I Really Love you

21 3 0
                                    

Author's POV

Rio dan Jouwy bertahan dengan posisi wajah mereka yang sangat dekat beberapa detik. Kemudian Rio tersenyum dengan senyuman evilnya, Jouwy langsung membenarkan posisinya.
"Cieee yang blushing" ejek Rio kepada Jouwy yang pipinya memerah karena perlakuan Rio tadi.
"Apaan sih,? Siapa yang blushing coba." ujar Jouwy mengelak dari tuduhan Rio.
"Tadi becandaan doang."
"Iya tau kok, cepet pulang yuk." kata Jouwy sambil melangkah duluan hingga sekarang posisinya tepat di depan Rio. Rio pun tersenyum dan menyusulnya.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Jouwy pun membuka laptop dan memutar musik. Tapi pikirannya masih berkutat dengan kata-kata Rio tadi.

"Kenapa hanya dengan candaan seperti itu membuat pikiranku kacau,? aku sebernanya sangat berharap kata-kata yang dia ucapkan bener-bener dari hati. Wajah yang serius dan meyakinkan, berubah menjadi menyebalkan ditambah lagi dengan katanya bahwa hanya bercanda membuat hatiku terasa sakit. Aaargh sial, jatuh cinta tapi tak terbalaskan memang menyakitkan." batin Jouwy.

Rio's POV
Setelah mandi dan berpakaian aku turun dari kamar dan bergabung dengan ayah dan Ibu di ruang tv.
"Hai Bu, Hai Yah." sapaku dengan mengambil apel yang sudah dikupas oleh ibu.
"Hai nak." balas Ibu sementara Ayah tengah sibuk menikmati kopinya.
"Tiga minggu lagi kita berangkat ke London." raut wajahku langsung berubah ketika Ayah membuka suara. Tiga minggu lagi.? Itu terlalu cepat. Tapi aku bisa apa kecuali menuruti kemauan ayah.
"Iya ayah." jawabku lemah.

Aku berjalan menyusuri trotoar jalan. Entah kemana aku akan melangkah aku sudah tidak pedulikan itu, setelah mendengar kata-kata Ayah aku berlalu pergi dari Rumah, mencari ketenangan. Pikiranku melayang kepada Jouwy, aku memikirkan kejadian tadi pagi. Aku membuatnya terbelalak kaget dengan kata-kataku, tapi aku mengatakan kepadanya aku hanya bercanda, aargh bodohnya aku. Seharusnya aku mengakui kalau aku bener-bener mencintainya dan ingin memilikinya. Apakah dia punya perasaan yang sama denganku.? Tapi percuma saja kalau aku bisa memilikinya, toh aku juga harus pergi. Aku harus menjauhinya tiga minggu ini, agar setelah aku pergi dia sudah terbiasa tanpaku. Langkahku terhenti di sebuah taman, yap taman ini adalah taman yang pernah kudatangi bersama dengan Jouwy. Memandang bintang bersama di malam yang dingin.
"Aku sungguh mencintaimu, Jouwy."

--------------
Jouwy's POV

Hari ini aku merasa berbeda, yah dari tadi pagi aku tidak melihat Rio. Kemana dia.? Hanya pertanyaan itu yang ada di pikiranku. Biasanya, dia yang menghampiriku tapi hari ini tidak sama sekali. Apa yang terjadi.? Apakah dia tidak sekolah.? Apa dia sakit.?. Aaaargh Rio kamu kemana.?. Aku berjalan menuju kantin, sendirian. Dengan tatapan bingung dari para siswa, mungkin karena tidak ada Rio bersamaku. Tanpa mempedulikan tatapan mereka aku melanjutkan langkahku menuju Meja dan memesan makanan.

*******
Seharian ini aku mencoba menghubungi Rio, tapi nihil Hpnya tidak aktif. Aku bisa jadi gila kalau begini. Aku putuskan untuk pergi kerumahnya.

"Permisi." ujarku sambil mengetok pintu.
"Non, mereka sedang tidak ada dirumah." ujar seorang laki-laki paruh baya, sepertinya tukang kebun.
"Kalau boleh tau mereka kemana yah.?" tanyaku
"Saya juga kurang tau non." katanya
"Oh, makasih."
"Sama-sama"

Aku pun kembali kerumah tanpa hasil apapun, karena Rio tidak ada di rumahnya. Aku merasa seperti tidak ada semangat hidup lagi, Rio benar-benar jahat.

Rio's POV

Pagi ini aku sudah siap dengan ranselku, tapi aku belum ke london. Aku hanya ingin pergi ke villa keluarga ku di puncak, kebetulan Ayah dan Ibu akan pergi ke London untuk mengurus segala sesuatunya sebelum kita benar-benar pindah. Aku berpikir untuk pergi ke villa agar bisa menjauhi Jouwy. Aku harap dia tidak mencariku. Setelah siap aku pun berangkat dengan mobilku.
-----------
Angin sejuk yang berhembus membuatku merasa lebih tenang. Aku Merentangkan tangan dan menarik napas dalam dan menghembuskannya. Ini luar biasa, tapi raut wajahku berubah ketika pikiranku melayang kepada Jouwy.
"Kuharap dia baik-baik saja." batinku.

Untuk membuatku tidak terlalu memikirkan Jouwy aku berjalan-jalan di tengah perkebunan teh sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan alam. Setelah menyadari hari sudah sore dan semakin dingin, aku kembali ke villa.

*****
Aku duduk memandangi langit malam yang dipenuhi dengan taburan bintang dengan beberapa minuman kaleng dan makanan ringan di perkarangan Villa. Lagi dan lagi pikiranku tertuju pada Jouwy. Andai saja kita bisa melihat bintang bersama lagi, aku ingin mengulang kenangan itu. Kubuka album foto yang berada di hadapanku, didalamnya terdapat foto-fotoku bersama dengan Jouwy selama aku bersamanya dan sebagian besar fotonya yang tentu saja aku ambil diam-diam dengan kameraku. Saat dia tersenyum dan tertawa, itu membuatku tidak ingin pergi dari sampingnya. Matanya yang indah itu selalu terbayang. Dia adalah wanita yang sangat spesial untukku.

Haii haii aku lanjutin lagi ff nya. Kebetulan ada inspirasi walaupun mungkin gak jelas. Hehehehe, kalau udah baca tolong tinggalkan voment sama vote nya yah. Don't be siders, PLEASE.

you're My sunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang