Klek…
“Nanaa kami pulang!” teriak Haechan yang berlari ke arahnya. Jaemin yang baru saja menuruni tangga terkejut mendapati Haechan yang sedang berlari ke arahnya.
“LEE DONGHYUCK KOPERMU— ADUH!—” itu adalah suara teriakan Renjun yang mungkin tersandung sesuatu saat ingin mengejar Haechan.
“Nana, Bang Echanie pulang~” Haechan memeluk erat Jaemin, sambil menciumi pipi milik Jaemin.
Jaemin yang sebenarnya risih hanya bisa terdiam. Ia tidak bermaksud jahat, namun setelah kejadian yang tidak enak itu menimpa dirinya, Ia jadi takut saat melakukan kontak fisik dengan seseorang. Namun, dirinya hanya diam saja mendapati tubuh mungilnya dipeluk sangat erat oleh kakaknya.
“Hyuck! Kopermu aku buang ya!” teriak Renjun setelah masuk ke dalam dengan dua koper yang digeretnya, salah satunya milik Haechan yang ditinggalkan di luar tadi.
“Cih, jahat sekali! Nana liat itu, kakakmu yang satu itu jahat” rengek Haechan yang hanya dibalas lirikan malas oleh Renjun. Selalu saja begitu, semuanya pasti akan selalu laporan kepada Jaemin jika terjadi sesuatu.
Tidak lama, yang lainnya pun mulai terlihat memasuki rumah. Jaemin tentu menyapa mereka dengan senyumannya yang dibalas oleh pelukan oleh saudara-saudaranya. Jisung dan Chenle berlari padanya dan memeluknya erat, Jisung yang pada dasarnya sangat menempel dengan Jaemin pun menangis setelah melihat ‘Kak Na’ nya.
Tidak terasa 7 tahun telah berlalu, kondisi rumah tetap sama, tidak banyak yang berubah. Mungkin yang berubah hanyalah sifat dan penampilan mereka saja, sedikit.
Salah satu perubahan yang disadari adalah sifat Jaemin yang cenderung lebih tertutup dan pendiam, bahkan tidak jarang Ia menolak kontak fisik dengan saudaranya. Walaupun saudaranya sempat merasa aneh, namun, mereka hanya berpikir bahwa Jaemin mungkin memang mulai kurang menyukai hal tersebut dan mereka pun berusaha meminimalisir kontak fisik seperti pelukan dan rangkulan dengannya.
Seiringnya waktu berjalan, mulai banyak perubahan yang terjadi. Tidak hanya sifat Jaemin saja yang berubah, namun, sifat Jisung yang polos dan ceria pun juga ikut berubah menjadi lebih pendiam dibandingkan sebelumnya. Dengan usianya yang masih muda, Jisung termasuk salah satu orang yang diam dan sedikit cuek. Ia hanya akan cerewet jika sedang bersama Jaemin atau jika sedang membahas Jaemin. Begitupun dengan Chenle, walaupun dirinya tidak sedingin Jisung, namun, dirinya sangatlah cuek dengan keadaan sekitar. Chenle bahkan menolak tegas atas perintah yang diberikan oleh kakak-kakaknya, terkecuali Jaemin tentunya. Ya, dirinya sangat membenci diberi perintah atau diatur oleh seseorang.
★★★
“Kami pulang” kata Jaemin sembari memasuki rumah, diikuti dengan kedua adiknya, Chenle dan Jisung.
“Selamat datang, jangan lupa bersihkan diri kalian dulu sebelum makan malam.” sahut Renjun dari ruang tamu, sambil mengerjakan sesuatu pada laptopnya.
“Iya, bang” jawab Jaemin padanya
“Oh, iya! Tolong nanti bangunkan Haechan ya, Na. Abangmu yang satu itu benar-benar membuatku lelah” keluh Renjun
“Hm, akan kubangunkan”
Jaemin dan kedua tuyulnya segera bergegas pergi menaiki tangga dan pergi ke kamar masing-masing setelah mendengar ucapan terima kasih dari Renjun. Mereka pun membersihkan diri mereka sebelum waktunya makan malam tiba. Jaemin segera pergi ke kamar Haechan untuk membangunkannya.
“Bang, bangun, waktunya makan malam” Jaemin menepuk lengan Haechan dengan pelan, berupaya agar kakaknya yang sudah mirip kebo itu bangun.
“Hgh, bentar… masih ngantuk” lirih Haechan
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Nana || Na Jaemin
FanfictionTentang Lee Jaemin, anak kelima keluarga Lee, sosok remaja yang menyimpan banyak luka selama hidupnya. Nana, seorang adik dan kakak yang menjadi rumah ternyaman untuk ke-6 saudaranya. "Na, terima kasih sudah mau bertahan selama ini. Sekarang, gilira...