3 tahun kemudian…
Siang itu, seluruh anggota keluarga Lee sedang berkumpul untuk membicarakan tentang pekerjaan sang ayah. Sang ayah memberitahu anak-anaknya bahwa dirinya memiliki pekerjaan diluar kota selama 3-4 bulan, dan berencana untuk mengajak anak-anaknya untuk ikut pindah sementara bersamanya.
Ia beralasan agar dirinya dapat memantau kedua bungsunya, namun itu hanyalah alasan belaka. Padahal tujuan aslinya adalah agar dirinya bisa dengan perlahan menjauhkan Jaemin dari anak-anaknya.
“What? Jadi kita pindah ke Jepang?” Tanya si sulung kepada sang ayah yang malah duduk santai sambil beberapa kali mencicipi kopinya
“Ya mau bagaimana lagi? Tidak mungkin ayah meninggalkan kalian semua disini bukan? Lagipula ayah harus sesekali menjaga kedua adikmu itu, Minhyung.”
“Ya aku tahu itu, yah. Hanya saja sebentar lagi adalah jadwal pentas seni Jaemin, tidak bisakah kita menunda kepergiannya?”
“Tidak. Tinggal saja dia disini bersama bibi, dia pasti akan baik-baik saja” jawab ayahnya
“Apa?! Tidak boleh! Jaemin kan baru saja kelas 3 SD, mana mungkin kita dengan tega meninggalkannya sendirian disini?” Sahut Haechan dengan raut wajah yang sangat tidak bersahabat, dirinya memekik tidak senang dengan perkataan ayahnya barusan.
“Dia akan baik-baik saja, Donghyuck. Dia sudah 8 tahun, berhentilah membuat hal ini menjadi semakin rumit. Kita akan berangkat minggu depan, dan itu sudah final. Jika memang Jaemin tidak dapat ijin dan harus tampil maka biarkan dia disini bersama para pelayan.” Titah sang ayah tanpa melirik
“Bagaimana jika kita menyusul saja—”
“Tidak ya tidak, Lee In Joon. Apa perlu aku mengulangi perkataanku barusan?”
“Tidak, maaf.” Sial, nyali Renjun seketika langsung menghilang mendapati tatapan tajam dan penekanan dari sang ayah.
“Sudah pergi saja tidak apa. Nana akan baik-baik saja bersama para bibi dan paman disini. Jadi kalian tidak perlu khawatir.” Jawab Jaemin dengan senyumannya, dirinya akhirnya membuka suara setelah menyimak perdebatan dan negosiasi yang terjadi.
“Hmp! Tidak mau! Jie tidak mau pergi tanpa Kak Na!! Jie tidak mau!!!!” teriak Jisung yang tiba-tiba merengek sampai mengejutkan Jeno, Jaemin dan Renjun.
“Lele juga tidak mau jika Kak Na tidak ikut! Lele ingin bersama Kak Na!” sahut Chenle yang ikut berteriak bersama Jisung.
Jaemin melirik sang ayah dengan sedikit was-was, dirinya pun lalu menatap Mark untuk meminta bantuan karena dirinya tidak tahu harus merespon seperti apa.
Mark yang mendapati kode dari sang adik pun akhirnya hanya bisa menghela nafasnya. Dirinya pun sebenarnya tidak tega harus meninggalkan sang adik sendirian, terlebih selama 3-4 bulan, Mark pasti tidak akan sanggup.
Namun, dirinya dan yang lain tidak bisa menolak ataupun membantah perintah sang ayah. Tidak disaat mereka masih tidak dapat melakukan apa-apa, bahkan mereka hanyalah bocah-bocah yang tidak memiliki apapun kecuali harta sang ayah.
Mark menatap netra sang adik, memastikan keputusan yang Jaemin berikan kepadanya. Jaemin mengangguk pelan dengan senyuman tipisnya. Jika memang itu adalah keputusan Jaemin, maka dengan berat hati Mark akan mengalah dan menyetujui keputusan ini.
“Kita akan berangkat minggu depan, jadi jaga dirimu baik-baik saat kami tidak ada disini ya? Jika perlu sesuatu tolong kabari kami secepatnya, dan jangan lupa memberitahu paman dan bibi.”
Mark berjongkok, menyamakan tingginya dengan Jaemin, lalu mengusak rambutnya pelan. “Maaf kami tidak akan bisa menonton pertunjukanmu kali ini, Nana. Kami akan mendoakanmu agar acaranya berjalan dengan lancar. Lakukan yang terbaik, oke?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You, Nana || Na Jaemin
FanfictionTentang Lee Jaemin, anak kelima keluarga Lee, sosok remaja yang menyimpan banyak luka selama hidupnya. Nana, seorang adik dan kakak yang menjadi rumah ternyaman untuk ke-6 saudaranya. "Na, terima kasih sudah mau bertahan selama ini. Sekarang, gilira...