Jauh dari perkiraan, Wonbin bukannya menangis mengamuk, dia malah terbangun dengan sorot matanya kosong. Satu tangannya tetap bergerak mengelus perutnya dengan teratur.
Walau gak mengalami hal yang sama, tapi Nicholas ngerti betapa sakitnya kehilangan seorang anak. Dia tau Wonbin gak mungkin baik-baik aja, pasti perasaannya hancur. Tapi setiap ditanya Wonbin selalu jawab, "gue baik-baik aja."
"Enggak Wonbin, lo gak baik-baik aja. Kenapa lo gak nangis? Kenapa lo gak marah sama mereka yang bikin lo jadi kehilangan anak lo?" Ujar Nicholas menggebu, Jay disampingnya ngusap bahu Nicholas agar gak terlalu menekan Wonbin.
Disaat kaya gini, Wonbin gak butuh nasihat apalagi tekanan, dia butuh dukungan dan pelukan. Jay beralih memeluk Wonbin.
"Tapi gue kesel, Jay! Dia sok kuat banget! Padahal gue tau separuh hidupnya udah hancur! Nangis Park Wonbin! Nangis gue bilang! Lo harus keluarin emosi lo! Jangan ditahan!" Nicholas semakin brutal dan mengguncang kedua bahu Wonbin.
"Nichol! Udah! Nicholas!" Jay berusaha melerai, tapi Nicholas tetap bersikeras buat bikin Wonbin nangis. Disaat kaya gini, gak seharusnya Wonbin cuma berdiam diri. Harusnya dia nangis, ngeluarin semua rasa sakit dan emosinya.
"I TOLD YOU TO CRY!! WHY DON'T YOU CRYING?! PARK WONBIN!!"
Wonbin menyentak kuat Nicholas, ngebuat omega itu jatuh ke lantai dengan kuat. Tatapannya hancur, matanya mulai memerah.
"LO MAU GUE NGAPAIN, NICHOLAS?! LO MAU GUE NGAPAIN HAH?! GUE NANGIS JEJERITAN, BANTING BARANG, MAKI-MAKI LO SEMUA, GAK AKAN ADA GUNANYA!! ANAK GUE UDAH MATI DAN DIA GAK AKAN BISA HIDUP LAGI!!! hiks hiks..."
Akhirnya Wonbin runtuh juga, Nicholas berhasil ngeluarin emosinya. Ini lebih baik daripada dia cuma diam dengan tatapan kosong.
"Lo mau gue ngapain lagi Nicholas.... Lo tau separuh hidup gue udah hancur, terus gue harus ngapain lagi? Gue nangis darah sekalipun gak akan bikin dia kembali ke gue, ke perut gue... Gak bisa, Nicholas...."
Cuma ada mereka bertiga di ruangan itu, Jay kembali ke sisi Wonbin buat memenangkan omega muda itu. Membelai punggungnya lembut selayaknya seorang ibu.
"Lo tenangin dia, gue ada urusan"
Jay tau Nicholas ngelakuin hal tadi karena dia sayang sama Wonbin, Jay tau bahayanya emosi yang gak tersalurkan.
Gak lama setelah Nicholas keluar, Shotaro dan Sohee masuk ke dalam. Jay yang mengerti situasi pun pamit keluar, ngasih waktu buat ketiganya ngobrol.
Perlahan-lahan, kesadaran Wonbin kembali. Dadanya udah gak terlalu sesak sekarang, walau hatinya masih terasa perih. Wonbin ngusap air matanya dan menelan ludahnya dengan susah payah.
Sohee yang ngeliat itupun sigap ngasih segelas air minum ke Wonbin dan duduk di tepi ranjang.
"Hyung, Sohee, gue minta—" belum sempat Wonbin menyelesaikan kalimatnya, Shotaro udah lebih dulu menubruk Wonbin, memeluknya dengan sangat erat, diikuti Sohee yang juga memeluk kedua hyung-nya.
"Gue minta maaf, Wonbin. Gue udah gagal jadi kakak yang baik buat lo, gue gak bisa jagain lo. Gue minta maaf" Shotaro nangis tipis-tipis diselingi Sohee yang juga minta maaf karena ngerasa kurang peduli dengan satu sama lain.
Mereka melepaskan pelukan mereka setelah beberapa saat. Shotaro menatap perut Wonbin yang tetap rata kaya biasanya, tapi tentu gak sama lagi. Shotaro menempatkan tangannya diperut Wonbin.
"Pasti sakit ya?" Tanyanya yang diangguki Wonbin.
Wonbin menyentuh dadanya, "tapi disini lebih sakit hyung"
🎸🎸🎸
Seunghan mengepulkan asap rokoknya dengan santai sementara disampingnya ada Anton yang keliatan lebih sengsara daripada gelandangan pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONE AND ONLY || WONBIN!SUB✓
FanfictionWonbin tuh gak ngerti, kenapa para member memperlakukannya secara istimewa setelah mereka menjalani test abo-verse. "Please guys, don't take it too seriously. Ini cuma tes biasa yang hasilnya bisa berubah kapan aja, GUE BUKAN OMEGA BENERAN WOY!" Sta...