02. Keributan kecil

1.2K 125 9
                                    

haii haii, selamat tahun baru semuanya!! semoga tahun ini bisa jadi tahun yang baik & semoga ditahun ini impian kita bisa tercapai ya 🤍

btw aku mau info aja untuk saat ini umur mereka segini ya :

Lee Minhyung / Mark — 13 thn
Lee In Joon / Renjun — 12 thn
Lee Jeno & Lee Donghyuck / Haechan — 10 thn (yaps mereka anak kembar non-identik)
Lee Jaemin — 5 thn
Lee Chenle — 4 thn
Lee Jisung — 3 thn

hehe makasii banyak ya buat para readers!! happy reading semua~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pagi itu, terjadi keributan di tempat kediaman keluarga Lee. Karena perdebatan si kembar, para penghuni rumah mulai terganggu. Ketiga sosok yang sedang terlelap di atas kasur pun akhirnya terbangun, Renjun adalah orang pertama yang mendengar teriakan Haechan, lalu disusul dengan Jaemin, dan Mark. 

Renjun mendudukkan dirinya, berupaya untuk mengumpulkan kesadarannya penuh. Mark yang masih mengantuk pun ingin melanjutkan tidurnya bersama sang adik, namun ternyata sang adik memiliki rencana lain. Jaemin sudah terlebih dulu meninggalkan kedua kakaknya dan pergi memasuki kamar Chenle dan Jisung. Anehnya, Jaemin tidak menemukan Chenle, hanya ada Jisung yang masih tertidur nyenyak. Akhirnya Jaemin memutuskan untuk turun dengan langkah yang pelan, mengingat dirinya juga sebenarnya masih bocil.

“Bang Ecan? Bang Nono?” sontak si kembar terdiam dan mencari sumber suara, netra si kembar pun akhirnya bertemu dengan sang adik kesayangan.

“Nana? Kenapa disini?” itu Jeno, walaupun dirinya baru saja berteriak namun khusus dengan Jaemin, entah mengapa dirinya seketika langsung berubah 360 derajat.

Chenle yang mendengar suara Jaemin pun langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat. “Kak Na, Cele takut”, Jaemin tidak tahu apa yang adik 1 tahun lebih muda darinya itu lakukan hingga membuat kedua kakaknya berteriak.

Renjun dan Mark yang baru saja datang pun kebingungan melihat Chenle yang memeluk Jaemin sambil ketakutan. Mereka pun akhirnya menyuruh Jaemin dan Chenle untuk duduk disofa, sedangkan mereka berdua akan menginterogasi si kembar. Jaemin pun membawa Chenle untuk duduk dan berusaha menenangkan adiknya itu walaupun sebenarnya adiknya itu tidak menangis.

“Jadi?” tanya Renjun tanpa babibu

“Tuh dia ngerusakin tugas kelompok punyaku sama Jeno, terus gak minta maaf, padahal itu tugas harus dikumpulkan besok lusa”

“Terus Chenle kalian bentak?” kali ini Mark yang bersuara.

“Iyalah, ngeselin”

“Bang Nono, ini patah?” tanya Jaemin yang melihat kakaknya memegang tugas mereka yang terlihat sedikit hancur.

Seluruh atensi jatuh kepada Jaemin yang entah sejak kapan mendekati sang kakak.

“Iya, patah” jawab Jeno tanpa mengalihkan perhatiannya dari tugasnya itu

Tiba-tiba Jaemin berlari ke kamarnya untuk mengambil sesuatu, tentu hal itu membuat semua orang bingung melihatnya. Tidak lupa dengan teriakan Haechan dan Renjun yang melarang sang adik untuk berlari.

“Adek/Nana jangan lari!”

Tidak lama kemudian, Jaemin pun kembali dengan sebuah lem di tangannya. Dirinya pergi mendekati Jeno dan memberikan lem di tangannya kepada sang kakak. Memahami niat sang adik, Jeno pun tersenyum dan mengusap rambut adiknya pelan sambil mengucapkan terima kasih.

Baru saja mereka tersentuh gemas melihat kejadian itu, tiba-tiba sang Ayah datang dengan pakaiannya yang rapi. Jaemin yang menyadari kehadiran sang ayah sontak terdiam, dirinya takut. Jaemin berusaha menghindar agar tidak membuat kontak mata dengan sang ayah. Hal itu tentu disadari oleh seluruh saudaranya, termasuk Chenle.

“Nana mau ke dek Jie” ucap Jaemin yang langsung terburu-buru pergi membawa tubuh mungilnya untuk meninggalkan semua orang di ruang tamu bawah.

Jaemin tidak berbohong, dirinya memang pergi ke kamar sang adik, ingin mengecek. Ia disambut hangat oleh sang adik. Ya, Jisung memang paling dekat dengan Jaemin dibandingkan dengan saudaranya yang lain. 

Karena sebelum sang bunda pergi meninggalkan mereka semua, Jaemin selalu memperhatikan Jisung. Bahkan dirinya rela mengorbankan dirinya agar Jisung tidak kena omelan sang bunda. Ia selalu menutupi kesalahan orang dan menjadikan dirinya sebagai tumbal, padahal dirinya juga masih sama kecilnya namun pemikirannya jauh lebih dewasa. Saat bundanya pergi pun Jisung tidak terlalu rewel, karena Jisung lebih menyayangi Jaemin dibandingkan sang bunda. Itu pun karena bundanya sering pergi entah kemana setelah memarahi dan memaki Jaemin.

“Kak Na!” Jaemin tersenyum, sepertinya Jisung baru saja terbangun. Dibawalah tangan mungilnya untuk mencubit pelan pipi sang adik dengan gemas.

“Jisungie!! Hehehe” ah sungguh, mereka berdua ini sangat lucu..

“Dek Jie mau mam tidak? Kak Na lapar.. tapi Kak Na tidak bisa mam sekarang”

“Heum, Jie lapar”

“Ayo Jie turun, ayah sudah dibawah. Kak Na temani ya”

“Hum” 

Jisung dengan antusiasnya mengangguk dan menggandeng tangan sang kakak. Jaemin tidak protes, walau dirinya sedikit takut jika harus berhadapan dengan sang ayah, tetapi dirinya juga tidak tega membiarkan adiknya ini menuruni tangga sendirian. Terlebih bocah 3 tahun ini belum terlalu mahir dalam apapun terlebih berjalan. 

Sesungguhnya Jaemin tidak terlihat seperti anak berusia 5 tahun bukan? Dirinya jauh lebih mandiri dibandingkan anak-anak seusianya. Jaemin juga seperti bocah misterius, tidak ada yang bisa menebak pikiran bocil itu. Berkali-kali sang kakak berusaha memahami, namun usahanya selalu saja gagal. Mereka sudah berusaha sebisa mungkin untuk membuat Jaemin nyaman dan kembali  berlagak seperti bocil lucu menggemaskan sesuai dengan usianya (ya walaupun dia diam saja masih lucu ya bagi mereka), namun hasil perjuangan mereka berujung nihil. Jaemin cenderung menutup dirinya dari semua orang, termasuk dengan orang-orang terdekatnya, keluarganya sendiri.

Keempat saudara Lee hanya berharap agar sang ayah bisa membuka hatinya untuk Jaemin, walaupun hal itu sebenarnya mustahil sekali. Mereka hanya bisa membantu dalam doa, berdoa agar Jaemin bisa bergantung dengan mereka, melibatkan mereka dalam hidupnya.

Thank You, Nana || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang