Aku tersentak. Terbangun dari tidurku yang cukup nyenyak ini, ketika aku mendapati tangan seseorang yang sibuk mengelus pipiku dengan senyuman lembutnya, eh?
Entah sudah berapa lama aku tertidur, hft!
Dengan keadaan yang masih setengah sadar. Aku melirik ke nakas, sebelah ranjangku. Mengabaikan tatapan seseorang yang terus-menerus mengikuti gerak gerikku, (?). Liam.
Aku mendengus pasrah, dan mengerucutkan bibir ku. Ketika aku melihat jam alarmku yang terpampang di nakas.
Entahlah, usahaku selalu gagal untuk bangun pagi - pagi. Memang karenq mataku yang tidak bisa berkompromi, atau karena faktor aku memang "kebo(?)". Crapt!
Aku meliriknya, oh bukan. Bahkan aku menengok kearahnya dengan alis ku yang terangkat sebelah. Memandangnya bingung.
Dia, yang melihat semakin menarikan kedua sudut bibirnya keatas. Terkekeh pelan dan memindah tangan ke atas kepalaku.
"Hey! Don't look at me like that. You scared me," kataku yang akhirnya berucap.
Melihat dia, yang memandang ku seperti memangsa anak baru.
Dia terkekeh pelan. Menepuk puncak kepalaku, lagi?!. Aku yang mendapatinya hanya memutar mataku malas.
Dia mengambil sesuatu, di sebelah nakas ku. Menyodorkannya, kearahku. Ah! Air "bening". Kebiasaannya setiap pagi, jika dia pulang ke chicago.
Aha! Membahas chicago. Aku jadi teringat dengan Mom, dad and Lexa.
Seusainya, dia menyambar gelas yang berada di tanganku, menaruh di nakas kembali.
Menatapku, dan menggenggam tangan ku hangat. Aku bingung akan sikapnya pagi ini. Terlihat lebih berbinar, dari biasanya. Mungkin(?).
"What?," kataku menautkan alis dan cukup sinis.
"What?" Ulangnya, seperti beo.
"Ah, c'mon li. Why you smile like that? Uh!" Kata mendengus pasrah karena dia menanyakan balik.
Dia terkekeh, "No. Besok kau harus bangun pagi," lanjutnya.
"C'mon li-" ucapanku di potong dengan cepat, hingga aku terdiam.
"Aku sudah mendaftarkan mu, di Universitas kebanggaanmu. Meet new friends, in a new school." Katanya dengan cengiran.
Aku memikirkan kata - katanya. New friends? School?. Setelah cukup lama berpikir, aku baru sadar akan pernyataannya.
Crapt! Otakku yang bekerja lama, sangat menghambat semuanya.
Aku memekik kegirangan, dan langsung lompat untuk memeluknya. Mencium pipinya, dan terus berteriak kata, "yeay!"
Biarlah tetangga berkata apa tentangku, karena sikapku. Aku terlalu kelewat senang.
"Woah! Calm down, little payne," katanya mendengus yang diakhiri suara kekehannya.
"Omeji! Thank you liam, i love you so much" kataku mencium pipinya, kembali.
Melepaskan pelukannya dan, Memandang ke arahnya aku menatapnya dengan pandang, kau-sangat-menyebalkan.
Dia hanya menyengir, dan menangkup wajahku.
"Sorry, baby girl. But it's surprise." Katanya berakhir mencubit pipi ku.
Mengembukan pipi ku, mentapanya sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
You'll Never Know - Niall Horan
FanfictionYea, you'll never know. Until' it happened. I never feel like this before. I just want you, want you to know. I love you more than my self. I don't know why, but i did. I did it, you made it. You made it niall. Just stay, the man who never knew it.