Sesampainya mereka pada meja makan, Jaemin sudah dipandang tidak enak oleh sang Ayah. Berbeda dengan tatapan saudara-saudaranya yang justru menyambut dirinya dengan baik dan tulus. Baru saja dirinya akan pergi menjauh, kakak tertuanya sudah terlebih dulu mengangkatnya dan membawanya untuk duduk di atas pangkuan sang kakak.
“Nana mau makan apa hm? Abang ambilin”
“Bang Mar..” jujur saja Jaemin ingin menangis saja rasanya, tatapan yang sang ayah berikan untuknya terlihat menyeramkan. Tangan mungilnya yang bergetar kecil dibawa untuk memegang lengan kiri milik Mark yang sedang memeluk dirinya untuk menjaganya agar tidak terjatuh.
Mark yang menyadari ketakutan sang adik menatapnya sendu, Ia mengambilkan beberapa lauk untuk Jaemin di piringnya, dengan segera Ia menyuapkan sedikit makanan kepada Jaemin. Jaemin tidak terbiasa mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak, tidak heran karena anak itu memang sulit sekali memiliki selera untuk makan. Berbeda dengan Haechan yang selalu memiliki selera untuk memakan semua makanan yang ada, bahkan tidak jarang Ia dan saudaranya bertengkar memperebutkan cemilan dirumah.
Setelah empat suapan, akhirnya Jaemin memberi kode kepada sang kakak bahwa Ia sudah kenyang, bertepatan dengan Jeno yang sudah selesai dengan makanannya.
“Jeno selesai, Jeno izin naik duluan mau perbaiki projek” Jeno hendak pergi naik, namun tiba-tiba Jaemin meminta ikut.
“Bang No, Nana ikut!!” Jaemin turun dari pangkuan Mark dan berteriak kecil sambil berlari mengikuti sang kakak yang langsung menggendongnya pergi ke atas.
Tentu saja kejadian itu disaksikan oleh semua orang. Jisung yang melihat itu juga ingin ikut dengan kakak tersayangnya, Kak Na. “Jie mu uga” dengan mulut yang masih penuh, Jisung berusaha turun dari kursi bayinya. Renjun yang sedang menyuapi Jisung pun langsung melarang Jisung untuk bergerak, takut Jisung terjatuh dari kursinya. “Telan dulu itu baru ngomong. Makanan-nya di selesaiin dulu baru nanti kalo sudah habis Jisung boleh pergi ke Kak Na”, bukannya Jisung nurut, Ia malah semakin memberontak hingga akhirnya Ia menangis dan menolak suapan dari Renjun.
Renjun menghela nafasnya dan akhirnya menyerah, Ia menggendong sang bungsu untuk pergi ke kamar adiknya, Jeno. Dan benar saja, setelah melihat sosok Jaemin, seketika Jisung langsung berhenti menangis.
Renjun membawa Jisung mendekati kasur dan mendudukkannya di sebelah Jaemin. “Jisung rewel, pengen deketan mulu sama Nana. Bener-bener berisik dah ini bocah” kesal Renjun yang hanya direspon lirikan oleh Jeno yang masih sibuk ngelem tugasnya.
“Kayak kakak nggak saja” sahut Jeno setelah berhasil memperbaiki tugasnya yang sempat rusak akibat Chenle.
“Ngaca Jen”
“Iya aku tau aku ganteng, makasih bang”
“Ah, bocah sama aja ngeselin”
Renjun dengan kesal pergi meninggalkan kamar sang adik, Ia kembali turun untuk menyelesaikan sarapannya yang sempat tertunda. Sesampainya di meja makan, ternyata sang ayah sudah tidak ada, kursi yang tadinya diduduki oleh ayahnya sudah kosong. Sepertinya ayahnya sedang memiliki urusan penting di kantor.
★★★
“Kak Na” itu suara Chenle,
Jaemin yang awalnya sedang menonton kartun favoritnya menoleh saat mendengar adiknya memanggil. “Heung?” Jaemin memiringkan kepalanya sambil menatap Chenle. Haechan yang berada di sebelahnya pun gemas melihat tingkah Jaemin.
‘Lucunya..’ batin Haechan
“Lele mau mam” Chenle memberikan tatapan yang penuh harapan, berharap Jaemin bersedia menemaninya makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Nana || Na Jaemin
FanfikceTentang Lee Jaemin, anak kelima keluarga Lee, sosok remaja yang menyimpan banyak luka selama hidupnya. Nana, seorang adik dan kakak yang menjadi rumah ternyaman untuk ke-6 saudaranya. "Na, terima kasih sudah mau bertahan selama ini. Sekarang, gilira...