Senna - perdamaian dengan Jane

5.1K 186 12
                                    

Aku terus menekan tombol untuk menelpon Jane berkali-kali. Aku tau dia marah padaku dan itu semua karena perhatian Gray yang terlalu berlebihan. aku tidak memungkiri bahwa Gray memang keterlaluan.

" ayo , dong Jane. Angkat. " ucapku tak sabar. Dan hasilnya sama saja. Ponsel nya tidak aktif.

" selamat pagi , na." Sapa Gray begitu saja tanpa terdengar suara datangnya.

" pak. Saya mau bicara." Ucapku memberanikan diri. Dia pikir , setelah membuat hubungan ku dan Jane berantakan dia bisa seenaknya cuci tangan ?

Gray menghentikan langkahnya dan berjalan mendekati mejaku.

" ada apa , na ?" Tanya nya santai.

Aku memejamkan mataku sejenak dan menghembuskan nafas lelah lalu berdiri menatap matanya langsung.

" bapak tau kan , kalau Jane dengan saya bertengkar ? "

Gray memandangku bingung.

" bertengkar karena apa ?" Tanya nya. Sungguh , saat ini aku ingin sekali menendangnya hingga ke kutub.

" pak , jelas saja karena kejadian kemarin ! Apa lagi ? Dan , saya peringatkan , jangan bertindak di luar akal sehat saya lagi ! Saya tidak mau Jane salah paham dengan saya. " ucapku tegas.

" jane marah pada mu sampai sekarang ? Tapi , dia sudah tidak marah padaku. Mungkin kamu punya kesalahan lain ? "
Aku memejamkan mata sebal. Lalu membuka mataku memandang gray dengan geram. Sumpah , 2 hari lalu gray adalah laki-laki yang masih ju kagumi. Namun tidak lagi sekarang.

" saya mau , bapak menjelaskan lagi pada Jane lagi. Sungguh pak , jane nggak mau angkat telfon saya , demi tuhan!" Teriakku frustasi.

Gray memandangku lurus. " baik , aku akan bicara lagi nanti. " ucapnya datar lalu masuk ke dalam ruangannya.

Aku mendesah lalu melempar begitu saja pantat ku di kursi. Aku memandang kursi didepanku dengan lesu. Biasanya , jane sudah di sini saat siang. Apa jane benar-benar marah ?

Jujur saja , aku memang menyukai gray. Tapi hanya karna ketampanannya. Ya , sekarang aku yakin bahwa aku sama sekali tidak jatuh cinta pada boss ku itu.

Dan tiba-tiba saja aku mulai teringat akan Damian. Siapa dia ? Ya tuhan ! Siapa damian ? Kenapa dia bisa mengenaliku? Mengapa aku tidak ? Aku memutuskan untuk melupakan soal damian dan memikirkan nya nanti.

Aku mencoba men-dial nomor Jane lagi. Nada sambung tetap terdengar. Namun , tetap saja tidak ada jawaban. Aku mendesah sedih dan meletakkan iphone ku di meja kerja.

Tiba-tiba pintu ruangan Gray terbuka dan muncullah bos ku itu.

" ikut aku. " ucapnya singkat lalu mendahului ku berjalan. Aku mengernyit bingung. Lalu aku membawa tas dan ponsel ku dan mengikuti bos besar itu.

***

Aku menatap american coffee late ku dan Gray bergantian dengan bingung. Dia menukar jam kerja ku dengan hanya nongkrong di Starbucks ? sudah sekitar 15 menit aku duduk disini tanpa dia yang membuka pembicaraan.

Aku berdeham sebentar dan meminum kopiku. Lalu aku meletakkan cup kopi ku dan menatap Gray.

" sebenarnya ada apa bapak bawa saya kesini? " tanyaku akhirnya.

Gray meletakkan vanilla latte nya yang hampir dia minum tadi lalu tersenyum.

" kamu kan bilang tadi aku harus meluruskan hubungan kita pada Jane , kan ? "

Aku mengangguk.

" ya kita tunggu sampai Jane kesini. Tadi aku udah hubungi dia untuk pergi ke sini. Untuk mewujudkan apa yang kamu mau. " ucapnya sambil menatap ku lurus.

The lady and The bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang