang telah lama bersemayam dalam hati sekaligus sebagai penutup bulan Januari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yesterday.
ContoYes·ter·day /ˈyestərˌdā,ˈyestərdē/ Kemarin, satu hari sebelum hari ini. Hari ini kita bercerita, melepas gundah membabi buta kala bibir tak mampu bicara. Kumpulan cerita pendek. Menyajikan berbagai macam pengenalan dan penutup yang berbeda di setiap...