Gray - sekertaris emerald

5.6K 199 0
                                    

Aku memeriksa proposal-proposal ku dengan tidak berkonsentrasi. Setelah tadi pagi , ada klien yang membuat emosiku tersulut aku tak bisa lagi berkonsentrasi. Sialan.

Aku membabting bolpoin ku dan menyandarkan tubuhku di kursi panas. Aku memejamkan mata sejenak berharap konsentrasi ku akan kembali. Namun , saat aku memejamkan mata yang muncul dalam pikiranku adalah gadis bermata hijau emerald itu. Lalu aku membuka mata. Kenapa jadi dia yang muncul? Oh iya , omong-omong soal gadis itu , aku memberinya cuti 3 hari dan sekarang ada Jane yang menjadi sekertaris sementara ku. Meski aku tau Jane tidak tau menahu mengenai perusahaan , namun apa salah nya aku memanggil tunangan ku sendiri sebagai sekertaris ku.

Sebenarnya kami belum bertunangan , dan aku tidak merencanakan hal itu dan memutuskan akan langsung menikahi Jane. Aku tersenyum , mungkin dia akan sangat bahagia saat aku melamarnya.

" gray ? " suara jane membuyarkan lamunan ku.

Aku membuka mataku dan melihat Jane yang terlihat cantik.
Maksud ku bagaimana pun dia , dia selalu tampak memukau bagiku.

Aku meletakkan tanganku sebagai penyangga daguku dan tersenyum. " ada apa , sayang? "

Dia mendekatiku dan memeluk bahuku.
" aku dengar kamu bertengkar dengan klien mu ? "

Aku mendesah lelah dan mengambil telapak tangan nya dan menggenggamnya. " bukan bertengkar. Hanya saja , aku mengancamnya. Sebenarnya bukan mengancam , hanya menggertak."

Aku terkekeh saat Jane memukul pelan bahuku. "Kenapa kamu berbelit-belit ? Ngaku saja kalau kamu memang bertengkar tadi. " ucapnya jengkel.

" iya-iya aku mengaku. Aku memang bertengkar dengan Pak Nugraha tadi pagi. Dia berjanji akan bekerja sama dengan ku , namun aku harus memberinya aset 75% dari perusahaan ku. Tentu saja aku marah. Bagaimana tidak ? " jelasku.

" harusnya kamu selesaikan dengan kepala dingin. Jangan marah-marah , gray. Nggak baik buat reputasi mu nantinya. "

Aku tersenyum dan mencium punggung tangannya.

"Iya sayangku , aku mengerti. Sudah lah jangan mengomeliku lagi. Aku mengaku salah." Ucapku.

Dia tersenyum dan meundukkan wajahnya agar sejajar denganku. " Aku tidak akan mengomel lagi kalau kamu membelikan aku sepatu Brian Atwood yang baru. Kemarin aku sudah pesan lewat internet. Model nya bagus banget , Gray! " ucapnya berbinar. Aku tersenyum sambil memandang manik matanya. Dilihat dari dekat , Jane semakin cantik.

Tanganku bergerak untuk menyelipkan anak rambut yang jatuh ke telinganya.

" berapa? " tanya ku lembut.

Dia tampak berpikir. " emm , 45 juta? Bisa nego kayaknya."

" oke. Nanti aku transfer uangnya. "

Jane berteriak kegirangan dan mengecup pipiku ringan. Aku tersenyum. Setidaknya dengan hadirnya Jane , persoalanku tadi pagi sedikit terlupakan.

***

Sekitar pukul 8 malam , aku keluar dari kantor dan memutuskan untuk pulang. Jane pergi bersama dengan temannya untuk berbelanja , jadi aku pulang sendiri.
Aku mendesah karena harus mengerem mobil karena macet. Kalau tau begini , lebih enak di Itali. Semuanya serba tertib dan lancar.

Aku memandang keseluruhan kota Jakarta ini. Banyak sekali kemajuan kota ini.
Aku mengegas kecil mobilku ketika kemacetan sedikit longgar. Lalu aku baru tersadar bahwa ini adalah area kost milik sekertaris emerald ku itu. Aku tersenyum dan membelokkan mobil ku perlahan menuju toko roti.

Setelah berjuang melawan kemacetan ini , akhirnya aku dapat memarkirkan mobil ku di toko roti dan membelikan beberapa untuk sekertaris ku.
Aku tersenyum kecil. Cepat sembuh sekertaris emerald ku.

***

Aku mengetuk pintu kost ini berkali-kali. Tidak ada jawaban. Aku melihat jam tanganku. Jam 8. Masa dia sudah tidur ? Aku mencoba mengetuk nya lebih keras. Karena masih tidak ada jawaban , aku mencoba membuka kenop pintu. Dan terbuka.

Aku mengernyit bingung. Dasar teledor. Aku membuka pintu nya lebih lebar dan berjalan masuk. Aku meletakkan bingkisan ku di meja dan berjalan masuk.

" Senna. Kamu dimana ? " panggilku.

Tidak ada jawaban.

"Senna! " panggilku lebih keras.

"Senna!"

Aku berjalan menuju satu pintu yang aku yakin pasti adalah kamarnya. Dengan cepat aku membuka pintunya dan aku terpaku.

Senna dengan baju tipis nya , tanktop dan celana pendek tampak memegang ponselnya sedang berbicara dengan seseorang. Ia sedang nenghadap ke jendela.Tampaknya dia tidak menyadari kehadiranku disini karena sekarang dia sedang tertawa dengan renyahnya. Entah dengan siapa. Kurasa dengan keluarganya.

Aku tersenyum tipis dan menyenderkan tubuhku di tembok menunggu gadis itu selesai bicara. Aku melihatnya

Aku memandangnya dari samping. Begitu menenangkan. Apa gadis ini memang blasteran ? Dia sangat berbeda dengan gadis lainnya. Bahkan dengan Jane.

Saat aku sedang asik memandangnya , tiba-tiba dia berbalik dan berteriak nyaring yang membuatku juga ikut terlonjak.

" HUAAAAAA!!"teriak senna.

***

Bagaimana , teman ? Suka , nggak ? Ku harap kalian suka. Keep read ya. Dan keep VOMMENT.




The lady and The bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang