Quaried love

2.3K 147 10
                                    

Cup

"Eh?" Manggala dikejutkan oleh pergerakan tiba-tiba gadis yang beberapa saat lalu masih terlelap dalam tidurnya.

"Selamat pagi..." Seru Hagia begitu riang.

"Sudah siang."

"Hehe, ya udah. Selamat siang..." Ulang gadis itu.

Hagia memeluk leher Manggala dari belakang, meletakkan dagunya di bahu lebar pemuda itu. Tingkahnya yang manja berhasil mengalihkan fokus Manggala dari layar laptopnya. Manggala sengaja duduk di dekat ranjang agar Hagia tidak merasa diabaikan. Well, Manggala dan meja belajar harus dijauhkan untuk sementara.

"Nggak kuliah?"

Pertanyaan Hagia disambut gelengan kepala sang pemuda. "Bolos. Aku ndak mau ninggalin kamu sendirian di sini." Ungkapnya.

"Loh, kenapa? Gala takut Gia maling barang-barang berharga di kamar Gala, ya?

"Ndak mungkin, lah!" Manggala menepis keras tuduhan Hagia. Lelaki macam apa yang tega mencurigai gebetannya sedemikian rupa? Lagipula wajah cantik Hagia tidak ada maling-malingnya. Maling hati sih iya...

"Hehe, Gia becanda..."

Dengusan tipis Manggala praktis Hagia terima. Tidak tahu saja Manggala kurang pandai membedakan candaan dan keseriusan. Saking kakunya pemuda itu, teman-teman kuliahnya sampai memberi jarak, enggan mendekat sebab eksistensi Manggala berpotensi menghancurkan hari mereka. Hanya Gusti dan Revan saja yang tahan berteman dengan Manggala. Sungguh menyedihkan.

"Kamu lapar, ndak? Tadi aku beli nasi uduk di warung Buk Sri. Kalau mau makan sekarang biar tak panasin."

"Utututu... Perhatian banget cowok Gia."

Cuping telinga Manggala memerah sempurna mendengar perkataan Hagia. Cowok Gia katanya? Astaga, jika semua ini hanya mimpi, maka biarkan Manggala terlelap untuk selamanya.

Mati kah maksudnya? 😅

"Merah banget, salting ya kamu?" Hagia makin gencar menggoda, ucapannya mengarah pada rona merah yang sudah menjalar hampir ke seluruh permukaan wajah Manggala.

Kurang jelas, kah? Benak Manggala berbicara. Manggala mengulum bibirnya menahan salah tingkah, dengan gerakan patah-patah tubuhnya berbalik menghadap Hagia, mempertemukan dua pasang iris mata dengan pendar yang berbeda. Mata Hagia tampak berbinar-binar sementara mata Manggala kentara bergetar. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

"Kalau Gala benaran suka sama Gia, Gia marah, ndak?"

Ketakutan Manggala sama sekali berdasar. Dia tidak buta apalagi tuli. Jangan pikir Manggala tidak tahu-menahu perihal siapa-siapa saja dan kata buruk apa saja yang orang-orang dilemparkan kepadanya. Dan Hagia adalah bagian dari mereka yang gemar mencaci Manggala. Cukup sering Manggala mendapati Hagia menatap sinis ke arahnya. Sayangnya pemuda itu terlanjur naksir berat pada Hagia. Terdengar bodoh, bukan?

"Oh, Gala juga naksir Gia, ya?" Respon Hagia kelewat santai.

Juga. Hati mungil Manggala serasa dicubit mendengarnya. Kenyataan bahwa begitu banyak laki-laki yang menginginkan Hagia serta-merta meluluhlantakkan kepercayaan diri. Manggala malu dengan kelancangannya. Harusnya dia sadar untuk tidak berharap lebih. Memangnya dia se-oke apa sampai berani menginginkan Hagia?

Cup

"Kenapa diem? Gala naksir Gia, nggak? Kalo Gia sih naksir."

Belum sempat mengembalikan kewarasan pasca di kecup Hagia, Manggala justru semakin terpuruk dalam kebingungan. Dia tidak salah menyimpulkan, kan? Hagia naksir dirinya, iya kan? Ah, sial. Ini sangat rumit, bahkan lebih rumit dari menghafal undang-undang.

Hottie Nerdy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang