She

2.3K 164 14
                                    

Apa yang terlintas di kepala kita semua ketika mendengar nama Hagia Sofia?

Bangunan bersejarah yang sampai hari ini dikenal sebagai ikon negara Turki?

Atau,

Sepak terjangnya yang kontroversi— sebagaimana yang kita tahu bahwa Hagia Sofia merupakan gereja ortodoks yang kemudian dialihfungsikan menjadi tempat ibadah umat Muslim pasca Turki dikuasai dinasti Utsmani, benar?

Jadi, jawaban yang pertama atau jawaban yang kedua?

Tapi, tunggu— sebelumnya coba tanyakan dulu pada mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Neo. Karena sebagian besar penghuni gedung hijau itu pasti memiliki jawaban yang sama sekali berbeda— jawaban yang justru tertuju pada sesosok gadis yang sangat dielu-elukan.

"Hagia!" Gadis itu menoleh saat namanya dipanggil.

"Berat, ya? Sini aku bantu bawain."

"Eh? Thanks, Bobby."

"Sama-sama." Pemuda yang dipanggil Bobby itu tersenyum sedemikian lebar, seolah-olah kata-kata yang meluncur keluar dari bibir ranum Hagia sama berharganya dengan tawaran kencan.

Tapi tidak heran juga, siapa yang tidak senang berinteraksi dengan primadona-nya Fakultas Pertanian?

Dialah Hagia Sofia, primadona Fakultas Pertanian, Universitas Neo. Catat itu!

"Gia, sini!"

Hagia sontak menoleh pada sekumpulan gadis yang tengah duduk melingkar di bawah pohon rindang. Wajahnya merengut sebal, bisa-bisanya dia dibiarkan berdesak-desakan di kantin seorang diri sementara teman-temannya duduk bersantai menikmati angin sepoi-sepoi. Tapi apa boleh buat? Hagia kalah dalam permainan gunting batu kertas, dan sesuai perjanjian, yang kalah mau tidak mau harus mengindahkan kesepakatan yang telah dibuat.

"Asik.. Ada Bobby."

"Diam, lo!" Ketus Hagia. "Bob, sekali lagi makasih karna udah berbaik hati bantuin gue. Nggak kayak bekantan-bekantan ini." Hagia mengambil kembali kresek dari tangan Bobby kemudian diangsurkan pada salah satu temannya.

"Santai aja, Gi. Lagian lo bisa ngandalin gue kapanpun dan dimanapun, kok."

"112 kali, ah." Sahut seseorang yang tentunya bukan Hagia.

"Iya, gue 112-nya Hagia. Kenapa, kurang senang?" Tantang Bobby main-main.

Kalimat menggelikan itu menghasilkan respon yang beragam. Ada yang tertawa cekikikan, berdecak sebal, naik pitam, sampai pura-pura mual. Bobby seketika ciut, nyatanya respon teman-teman Hagia cukup berdampak pada kepercayaan diri pemuda itu.

"Girls, ayo makan." Hagia sengaja mengalihkan perhatian teman-temannya. "Lo mau gabung sama kita-kita?" Tanyanya pada satu-satunya laki-laki di sana.

"Emang boleh?"

"Nggak!!" Teman-teman Hagia menyahut kompak.

"Oke oke, gue cabut. Ngeri gue dikeroyok satwa liar." Pemuda itu bergidik ngeri lantas bergegas pergi sebelum ketakutannya benar-benar terealisasi.

"Cowok guoblok." Cela gadis berambut ikal dengan warna kulitnya yang kecoklatan.

"Goblok-goblok begitu lo pernah naksir, njir."

"Hah! Yang bener?!" Hagia nampak kaget mendengar penuturan gadis disampingnya. Matanya sampai terbelalak saking kagetnya dia.

"Dih, biasa aja dong! Gue naksir si Bobby udah lewat dari kapan tahun."

"Pas maba nggak, sih?"

"Yes, pas maba. Soalnya waktu itu gue belum tau si Bobby goblok kuadrat."

Hottie Nerdy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang