Drunk

427 40 4
                                    

Aku segera keluar karena asap dari mobil mulai menebal. Napasku menjadi sesak. Tubuhku melemah seolah tak dapat berdiri lagi. Aku terbaring lemah di tanah. Aku melihat seseorang mendekat. Nozh? Ia membawa sebuah pisau, mungkin ingin menikamku. Namun aku tak lagi bisa berbuat banyak. Tubuhku seakan mati rasa.

BUGHHH!!

Ia itu telah terpukul oleh seorang pria. Sio? Apakah itu kau? Namun pukulan itu bukan pukulan biasa. Seolah pukulan itu memiliki kekuatan yang besar seperti Namsoon. Ia memakai CTA4885 lagi?

Dengan kesadaranku yang masih tersisa, aku melihat Sio mengangkat Nozh dengan mudahnya. Ia memukul Nozh hingga pria itu tak sadarkan diri. Apa Nozh sudah mati?

Seketika aku merasa tubuhku terangkat oleh seseorang. Aku pun menatapnya dengan samar, "Sio?"

Ia tersenyum padaku, "lagi-lagi aku membuatmu menerima semua luka ini, Ash. Seharusnya aku membunuhnya dari awal. Semua sudah berakhir." Itulah kata-kata yang kudengar sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya.

Aku tak tahu waktu telah berjalan berapa lama. Sebuah cahaya membuatku mengernyit seolah tersengat sesuatu. Aku pun membuka mataku dengan perlahan dan melihat sekeliling. Ini ruang rawat NIC. Apa semua benar sudah berakhir?

"Ashlyne!" Panggil seseorang. Suara ini adalah suara Ayah.

"Ayah?"

Aku merasa ia mengusap kepalaku dengan lembut, "iya ini ayah. Apa kau sudah merasa lebih baik?"

Aku pun mengangguk, "di mana Sio?" Ucapku sembari mencoba untuk bangun. Ayah pun membantuku.

"Ia masih berada di ruangannya. Kita berhasil menangkap Nozh dan anggota Pavel lainnya. Saat-saat terakhir sebenarnya mereka bertambah banyak, namun tiba-tiba saja nyonya Hwang Geumju dan Kang Namsoon datang untuk membantu kita." Jelasnya yang membuatku mengerutkan kening.

"Namsoon datang?" Tanyaku dengan bingung. Aku sedikit meringis karena merasa nyeri pada luka-lukaku. Kulihat Ayah baik-baik saja, seperti tak ada luka, aku bersyukur melihatnya.

"Ya, ia bilang ia telah memikirkan kata-katamu saat itu. Ia pikir ada benarnya untuk memaafkan Sio."

Aku terdiam. Baguslah kalau begitu. Aku pun menatap ayah, "apa Sio tetap akan menerima hukuman?"

"Ya, hukumannya menjadi ringan karena ia memilih untuk membantu kita," jelasnya.

"Bisakah kita membebaskannya saja?"

Ayah tersenyum, "bisa saja, namun semua itu ayah serahkan padanya."

Aku terdiam, "aku ingin menemui Sio," ucapku sembari meninggalkan ayah di sana. Ia hanya menatapku dengan tersenyum. Ia tak mencoba untuk menghentikanku.

Aku bergegas ke ruangan Sio walau tubuhku belum pulih sepenuhnya. Setibanya di sana aku segera membuka pintu dan kudapati ia sedang duduk menatap ke luar jendela.

"Sio!" Panggilku yang membuatnya menoleh. Ia tampak terkejut dengan kehadiranku lalu ia berjalan mendekatiku.

"Kau sudah sadar rupanya," ucapnya. Aku menatapnya dengan khawatir. Ia tampak baik-baik saja namun aku tahu perasaannya tidak sebaik itu.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku.

Ia terkekeh, "tentu."

Ia pun menggiringku ke sofa untuk duduk, "padahal kau bisa memanggilku untuk bertemu,"

Aku tersenyum padanya, "kau sudah melewati banyak hal sulit, Sio. Aku tak mau membebanimu lagi."

Ia pun menyandarkan tubuhnya pada sofa, "aku juga tak mau membebanimu lagi. Dendamku sudah terbalaskan, kini saatnya aku menghukum diriku, bukan?"

My VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang