Crazy Manggala

2.4K 154 7
                                    

Di perjalanan pulang menuju kos-kosan, air mata Hagia tidak berhenti bercucuran, dadanya sesak memikirkan gebetannya jalan dengan perempuan lain. Wajah galaunya terpampang jelas sehingga menarik rasa penasaran para pengendara yang tidak sengaja menoleh ke arahnya. Hagia terlalu fokus bersedih sampai lupa menurunkan kaca helmnya. Tidak bisa dipungkiri perasaannya pada Julian tumbuh sebagaimana mestinya. 4 bulan mereka pedekate, rasanya mustahil bila Hagia tidak sedikitpun menaruh rasa, benar?

"Julian anjing! Beneran cowok anjing lo Julian!!" Teriaknya di tengah-tengah hiruk pikuk jalanan kota.

Kalau saja hubungannya dan Julian terikat status, maka tidak perlu pertimbangan untuk memukuli wajah pemuda itu sampai babak belur. Hagia tidak selemah kelihatannya, omong-omong. Tidak ada ampun bagi siapapun yang tega mempermainkan perasaannya. Tidak peduli siapapun orangnya, apa jabatannya, latar belakangnya, bahkan usianya, selama orang itu sengaja menyakitinya maka halal untuk dihajar.

Bicara soal hubungan Hagia dan Julian, sebenarnya selama ini Hagia telah banyak berbohong pada teman-temannya. Julian tidak pernah menyatakan cinta maupun mengajaknya berpacaran, hubungan mereka stuck di soon to be soon to be tai kucing. Hubungan tanpa status, hts atau apalah itu sebutannya. Hagia malu mengakui dirinya digantung berbulan-bulan, ayolah, primadona mana yang sedemikian menyedihkan?

"Bisa-bisanya gue nangisin cowok brengsek. Sumpah lo ngeselin banget Julian! Hiks." Tangan kirinya menyeka kasar airmatanya. Ternyata begini rasanya patah hati, sakit juga.

Ketika pagar tinggi kos-kosan sudah tertangkap indera penglihatan, Hagia segera menghapus jejak-jejak airmata yang tertinggal di wajah cantiknya kemudian memasang wajah ceria yang selama ini dikagumi oleh banyak orang. Enggan terlihat menyedihkan walau begitulah kenyataannya. Scoopy merah itu melaju dalam kecepatan rendah, melewati celah yang untungnya lumayan besar untuk dilewati kendaraan roda dua, jadinya si pemilik kendaraan tidak perlu repot turun sekedar mendorong pagar besi tersebut.

"Tante Tasya!"

Wanita berusia 30-an akhir yang sedang asik menyiram tanaman hiasnya sontak menolehkan kepala. Senyumannya terlihat dari jarak yang tidak bisa dibilang dekat. Kos-kosan dan rumah sang induk semang— yang adalah Tante Hagia —memang bersebelahan, hanya dipisahkan oleh bangunan luas satu tingkat yang berfungsi sebagai parkiran khusus penghuni kos-kosan. 

"Mama kamu barusan banget mampir ke sini, dia kira anaknya udah pulang. Mama juga nitip donat kesukaan kamu, ayo sini." Tante Tasya melambai-lambaikan tangannya meminta Hagia untuk mendekat.

"Loh, Gia nggak tau? Mama nggak ngabarin apa-apa soalnya." Balas Hagia.

"Hmm.. Emang udah kebiasaan Mama kamu dari dulu."

Hagia mengangguk mengiyakan pernyataan Tantenya. Sama sekali benar, sang Mama memang terbiasa bertindak impulsif di setiap kesempatan. Pernah suatu kali Hagia dibuat malu karena tindakan impulsif sosok yang telah melahirkannya itu. Bayangkan saja, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba namanya disiarkan di speaker sekolah— manakala dia disuruh ke ruang kepala sekolah untuk mengambil bekal makanan yang dititipkan oleh sang Mama. Buntutnya, Hagia diledek di sana-sini, dikatai anak manja yang makan saja mesti disuapi.

"Kamar Gia udah dibersihin kan, Tan? Gia tinggal nempatin doang, kan?" Lagaknya ingin hidup mandiri tapi permulaannya saja sudah begini.

"Udah, dong. Tante sendiri yang ngatur-ngaturin barang-barang kamu." Tante Tasya memalingkan wajahnya saat dia tidak sengaja menghempas kasar karung goni berisi tanah. Debunya sampai terbang ke mana-mana.

"Pake ini, Tan." Hagia menodongkan masker pada Tantenya. Dia punya banyak, tenang saja.

"Tau aja Tante males balik ke kamar."

Hottie Nerdy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang